Suara.com - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Condoleezza Rice mendesak Presiden Trump untuk berhenti sejenak dari Twitter dan fokus pada penanganan aksi protes yang dilakukan oleh rakyatnya.
Menyadur CBS News, Senin (8/6/2020), Condoleezza Rice menyarankan Presiden Trump untuk lebih berfokus pada dialog dengan rakyat Amerika Serikat daripada menyampaikan pendapat di Twitter yang dapat menimbulkan perpecahan.
"Saya tidak menasihati presiden, tetapi jika saya di posisinya, saya akan mengatakan mari kesampingkan tweeting sebentar dan berdialoglah dengan masyarakat. Dan saya pikir kita membutuhkan itu, saya pikir dia bisa melakukannya." ujar Rice dikutip dari CBS News.
Trump mendapatkan kritik karena retorikanya terhadap para pengunjuk rasa yang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi setelah kematian George Floyd di Minneapolis.
Presiden menyebut para demonstran di Minneapolis sebagai "penjahat". Ia juga menuliskan pada akun Twitter-nya "ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai," yang ditandai oleh Twitter sebagai "memuliakan kekerasan."
Rice juga mendesak Presiden Trump untuk berpikir dua kali sebelum membuat komentar terutama di media sosial Twitter.
"Jadi pikirkan konteks sejarah sebelum Anda mengatakan sesuatu, karena itu bisa menimbulkan luka yang dalam," katanya tentang presiden.
"Saya tidak menasihati presiden. Tetapi, Anda tahu, sayangnya, menyampaikan pendapat di Twitter bukanlah cara yang bagus untuk pemikiran yang kompleks, untuk pesan yang kompleks. Ketika presiden berbicara, harus dari tempat yang bisa dijangkau oleh semua orang." tambahnya.
Rice mengatakan anjuran tersebut tidak hanya untuk Trump, tetapi juga untuk para pemimpin kongres, negara bagian dan lokal.
Baca Juga: Twitter, Facebook, dan Instagram Hapus Video Kampanye Donald Trump
"Para pemimpin pada titik ini perlu melakukan segala sesuatu yang dapat mereka lakukan untuk mengatasi situasi saat ini, bukan membuat perpecahan," katanya.
Condoleezza Rice mengatakan sekarang adalah waktunya bagi setiap warga di Amerika Serikat untuk berbicara soal persatuan. "Kita harus menyadari bagaimana kita menggambarkan perbedaan-perbedaan kita, bagaimana kita mengatasi perbedaan-perbedaan kita, dan terutama bagaimana kita mengatasi satu sama lain dengan empati." pungkasnya
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Partai Ummat Kritik Pramono Anung, Sebut Kebijakan Jakarta Tak Berpihak Wong Cilik
-
BMKG: Puncak Musim Hujan Dimulai November, Berlangsung Lebih Lama hingga Februari 2026
-
Lewat Aklamasi, Budi Arie Lanjut Pimpin Projo 2025-2030
-
Anak Menteri Keuangan Yudo Sadewa Kembali Viral, Kali Ini Diduga Sindir Gibran Lewat Postingan Satir
-
Investment Outlook 2025 Redefining Value: Investment Strategy in the Age of Innovation
-
Ini Cerita Aqsa Syauqi Peraih DPD Award 2025 Kategori Pembangunan Sosial & Kesehatan
-
Dihadang Sopir Angkot, Layanan Mikrotrans PulogadungKampung Rambutan Disetop Sementara
-
Amstrong sembiring: Jelang Akhir Tahun 2025 Negeri Ini Jadi Lautan Persoalan Hukum
-
Wacana Tarif Transjakarta Naik, DPRD Sebut Warga Jakarta Sudah Mampu Bayar Lebih dari Rp 3.500
-
Ritual Persembahan Berujung Petaka, 9 Umat Tewas Terinjak-injak di Kuil India