Suara.com - Penerapan new normal di transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) resmi diberlakukan sejak Senin (8/6/2020) lalu. Guna mengantisipasi penyebaran virus corona dalam gerbong kereta, ada sejumlah protokol yang harus diperhatikan oleh para penumpang.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Junior Doctor Network, dr. Edward Faisal berpendapat, setiap penumpang wajib untuk mempersiapkan diri sebelum naik KRL. Hal yang paling simpel adalah persiapan Alat Pelindung Diri (APD).
Edward mencontohkan, topi bisa digunakan sebagai APD ketika seseorang sedang berada di dalam gerbong kereta. Dalam hal ini, topi bisa menjadi penghalang agar virus tidak menempel di kepala.
"Jadi, ini isu yang masih hot dan masih kita bahas. Kalau dari segi kesehatan, itu kita harus mempersiapkan APD. Jadi bisa pakai topi untuk menghalangi agar virus tidak kena kepala kita," ungkap Edward dalam diskusi bertajuk 'Rombongan Pengguna Kereta Mantul yang Santuy Antri dan Anti Kuman' yang dihelat di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Rabu (17/6/2020) pagi.
Edward juga mengimbau agar para penumpang minimal menggunakan masker berbahan kain. Kata Edward, masker kain setidaknya bisa dipakai selama tiga sampai empat jam.
"Terus masker juga penting, masker kain aja. Itu bisa di pakai tiga sampai empat jam," katanya.
Lebih lanjut, Edward mengingatkan para penumpang untuk tetap memperhatikan jarak aman antar-individu. Di mana jarak aman bagi para penumpang adalah satu meter.
Tidak bisa dipungkiri, volume penumpang yang banyak kerap menghadirkan peristiwa berdesak-desakan. Apalagi jika ada penumpang yang kedapatan batuk, Edward menyebut jika droplet yang keluar --dan berisi virus-- jarak jatuhnya satu meter.
"Secara penelitian, jarak aman itu paling sedikit satu meter. Karena saat orang batuk, itu droplet jang keluar dan berisi virus itu jarak jatuhnya satu meter. Itu jarak yang sangat disarankan," beber Edward.
Baca Juga: Curhat Pengguna KRL Usai Penerapan New Normal di Kereta
"Jadi kalau masih ada orang yang bermesra-mesraan walaupun sama pacar sendiri, itu harus dihindari karena itu bukan contoh. Selain itu ketika ada orang jang menyelak, itu berisiko buat dia. Kenapa? Bisa saja dari orang jang OTG itu bisa menularkan dan saat dia berdekatan itu bisa terhirup virus, itu yang berbahaya. Tapi saya harus ingatkan jangan menstigma bahwa semua orang itu OTG," imbuhnya.
Untuk diketahui, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah menyiapkan skenario new normal atau pola hidup normal baru dalam operasional kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek.
Pada pemberlakuan new normal ini, PT KCI tetap menjalankan protokol kesehatan pada moda transportasi publik yang sudah berjalan selama ini, yaitu wajib menggunakan masker selama berada di area stasiun dan di dalam KRL, pemeriksaan suhu tubuh penumpang.
"Serta penerapan physical distancing atau jaga jarak sesuai dengan marka-marka yang ada di area stasiun dan di kereta," ujar VP Corporate Communications PT KCI, Anne Purba dalam keterangannya, Kamis (28/5/2020).
Anne melanjutkan, penumpang juga dihimbau agar tidak berbicara secara langsung maupun melalui telepon seluler. Sebab, salah satu penularan Covid-19 melalui droplet atau cairan yang keluar dari saluran mulut dan hidung saat batuk, bersin, maupun berbicara.
Berita Terkait
-
Ahli Epidemiologi Soroti Managemen Kasus ODP dan PDP Covid-19 di Indonesia
-
Curhat Pengguna KRL Usai Penerapan New Normal di Kereta
-
Mundur dari Tim Relawan, dr Tirta Tak Terima Dihujat Warganet: Ada Kejutan
-
Di Tengah Pelonggaran Karantina, Kasus Virus Corona Filipina Hampir 27.000
-
Warga Terdampak Corona Butuh Perhatian, Doni: Orang Lapar akan Marah
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Gerakan 'Setop Tot tot Wuk wuk' Sampai ke Istana, Mensesneg: Semau-maunya Itu
-
Koalisi Sipil Kritik Batalnya Pembentukan TGPF Kerusuhan Agustus: Negara Tak Dengarkan Suara Rakyat!
-
Menkeu Purbaya Bahas Status Menteri: Gengsi Gede Tapi Gaji Kecil
-
Semua Agama Dapat Porsi, Menag Nazaruddin Umar: Libur Nasional 2026 Sudah Adil
-
Presiden Prabowo 'Ketok Palu!' IKN Resmi Jadi Ibu Kota Politik 2028 Lewat Perpres Baru
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat