Suara.com - Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif Ph.D mengingatkan pemerintah dan pemangku kepentingan dunia kesehatan agar lebih memerhatikan manajemen kasus Covid-19.
Kata Syahrizal, pemerintah dan pemangku kepentingan selama ini kurang menyoroti hal tersebut terutama angka ODP dan PDP.
"Sebenarnya ada satu hal yang tidak banyak disorot yaitu manajemen kasus. Ini merujuk kepada bagaimana kita memanajemen Orang Dalam Pemantauan dan Pasien Dalam Pengawasan," kata dia di Jakarta, seperti yang Suara.com kutip dari Antara, Rabu (17/6/2020).
Ia melihat lambatnya pemeriksaan spesimen ODP dan PDP di berbagai fasilitas kesehatan telah mengakibatkan lonjakan kasus Covid-19 di Tanah Air.
"Angkanya mengerikan sebetulnya, angka kematian ODP dan PDP di Jakarta kalau kita perhatikan bisa delapan hingga 10 kali lipat lebih tinggi dari pada angka kematian pasien positif Covid-19," ujarnya.
Bahkan, ujarnya, jika angka ODP dan PDP dirata-ratakan secara nasional, bisa 3,5 kali lebih besar dari pada angka kematian kasus konfirmasi Covid-19.
Ia menilai hal itu bisa terjadi akibat kecenderungan berbagai pihak terlalu fokus pada penanganan kasus konfirmasi, namun kurang maksimal dengan ODP maupun PDP.
Padahal ODP dan PDP sudah memiliki gejala ringan maupun serius, namun perhatian pada dua masalah tersebut dinilainya kurang begitu maksimal.
"Saya kira sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian agak serius lah kepada manajemen kasus untuk ODP dan PDP," katanya.
Baca Juga: Pakar Epidemiologi: Jakarta Belum Penuhi Syarat WHO untuk New Normal
Terkait kebijakan normal baru, lulusan University of Newcastle tersebut menilai Indonesia pada dasarnya belum siap untuk menerapkan normal baru.
Bahkan, ia menilai kebijakan tersebut terkesan agak dipaksakan dengan berbagai pertimbangan salah satunya terkait keadaan ekonomi nasional.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?