Suara.com - Pertemuan selama tiga hari yang diikuti oleh para penasihat Presiden Amerika Serikat Donald Trump belum menghasilkan keputusan terkait dukungan AS terhadap rencana pendudukan paksa Israel di Tepi Barat, Kamis (25/6/2020).
Pertemuan tingkat tinggi itu membahas rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperluas kedaulatan Israel dengan mendirikan pemukiman Yahudi di Tepi Barat. Rencana itu dikutuk keras oleh Palestina, sejumlah negara Arab, dan negara-negara asing lainnya.
Kabinet PM Netanyahu secara resmi mulai membuka pembahasan mengenai rencana pendudukan paksa/aneksasi, Rabu (24/6/2020). Posisi AS yang masih belum jelas menunjukkan kehati-hatian pemerintahan Trump dalam mengambil keputusan.
"Belum ada keputusan final untuk menerapkan langkah selanjutnya dalam rencana Trump," kata seorang pejabat, mengacu pada rancangan pakta perdamaian Israel-Palestina versi Trump yang dapat menjadi landasan Netanyahu menduduki paksa Tepi Barat, seperti dikutip Antara dari Reuters.
Menurut sejumlah sumber yang meminta namanya dirahasiakan, Trump, yang cenderung berpihak ke Israel, turut hadir dalam pertemuan tingkat tinggi itu.
Seorang pejabat lain mengatakan, AS membutuhkan lebih banyak fakta sebelum mengambil sikap.
Rancangan pakta perdamaian buatan Trump yang diumumkan ke publik pada Januari menyebutkan AS akan mengakui pemukiman Yahudi sebagai bagian dari Israel. Usulan Trump itu diragukan oleh banyak pihak.
Pemukiman Yahudi yang disebut dalam rancangan tersebut dibangun di atas tanah milik rakyat Palestina. Palestina berharap tanah yang berada di Tepi Barat itu dapat menjadi bagian dari negaranya.
Usulan Trump memungkinkan Palestina membentuk sebuah negara, tetapi ia menetapkan syarat yang ketat. Pemerintah Palestina menolak rancangan pakta perdamaian Trump tersebut.
Baca Juga: Lewat Aneksasi, Israel Ingin Kuasai Tanah Paling Subur di Palestina
Netanyahu berharap AS menyetujui rencana perluasan kedaulatan Israel di permukiman Yahudi dan Lembah Yordania. Sebagian besar negara lain menilai pembangunan pemukiman merupakan perbuatan ilegal.
Pertemuan antara penasihat Trump pada minggu ini dihadiri oleh menantu presiden yang juga menjabat sebagai penasihat senior, Jared Kushner, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, dan sejumlah pejabat lainnya.
Salah satu opsi yang disediakan AS dalam usulannya mencakup perluasan kedaulatan Israel secara bertahap di beberapa pemukiman dekat Yerusalem. Wilayah itu lebih luas dari rencana awal Netanyahu, yang menghendaki 30 persen luas Tepi Barat masuk ke bagian Israel.
Pemerintah Trump masih membuka kemungkinan Israel akan melakukan pendudukan paksa lebih luas. Namun, Kushner khawatir jika AS membiarkan Israel bergerak terlalu cepat, rakyat Palestina akan semakin terpinggirkan.
AS juga khawatir ada penolakan dari Yordania, satu dari dua negara yang punya perjanjian damai dengan Israel. Yordania juga adalah salah satu negara di wilayah Teluk Arab yang memperluas kerja sama dengan Israel.
Washington menginginkan Pemerintah Israel, yang sempat terpecah dalam beberapa isu, mencapai kesepakatan atau konsensus.
Tag
Berita Terkait
-
Etika Trump Dipertanyakan! Raja Charles III Dibelakangi saat Kunjungan Kenegaraan
-
Solidaritas untuk Palestina, Massa Gelar Aksi di Depan Kedubes AS
-
14 Negara Setuju, AS Sendirian Veto Resolusi Gencatan Senjata Gaza di DK PBB
-
Wanda Hamidah Ungkap Alasan Nekat ke Gaza: Tak Bisa Diam Lihat Warga Palestina Dibantai
-
Rupiah Loyo Jelang Akhir Pekan
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
Terkini
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!
-
Ganggu Masyarakat, Kakorlantas Bekukan Penggunaan Sirene "Tot-tot Wuk-wuk"
-
Angin Segar APBN 2026, Apkasi Lega TKD Bertambah Meski Belum Ideal
-
Digerebek Satpol PP Diduga Sarang Prostitusi, Indekos di Jakbar Bak Hotel: 3 Lantai Diisi 20 Kamar!
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri