Sementara untuk satwa herbivora, substitusi pakan dilakukan dengan mengganti apel yang mahal dengan apel yang murah.
Sulhan menyadari substitusi pakan pada satwa karnivora lambat laun akan berdampak pada berkurangnya bobot tubuh hewan-hewan pemakan daging tersebut.
"Ada pengaruh, dalam jangka panjang akan menjadi dampak. Tapi, kalau jangka pendek tiga bulan, enam bulan, nggak apa-apa. Dampaknya lebih kurus sedikit karena kan gizi antara daging ayam sama sapi, beda. Protein, seratnya juga beda," ujar Sulhan yang merangkap sebagai humas PKBSI.
Sejauh ini, kondisi satwa karnivora diklaim dalam keadaan sehat. Sulhan menyebutkan, tim dokter terus mengevaluasi kondisi satwa koleksi Bazoga, terutama yang masuk dalam kategori rawan punah, seperti macan tutul dan harimau sumatera. Bazoga memiliki tiga ekor macan tutul dan dua ekor harimau sumatera.
"Jadi karena kita kebun binatang di Indonesia yang jadi fokus kita adalah satwa asli Indonesia atau endemik Indonesia. Macan tutul, harimau sumatera, itu yang kita fokuskan. Kalau yang lain kan dari luar. Harimau Benggala dari India, singa dari Afrika, itu menjadi level kedua.
"Kalau kita istilahnya, yang mana yang perlu diselamatkan dulu yah, satwa kita, satwa asli Indonesia. Istilahnya critical endangered, satwa yang sangat penting. Di alam juga kan tinggal hitungan tahun bisa punah," katanya.
Namun, Sulhan berharap tidak ada satwa koleksi Bazoga yang mati karena rawan pakan.
"Jangan mati gara-gara pakan karena bakal jadi perhatian dunia. Sudah konvensi dunia harus menyelamatkan satwa endemik masing-masing," ujar dia.
Kesulitan yang dialami Bandung Zoological Garden turut dirasakan kebun binatang lainnya.
Baca Juga: Kebun Binatang Bandung Kembali Dibuka
Berdasarkan survei internal perhimpunan kebun binatang se-Indonesia (PKBSI) April lalu, sebanyak 92,11% kebun binatang di Indonesia hanya mampu menyediakan pakan kurang dari satu bulan karena dampak.
Di Solo, Jawa Tengah, penutupan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) sejak 16 Maret lalu praktis menyebabkan tidak ada pemasukan dari penjualan tiket. Hal ini berdampak langsung pada kemampuan pengelola TSTJ untuk menyediakan pakan bagi satwa-satwa mereka.
Direktur Utama TSTJ Solo, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, mengatakan keuangan yang dimiliki pihak pengelola diperkirakan hanya sampai tiga bulan ke depan. Padahal untuk memenuhi biaya kebutuhan pakan setiap bulannya mencapai Rp120 juta.
Dari jumlah tersebut, Pemkot Solo hanya membantu senilai Rp100 juta per bulan sehingga masih terdapat kekurangan senilai Rp20 juta.
"Bantuan itu hanya selama Mei, Juni dan Juli saja. Jadi masih kurang Rp20 juta. Terus kita kumpulkan teman-teman pecinta satwa untuk membuat donasi pakan," terang Bimo kepada wartawan Fajar Sodiq, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Setelah gagasan program donasi pakan itu disampaikan kepada publik, berbagai pihak menyambut baik. Bantuan-bantuan untuk pemenuhan kebutuhan pakan satwa TSJTJ mulai berdatangan, tak hanya dalam bentuk pakan, tapi juga dalam wujud donasi uang.
Berita Terkait
-
Pramono Anung Tinjau Ragunan Usai Viral Harimau Kurus
-
Viral Hewan Ragunan Kurus Diduga Dana Jatah Makan Ditilep, Publik Tuntut Audit
-
Heboh Pakan Satwa Ragunan Dibawa Pulang Petugas, Pramono Membantah: Harimaunya Tak Keluarin Nanti
-
Sensasi Ragunan di Malam Hari: Pengunjung Rela Antre Demi Pengalaman Baru!
-
Atraksi Binturong 'Berkaki Lima' Jadi Primadona di Malam Perdana Ragunan Zoo
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional