Suara.com - Ketua DPR RI Puan Maharani mengakui jika saat ini pemerintah belum menemukan solusi terkait masalah virus corona. Ia pun menyentil soal kekompakan para menteri dalam kabinet Presiden Jokowi yang terlihat belum kompak dalam menanganinya.
Hal tersebut ia sampaikan ketika menjadi bintang tamu di tayangan YouTube Deddy Corbuzier yang dilansir Suara.com, Rabu (8/6/2020).
"Kita sedang berusaha bergotong royong untuk mencari solusi tentang masalah ini. Ini kan bukan hanya di Indonesia, 215 negara terkena masalah ini. dan semua belum mendapat solusi seperti yang diharapkan," kata Puan Maharani.
Ia lantas membahas jika masyarakat Indonesia tidak bisa sepenuhnya menjaga diri di rumah dan mengesampingkan urusan perekonomian masing-masing.
"Tanpa kerja bagaimana kita akan mengurus ekonomi kita. Tapi kalau kerja malah kemudian jadi sakit hingga amit-amit meninggal terus ngapain? Jadi pilihan antara ekonomi dan kesehatan ini enggak bisa dipilih," kata Puan.
Putri dari mantan presiden Megawati Soekarnoputri ini mengungkap bahwa solusi untuk keluar dari masalah krisis Covid-19 ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, melainkan semua kalangan.
"Ini yang harus kita pikirkan bareng-bareng, enggak cuma pemerintah, enggak cuma orang per-orang tapi sama-sama, bagamana caranya sehat tapi bisa kerja," ungkap Puan.
Ketua DPR RI ini pun mengungkapkan jika negara-negara lain berhasil menemukan cara mengatasi Covid-19 tak lain lantaran warganya yang bisa diajak disiplin.
"Sampai sekarang pemerintah kita belum bisa menetukan. Bahkan kalau kita tanya ke negara lain pun belum bisa. jadi kalau ada negara yang mempunyai cara mengatasi pandemi covid ini karena mungkin masalah jumlah penduduk, kemudian tingkat kedisiplinan," jelas Puan.
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Presiden Jokowi Mengakui Marah-marahnya Pakai Teks?
Mendengar ungkapan itu, Deddy Cobuzier pun melempar pertanyaan, "Maksud Anda masyarakat negara ini tidak disiplin?"
"Ya memang. Kita harus akui. Negara sebesar ini, dengan penduduk yang besar, tidak mudah untuk mengatur untuk bisa berdisiplin," jawab Puan.
Ia lantas menjelaskan alasan mengapa tingkat kedisiplinan warga Indonesia masih rendah karena yang harus diterapkan adalah soal physical distancing.
Puan lantas memberi contoh bahwa fasilitas yang ada untuk menerapkan physical distancing di Indonesia masih belum memadahi misalnya transportasi.
"Kalau untuk physical distancing di angkutan misal, hanya menampung 50 persen angkutan, lalu sisanya ke mana?" tanya Puan. Sebuah pertanyaan yang selama ini sering ditanyakan oleh masyarakat Indonesia.
"Artinya kita mengakui bahwa pemerintah kita belum menemukan solusi sama sekali?" tanya Deddy Corbuzier.
"Sampai saat hari ini sepengetahuan saya, kita masih belum menemukan suatu aturan yang bisa diterampan sehingga menjadi solusi bersama," kata Puan mengakui.
Lebih lanjut, Puan pun mengomentari soal video kemarahan Presiden Jokowi yang dinilainya wajar.
"Saya bisa memahami kalau presiden bisa jadi seperti itu karena beliau memang memiliki beban yang cukup berat. Harapannya kan kabinetnya itu bisa menemukan solusi di situasi yang enggak normal seperti ini, dan itu tidak mudah," kata Puan.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI ini mengakui jika menteri-menteri dalam kabinet Presiden Joko Widodo masih belum memiliki kerja tim yang kompak.
"Kalau boleh jujur saya katakan teamwork belum berjalan seperti yang diharapkan oleh Presiden," ungkap Puan.
Ia lantas mengaitkannya dengan beberapa keputusan menteri yang membuat masyarakat bingung. Menurut Puan, kebingungan msayarakat atas pernyataan menteri itu disebabkan karena tidak adanya disiplin bicara.
"Kadang kala banyak wacana yang sebelumnya belum tentu akan dilakukan tapi sudah keluar. ini soal disiplin bicara ya. Untuk tidak menyampaikan hal yang belum menjadi keputusan," kata Puan memungkasi.
Berita Terkait
-
Update Covid-19 Global: Sempat Turun, Kini Angka Infeksi Kembali Naik Tajam
-
Lesi Mirip Cacar Air Bisa Jadi Tanda Virus Corona, ini Penjelasan Ahli!
-
Kemenkes Buat Tarif Atas Rapid Test, 2 Ribu Anak Alami Kekerasan Seksual
-
Komisi III DPR Minta KPK Segera Tangkap Buronan Djoko Tjandra
-
Usai Rapat Tertutup dengan Pimpinan KPK, Komisi III DPR Tinjau Rutan K-4
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Mendagri Jelaskan Pentingnya Keseimbangan APBD dan Peran Swasta Dalam Pembangunan Daerah
-
Dukungan Mengalir Maju Calon Ketum PPP, Mardiono: Saya Siap Berjuang Lagi! Kembali PPP ke Parlemen!
-
KPK Beberkan Konstruksi Perkara Kredit Fiktif yang Seret Dirut BPR Jepara Artha
-
Peran Satpol PP dan Satlinmas Dukung Ketertiban Umum dan Kebersihan Lingkungan Diharapkan Mendagri
-
Jadilah Satpol PP yang Humanis, Mendagri Ingatkan Pentingnya Membangun Kepercayaan Publik
-
Sempat Copot Kepsek SMPN 1, Wali Kota Prabumulih Akui Tak Bisa Kontrol Diri
-
Mendagri Dukung Penuh Percepatan Program MBG, Teken Keputusan Bersama Terkait Lokasi SPPG di Daerah
-
Penjaringan Ketua DPC PDIP Brebes Dinilai Tak Transparan, Pencalonan Cahrudin Sengaja Dijegal?
-
Bikin Riuh, Dito Ariotedjo Tiba-Tiba Tanya Ijazah Erick Thohir ke Roy Suryo
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi