Suara.com - Mantan tahanan politik Papua, Paulus Suryanta Ginting, menceritakan saat masih menjalani masa tahanan di Rumah Tahanan Kelas I Salemba, Jakarta Pusat. Narapidana yang tidak memiliki uang untuk bergabung dengan lapak, maka ia akan ditempatkan di lapak Buaya.
Suryanta mengatakan lapak Buaya itu biasanya diisi oleh anak-anak 'hilang'.
"Anak-anak yang enggak dapat uang, enggak dapat kunjungan, enggak dapet TF-an (transfer uang)," kata Surya dalam sebuah diskusi bertajuk "Cerita di Balik Penjara" yang disiarkan langsung melalui akun YouTube Pembebasan Nasional, Jumat (24/7/2020).
Karena tidak berduit, otomatis lapak Buaya itu terletak di posisi yang paling tidak menyenangkan ketimbang lapak lainnya. Pasalnya, lapak Buaya itu berada tepat di depan toilet sel yang biasanya tidak dilengkapi dengan pintu.
"Jadi kalau dia (sedang) makan (yang) dilihat orang (sedang) buang air besar," ucapnya.
Bukan hanya ditempatkan di lapak Buaya. Terkadang ada anak-anak 'hilang' yang ditarik oleh temannya di lapak lain untuk dipekerjakan.
Meskipun mendapatkan upah yang tidak terlalu banyak, pekerjaan yang harus dilakukan pun bukan hal mudah.
"Disuruhnya macam-macam, suruh nembak. Nembak itu masak air di botol, bagian bawah botol plastik itu dibakar pakai plastik indomie jadinya polusi banget," kata Surya.
Surya sendiri ditarik untuk masuk ke lapak Palembang. Namun, sebelum bergabung ia 'dipalak' terlebih dahulu.
Baca Juga: Kisah Augie Fantinus di Penjara, dari Junior Hingga Jadi Tahanan Senior
Disebutnya dengan uang kebersamaan sebesar Rp 1 juta. Akan tetapi karena para ketua lapak mengetahui Surya seorang aktivis, akhirnya ia hanya diminta Rp 500 ribu.
Hal serupa dirasakan oleh tapol Papua lainnya yang masuk ke Rutan Salemba pada akhir 2019. Dano Tabuni yang ditarik ke lapak Lampung dimintai Rp 3 juta, Ambrosius Mulait ditagih Rp 1 juta oleh lapak Korea dan Issay serta Charles pun masing-masing diminta Rp 1 juta.
Berita Terkait
-
Kesaksian Eks Tapol Papua: Di Rutan Salemba Ada PSK, Penjual Sabu Keliling
-
Cerita Eks Tapol Papua, Ditagih Rp 1 Juta oleh Penguasa Lapak Penjara
-
Eks Tapol Papua Curhat Dipalak Napi Rutan Salemba, Begini Respons Yasonna
-
Divonis 11 Bulan Penjara, 7 Tapol Papua Tak Ajukan Banding
-
Tujuh Tapol Papua Tidak Terima Disebut Sebagai Pelaku Kriminal oleh Polri
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Mendagri: Pemerintah Mendengar, Memahami, dan Menindaklanjuti Kritik Soal Bencana
-
Diduga Lakukan Pemerasan hingga Ratusan Juta, Kajari dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri HSU Ditahan KPK