Suara.com - Area penobatan para raja di Masjid Hagia Sophia dibiarkan terbuka dan tidak dilapisi karpet untuk menghormati warisan sejarah.
Menyadur Anadolu Agency, keputusan tersebut disampaikan oleh pejabat tinggi budaya dan pariwisata Istanbul pada Sabtu (25/7).
"Daerah kosong adalah tempat penobatan kaisar. Oleh karena itu, dibiarkan kosong," ujar Coskun Yilmaz, pejabat tinggi budaya dan pariwisata Istanbul, mengatakan kepada Anadolu Agency.
Area tersebut terletak di belakang platform yang ditinggikan yang digunakan sebagai tempat muadzin untuk mengumandangkan azan.
Area penobatan para raja tersebut tampak dibiarkan terbuka dan tidak dilapisi karpet, di sampingnya juga dikelilingi pagar.
Keputusan tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah Turki yang memperbolehkan siapa saja untuk mengunjungi Hagia Sophia.
Pada hari Jumat (24/7), masjid agung dan mewah tersebut digunakan sebagai tempat salat pertama sejak Pemerintah Presiden Erdogan secara resmi mengubahnya menjadi tempat ibadah.
Selama digunakan untuk salat, memang ada sejumlah mosaik figur-figur umat Kristen yang ditutup dengan tirai yang letaknya searah dengan kiblat, namun dibuka kembali setelah selesai digunakan untuk salat.
Menurut juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin, mosaik yang menunjukkan gambar Yesus dan figur Kristiani lainnya tidak dianggap bermasalah karena letaknya tidak sejalan dengan arah Kiblat.
Baca Juga: Salat Jenazah di Menara Masjid Hagia Sophia
Salat Jumat tersebut adalah yang pertama kalinya dilakukan sejak 86 tahun yang lalu. Umat muslim dari berbagai kota di Turki berpartisipasi.
Presiden Recep Tayyip Erdogan juga menghadiri acara ini bersama dengan ratusan undangan lainnya. Ribuan warga tampak memadati area di sekitar Masjid Hagia Sophia.
Meskipun sudah diubah menjadi masjid, Hagia Sophia tetap akan dibuka untuk umum dan tiket masuk akan gratiskan, menurut AKP Omer Celik.
Hagia Sophia memiliki sejarah yang cukup panjang, sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, bangunan ini pertama kali dibangun sebagai katedral di era Kekaisaran Bizantium.
Pada 1453, Hagia Sophia berubah menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman atas Konstantinopel. Tahun 1934, pemimpin sekuler Turki, Mustafa Kemal Ataturk mengubah status Hagia Sophia jadi Museum.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
Terkini
-
Wafat di Pesawat Usai Tolak Tambang Emas, Kematian Wabup Sangihe Helmud Hontong Kembali Bergema
-
PLN Pastikan Kesiapan SPKLU Lewat EVenture Menjelang Natal 2025 & Tahun Baru 2026
-
Soal Polemik Perpol Baru, Kapolri Dinilai Taat Konstitusi dan Perkuat Putusan MK
-
Kritik Penunjukan Eks Tim Mawar Untung sebagai Dirut Antam, KontraS: Negara Abai Rekam Jejak HAM!
-
Mendagri Tito Serahkan Bantuan untuk Warga Terdampak Bencana di Sumbar
-
Detik-Detik Pengendara Motor Tewas Tertabrak Bus Minitrans di Pakubuwono Jaksel
-
Jawab Kritik Rektor Paramadina, Wamendiktisaintek Tegaskan Fokus Pemerintah Bukan Kuota PTN
-
Korsleting Dominasi Kasus Kebakaran Jakarta, Pengamat: Listriknya 'Spanyol', Separuh Nyolong!
-
Operasi Senyap KPK di Banten, Lima Orang Terjaring OTT Semalam
-
Waspada Cuaca Ekstrem, Distamhut DKI Pangkas 69 Ribu Pohon Rawan