"Saya ingin telur penyu ini bisa netas dan anaknya hidup semakin banyak," ujarnya dengan penuh harapan yang besar.
Tahun 2020 ini, pulau ini sudah beberapa kali didatangi tamu yang ingin mendukung program konservasi penyu yang dijalaninya. Dengan beragam konsep ditawarkan, salah satunya konsep ekologi wisata yang menjadikan penyu sebagai daya tawar utamanya.
Pak Bujang mengaku selalu terbuka dengan program konservasi penyu. Namun sampai saat ini masih belum ada dampak signifikan untuk kemudahannya bekerja.
Di sela obrolan asyik dengan Pak Bujang, beberapa kelapa muda sudah tersaji di sisi lain pohon rindang ini. Tanpa dikomando, satu persatu dari anggota rombongan mengambil dan langsung menenggak air kelapa. Juga menghabiskan isinya dengan sendok yang terbuat dari bagian bawah kulit kelapa.
Anggota rombongan lain yang kebetulan berada di sisi pantai mencari kerang, langsung bergegas menghampiri. Bergerak cepat dari kejauhan untuk mendapatkan kelegaan dari manisnya air kelapa yang baru saja diturunkan dari pohonnya. Puja-puji atas kenikmatan melepas dahaga menggema sesaat, berakhir dengan obrolan tentang Pak Bujang dengan program konservasi yang dijalaninya dalam sunyi.
Sambil mengitari beberapa sarang, warga asli kampung Darat Pulau, Pulau Karas ini mengatakan, total ada 13 sarang penyu di sini pada tahun 2019 lalu. 7 diantaranya menghasilkan 1.072 ekor tukik, sementara 6 sisanya gagal dengan berbagai sebab, termasuk ulah manusia.
Pak Bujang mendapatkan sertifikat dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang. Ia mengaku akan lebih senang lagi jika ada dukungan pada peningkatan infrastruktur penyelamatan telur penyu untuk kemudian dilepasliarkan setelah menjadi tukik, edukasi, juga dukungan sosialisasi kepada masyarakat agar bisa ikut bersama-sama menjaga penyu dan habitatnya.
Dengan dukungan itu, ia meyakini upaya menjaga kelestarian spesies penyu bisa berjalan lebih baik.
Sampai hari ini, Bujang hanya mengandalkan pengalaman dan petunjuk dari orang tuanya tentang penyu. Ia tahu kapan pastinya penyu akan naik bertelur hanya dengan melihat tanda-tanda kilatan di langit dan hitungan bulan dalam kalender Hijriah. Ia tahu ciri atau gerak-gerik penyu ketika akan mengeluarkan telurnya saat sudah berada di pasir dan membuat kubangan.
Baca Juga: Abrasi Parah, Konservasi Penyu di Trisik Kulon Progo Bakal Direlokasi
Pak Bujang juga bisa menemukan di mana persisnya posisi telur penyu ketika hanya mendapati jejak kaki Penyu. Ia tidak selalu bisa melihat langsung penyu bertelur, justru lebih banyak hanya menemukan jejak kaki penyu ketika naik dan turun ke laut setelah bertelur. Karena ada kesibukan lain sebagai nelayan, tidak setiap momen penyu bertelur ia bisa lihat.
"Pas air pasang dan ada kilat agak kuning, itu pasti ada penyu bertelur," tuturnya.
Dari pengalamannya selama bertahun-tahun, prosesi bertelurnya penyu mulai dari naik ke darat mencari lokasi, menggali lubang utama dan lubang tipuan dari pemangsa, bertelur, mengubur telur, hingga akhirnya kembali ke laut, butuh waktu cukup panjang, bisa sampai sekitar 3 atau 4 jam lamanya.
Pada prosesnya hewan yang dilindungi ini sangat sensitif. Ia mengaku tidak berani mendekat karena takut mengganggu proses penyu bertelur. Ia sempat mendapat informasi dari warga kalau ada penyu yang naik ke darat namun tidak bertelur, hal itu mungkin karena terganggu karena mengetahui keberadaan manusia.
Lain halnya bila mendekat ketika penyu telah mengeluarkan telurnya. Keberadaan manusia tidak akan mengganggu proses selanjutnya, walaupun ia tetap tidak berani untuk datang terlalu dekat dengan lokasi Penyu yang tengah bertelur itu.
"Kalau kaki belakangnya sudah menutupi lubang, itu pasti mulai bertelur," jelas Bujang.
Tag
Berita Terkait
-
Festival Literasi Batam #1, Solusi Peningkatan Mutu Pendidikan dan Literasi di Kota Batam
-
MBG SMAN 4 Batam Ditemukan Serpihan Kaca: Kelalaian Fatal atau Sabotase?
-
Gibran Pakai Sarung Tangan Terbalik saat Hendak Panen Lobster Jadi Sorotan, TNI Turun Tangan
-
Aksi Penyu-lamat 2025, Telkom Edukasi Sampah dan Selamatkan Penyu di Pantai Pelangi
-
Konservasi Penyu di Barru Justru Jadi Sumber Cuan Baru Warga Pesisir
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
Terkini
-
Rocky Gerung: Program Makan Bergizi Gratis Berubah Jadi Racun karena Korupsi
-
Keputusan 731/2025 Dibatalkan, PKB: KPU Over Klasifikasi Dokumen Capres
-
Bantah Makam Arya Daru Diacak-acak Orang Tak Dikenal, Polisi: Itu Amblas Faktor Alam!
-
Menkes Budi Tegaskan Peran Kemenkes Awasi Keamanan Program Makan Bergizi Gratis
-
Terungkap! Ini Rincian 'Tarif Sunat' Dana Hibah yang Bikin Eks Ketua DPRD Jatim Kusnadi Kaya
-
Demi Buktikan Bukan Pembunuhan, Polisi akan 'Buka-bukaan' 20 CCTV ke Keluarga Arya Daru
-
'Mari Bergandeng Tangan': Disahkan Negara, Mardiono Serukan 'Gencatan Senjata' di PPP
-
Fakta Mengejutkan 'Bjorka KW': Bukan Ahli IT dan Tak Lulus SMK, Belajar Retas Otodidak dari Medsos
-
Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk, DPR Sebut Konstruksi Bangunan Tak Ideal
-
Viral di MRT, Lansia 73 Tahun Ini Ditangkap dan Punya 23 Kasus Kriminal