"Tidak ada pikiran misalnya, ya sudah Bintara semua Bintara baru, pekerjaan minial yang kecil yang remeh temeh itu ditempatkan di sana selama satu tahun atau dua tahun. Sama seperti kepolisian Jepang. Semua alumni pendidikan awal itu ditaruh di fungsi pelayanan publik, bukan di penegakan hukum," lanjut Hermawan.
Hermawan beranggapan bahwa penugasan di posisi kecil itu disebabkan oleh struktur pendidikan yang belum cukup membuat para Bintara memahami profesi militer.
"Ini menyebabkan apa? Struktur pendidikannya tidak memenuhi mimpi-mimpi institusional jangka panjang. Akibatnya apa? Ada Bintara PK (Prajurit Karier) di TNI, di polisi ada Bintara level Brigadir Dua (Bripda) itu pendidikannya hanya 7 bulan diutak atik. Enggak ada dana, 7 bulan. Ada dana, 9 bulan. Dapat apa dia? 3 bulan untuk bintara PK itu tidak cukup untuk membentuk jiwa korsa yang memahami profesi militer," ungkap Hermawan.
Ia juga menemukan ada pemahaman tertentu yang harus disadari tentang profesi militer.
"Profesi militer itu adalah kombatan di atas segala-galanya dia penjaga kedaulatan negara. Polisi? Bukan, polisi itu pelayan publik," tegas Hermawan.
Di ujung penjelasannya, Hermawan juga mengungkapkan perbedaan mendasar tentang tentara dan polisi.
"Di dalam konteks demokrasi, kenapa polisinya over-reaching? Karena polisi memang statusnya ASN sekarang. Kalau dia melakukan pelanggaran pidana, dihukum di peradilan pidana, peradilan sipil. Tentara? Tidak. Apa kaitannya melanggar menabrak sepeda motor, tidak pakai SIM, tidak dihukum. Karena mereka tunduk pada peradilan militer, bukan peradilan sipil," jelas Hermawan.
Simak penjelasan Hermawan Sulistyo DI SINI.
Baca Juga: Kepala Dibacok TNI Penyerang Polsek Ciracas, Wahyu Diguyur Uang Rp 6 Juta
Berita Terkait
-
Kejagung Sebut Jaksa Pinangki Beli Mobil BMW X5 dari Hasil Kejahatan
-
Kepala Dibacok TNI Penyerang Polsek Ciracas, Wahyu Diguyur Uang Rp 6 Juta
-
Kodam Jaya Talangi Kerugian Warga yang Diserbu, Nanti Ditagih ke Prajurit
-
Minta Maaf Ulah Beringas Prajurit TNI, Pangdam: Itu Cuma Segelintir Oknum
-
Total 76 Korban Aksi Brutal TNI, Pangdam: Kasihan Warga Tak Tahu Apa-apa
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Mendagri Bersama Menteri PKP Resmikan Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana di Tapanuli Tengah
-
Percepat Pemulihan Pascabencana, Mendagri Instruksikan Pendataan Hunian Rusak di Tapanuli Utara
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh