Suara.com - Pemerintahan Joko Widodo menggelontorkan uang miliaran rupiah untuk menyewa jasa influencer dalam membantu mempengaruhi opini publik. Penggunaan influencer menjadi perdebatan penting karena sejatinya setiap instansi pemerintah sudah punya public relation -- Presiden punya juru bicara -- yang perannya sama.
Bagaimana dengan era Presiden Soeharto dalam mengelola tim komunikasi publik.
Kalau era pemerintahan Soeharto belum ada yang namanya influencer lantaran masa itu belum ada platform sosial media seperti periode Jokowi. Tapi juru bicara pemerintah kala itu dipegang oleh Menteri Sekretaris Negara Moerdiono.
Sementara kalau zaman Jokowi, ada Sekretariat Kabinet, Sekretariat Negara, dan Kantor Staf Presiden. "Saya bingung tupoksinya bagaimana (zaman Jokowi)," kata analis politik dari Political Public Policy Studies Jerry Massie kepada Suara.com, Senin (7/9/2020).
Era Soeharto, Moerdiono jika menyampaikan pesan pemerintah kepada publik sangat berhati-hati.
"Tetapi era "zaman now" atau milenial semua bisa bicara kendati bukan bidang dia," kata Jerry Massie.
Begitu juga dengan job discriptionnya, era Jokowi dinilai Jerry Massie paling amburadul dan kacau karena tidak teratur. Zaman Susilo Bambang Yudhoyono, menurut Jerry Massie, masih lumayan bagus jika dibandingkan pemerintahan setelahnya.
"Tapi sekarang. Harusnya yang banyak bicara jubir Presiden, tapi banyak di-take over KSP," kata Jerry Massie.
Menjadi juru bicara Presiden dituntut untuk pintar dan tahu cara menerjemahkan bahasa Presiden. Juru bicara harus menguasai bahasa tutur sampai bahasa asing dan mengerti soft skill and hard skill serta memahami fungsi public relation.
Baca Juga: BuzzerRp dan Sejarah Propaganda Ala Rusia Jelang Pilpres 2019
"Tapi saya lihat saat ini humas kita lemah. Tapi saya condong ke jubir saja. Humas itu tupoksinya lain. Bagian humas tugasnya : fact finding, planning, communications, dan evaluation," kata Jerry Massie.
Tantangan komunikasinya beda
Zaman Soeharto dan Jokowi memiliki tantangan komunikasi yang berbeda. Era sekarang, pemerintah harus berhadapan dengan hoax dan juga kelompok radikal.
Menurut Jerry, bagian public relation zaman Soeharto dan sekarang juga berbeda.
Saat ini, kata Jerry Massie, pentingnya peran jubir, bahkan tim komunikasi Jokowi, memahami kebutuhan publik. Menurut dia sebenarnya tidak perlu istilah influencer.
"Nah influncer kerap berubah jadi "buzzer" ini kan bukan membantu kinerja pemerintah, tapi sebaliknya," kata Jerry Massie.
Berita Terkait
-
KontraS Menolak Keras! Soeharto Mau Jadi Pahlawan Nasional, Jejak Kelam Orde Baru Jadi Sorotan
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Koalisi Sipil Tolak Soeharto Dapat Gelar Pahlawan, Sebut Pemerintah Abaikan Korban Pelanggaran HAM
-
Setahun Pasca-Jokowi: Rakyat Curigai 'Nyawa Busuk' dan Potensi Kejahatan dalam Kebijakan Masa Lalu!
-
Ribka PDIP Tak Setuju Soeharto Jadi Pahlawan: Dia Pelanggar HAM, Bunuh Jutaan Rakyat
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
-
Saham BBRI Dekati Level 4.000 Usai Rilis Laba Bersih Rp41,23 Triliun
-
Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
Terkini
-
M Bloc Space Comeback: Sekarang Wajahnya Beda, Energinya Juga Lebih Seru!
-
Apa itu Prabowonomics? Viral usai Jadi Jihad Budiman Sudjatmiko
-
Geger Kereta Cepat Whoosh: Dugaan Konspirasi Jahat Disebut Bikin Negara Tekor Rp75 Triliun
-
Sidak Dedi Mulyadi Ungkap Dugaan Aliran Dana Janggal Aqua ke PDAM Senilai Rp600 Juta Per Bulan!
-
Dukung PPPK Jadi PNS, Anggota Komisi II DPR Sebut Usulan Terbuka Diakomodir Lewat Revisi UU ASN
-
Uji Lab Tuntas! Pertamina Jawab Keluhan Pertalite Bikin Brebet di Jatim: Sesuai Spesifikasi
-
PAM Jaya Matikan Sementara IPA Pulogadung, Gangguan Layanan Bisa Terasa Sampai 48 Jam
-
Geger Dugaan Mark Up Proyek Whoosh, KPK Bidik Petinggi KCIC?
-
Skandal Korupsi Whoosh: KPK Usut Mark Up Gila-gilaan, Tapi Ajak Publik Tetap Naik Kereta
-
Dugaan Kerugian Negara Rp75 T di Proyek KCJB, Pemufakatan Jahat Pemilihan Penawar China Jadi Sorotan