Suara.com - Lumba-lumba langka kembali melintas di sekitar sungai Delta, Hong Kong saat lalu-lintas kapal feri menjadi lengang akibat pandemi Covid-19.
Menyadur The Straits News, Seni (14/9/2020) Ilmuwan kelautan Lindsay Porter dari Universitas St Andrews mengatakan lumba-lumba putih dan lumba-lumba merah muda bergerak kembali ke Sungai Pearl Delta.
Sungai tersebut biasanya dihindari oleh lumba-lumba karena banyak kapal feri melintas yang menghubungkan Hong Kong dan Makau.
Jumlah lumba-lumba di daerah itu melonjak hingga 30 persen sejak Maret ketika lalu lintas kapal feri dibatasi.
Menurut Dr Porter, kondisi tersebut merupakan kesempatan langka bagi ilmuwan untuk mempelajari bagaimana kebisingan bawah air memengaruhi perilaku lumba-lumba.
"Perairan ini, yang pernah menjadi salah satu jalur tersibuk di Hong Kong, kini menjadi sangat tenang," kata Dr Porter, yang telah mempelajari lumba-lumba selama tiga dekade di Hong Kong.
Dari perahu karet kecil, Dr Porter dan timnya menjatuhkan mikrofon ke dalam air dan menggunakan drone untuk mengawasi lumba-lumba.
Menurut Dr Porter, penelitian tersebut menunjukkan bahwa lumba-lumba beradaptasi lebih cepat dari yang diharapkan di lingkungan yang tenang, dan populasinya kemungkinan akan meningkat ketika penyebab stres tersebut dihilangkan.
Para ilmuwan mengira ada sekitar 2.000 lumba-lumba di seluruh muara Sungai Mutiara.
Baca Juga: Demo Hong Kong: 'Perang' di Dunia Maya dan Teknologi Penyadapan Israel
Sebuah survei pemerintah Hong Kong pada 2019 menemukan bahwa hanya sekitar 52 lumba-lumba yang memasuki perairan di sekitar pusat keuangan Asia tersebut, tetapi Dr Porter yakin jumlah sebenarnya mungkin sedikit lebih tinggi.
"Saya terkadang merasa bahwa kami mempelajari lambatnya kematian populasi ini, yang bisa sangat menyedihkan," katanya.
Namun, meski penurunan populasi ini tidak dapat dihentikan, penelitian tersebut dapat membantu populasi lumba-lumba di tempat lain, katanya.
Rencana konservasi Hong Kong difokuskan pada pembukaan taman laut, di mana lalu lintas kapal dibatasi tetapi tidak dilarang. Tiga di antaranya sering dikunjungi lumba-lumba.
Kelompok konservasi WWF Hong Kong dan Dr Porter mengatakan langkah-langkah tersebut tidak memadai karena lumba-lumba masih dalam bahaya ditabrak feri saat mereka bergerak di antara kawasan lindung.
"Artinya, jika kita memang memiliki rencana pengelolaan yang komprehensif di Hong Kong dengan langkah-langkah konservasi yang lebih efektif, kita mungkin bisa dengan cepat menghentikan penurunan populasi lumba-lumba," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
RUU PPRT 21 Tahun Mandek, Aktivis Sindir DPR: UU Lain Kilat, Nasib PRT Dianaktirikan
-
KSPI Desak RUU PPRT Disahkan: Pekerja yang Menopang Ekonomi Justru Paling Diabaikan
-
Cegat Truk di Tol Cikampek, Polda Metro Bongkar Penyelundupan Pakaian Bekas Impor Rp 4,2 Miliar
-
Detik-detik Mencekam Pesawat Oleng Lalu Jatuh di Karawang, Begini Kondisi Seluruh Awaknya
-
Inovasi Layanan PT Infomedia Nusantara Raih Penghargaan dari Frost & Sullivan
-
PAD Naik Drastis, Gubernur Pramono Pamer Surplus APBD DKI Tembus Rp14 Triliun
-
Pramono Sebut Pengangguran Jakarta Turun 6 Persen, Beberkan Sektor Penyelamat Ibu Kota
-
Selidiki Kasus BPKH, KPK Ungkap Fasilitas Jemaah Haji Tak Sesuai dengan Biayanya
-
Ada Terdakwa Perkara Tata Kelola Minyak Mentah Pertamina Tersandung Kasus Petral, Ada Riza Chalid?
-
Skandal Korupsi Ekspor POME: Kejagung Periksa 40 Saksi, Pejabat dan Swasta Dibidik