Suara.com - Gedung blok G Balai Kota DKI Jakarta kembali dibuka setelah sempat ditutup karena sejumlah pegawai terpapar corona. Kendati demikian, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih belum mengadakan pertemuan tatap muka di gedung itu.
Biasanya, Anies menggelar rapat pimpinan (rapim) di ruang pola blok G Balai Kota. Namun, Kepala Biro Umum Pemprov DKI Budi Awaludin mengatakan sampai saat ini Anies belum memberikan instruksi untuk menggelar rapat.
"Sementara masih belum ya (ada rapim). Masih nunggu petunjuk pimpinan untuk Rapim," ujar Budi saat dihubungi Suara.com, Senin (21/9/2020).
Budi menuturkan, sudah diperbolehkan jika memang ingin menggelar rapat di blok G Balai Kota. Namun Anies belum mengagendakan pertemuan apapun.
"Kalau memang pak Gubernur mau rapim ya akan rapim," jelasnya.
Meski demikian, jika nantinya akan ada rapim, maka pihaknya akan melaksanakan protokol kesehatan pencegahan corona. Mulai dari pembersihan sebelum dan sesudah rapat, jaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker.
"Jadi pada intinya semua ruangan bisa dilaksanakan, tapi kita akan lakukan protap kesehatannya dengan membersihkan sebelum dan sesudah (rapat)," jelasnya.
Selama ditutup sejak 17 September lalu, ia menyebut pihaknya sudah rutin melakukan pembersihan seluruh ruangan gedung blok G Balai Kota. Lokasi disebutnya sekarang sudah steril dan gedung kembali beroperasi seperti biasa.
"Semua ruangan bisa dipake. Tapi kan kita menghindari kontak fisik," pungkasnya.
Baca Juga: Kasus Meningkat, Pemkot Tangerang Tambah Tempat Isolasi Pasien Covid-19
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memutuskan untuk menutup sementara gedung Balai Kota DKI Jakarta Blok G. Sebab, ada 14 Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terpapar virus corona.
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta Chaidir mengatakan 11 orang PNS di antaranya yang positif corona merupakan stafnya di BKD. Hasil swab diketahui sejak Senin (14/9/2020) lalu.
"Dari saya itu staf saya itu hasil terpaparnya ada. 11 staf yang di pelayanan semua. Di BKD," ujar Chaidir saat dihubungi Suara.com, Kamis (17/9/2020).
Karena kejadian itu, sejak Senin kemarin pihaknya sudah menutup lantai 21 blok G. Seluruh pegawai diminta untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
"Di antaranya di BKD sendiri kita sudah tutup lantai 21 sudah kita tutup. Pelayanannya WFH," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Gempa Magnitudo 6,5 Leeward Island, BMKG: Tidak Ada Potensi Tsunami di Indonesia
-
Kewenangannya Dicabut, Karen Agustiawan Klaim Tak Tahu Soal Penyewaan Tangki BBM Anak Riza Chalid
-
Babak Baru Skandal Whoosh: Pakar Hukum Desak KPK 'Seret' Jokowi ke Meja Pemeriksaan
-
Karen Agustiawan Ungkap Fakta TBBM Merak: Kunci Ketahanan Energi Nasional atau Ladang Korupsi?
-
Blok M Bangkit Lagi! Gubernur DKI Janjikan Sistem Parkir Satu Pintu, Minta Warga Naik Transum
-
KCIC Siap Bekerja Sama dengan KPK soal Dugaan Mark Up Anggaran Proyek Kereta Cepat Whoosh
-
Mendagri Tito Karnavian Buka-bukaan, Ini Biang Kerok Ekonomi 2 Daerah Amblas!
-
Sidang Kasus Korupsi Pertamina, Karen Agustiawan Ungkap Tekanan 2 Pejabat Soal Tangki Merak
-
Ultimatum Gubernur Pramono: Bongkar Tiang Monorel Mangkrak atau Pemprov DKI Turun Tangan!
-
Drama Grup WA 'Mas Menteri': Najelaa Shihab dan Kubu Nadiem Kompak Bantah, tapi Temuan Jaksa Beda