Suara.com - Paham komunis muncul pada tahun 1843 ketika Karl Marx melarikan diri dari Prussia (sekarang Jerman). Karl Marx melarikan diri ke Prancis yang kental dengan paham sosialisme.
Di Prancis pada tahun 1848, dia mendirikan revolusi komunisme bersama Weitling dan Proudhon.
Analis politik dari lembaga Political and Public Policy Studies Jerry Massie mengatakan dalam sejarah, paham komunis lebih condong ke kaum buruh dan seruan mereka agar semua manusia yang tertindas bangkit.
Bahkan Theimer mengatakan gagasan tentang kekayaan merupakan milik semua pemilikan bersama lebih baik daripada milik pribadi.
"Barangkali kalau tak dilihat dalam kacamata dogmatis maka berbahaya. Memang ajaran Marx ini populer tetapi pada era 90-an, dimana Jerman Timur awalnya komunis bergabung dengan Jerman Barat," kata Jerry dalam webinar Political and Public Policy Studies yang bertajuk: Penggalian Fosil Komunisme untuk Kepentingan Politik?
Begitu pula, Glasnot dan Perestroika di Uni Sovyet pada 1991 terpecah sampai ke Yugoslavia.
Menurut Jerry, Cina menjadi kekuatan dan barometer komunis. Dicatat pada 2017, jumlah keanggotaan paham ini hampir 89,45 juta orang, sedangkan partai komunis di parlemen berjumlah 2.982 orang.
Dalam konteks Indonesia, kata Jerry, sejarah kelam pembantaian PKI tahun 1965 tak boleh dilupakan, dimana para pahlawan revolusi ikut dihabisi dalam peristiwa itu.
"Tapi saat ini kita hidup di masa present, bukan past (lampau), biarlah kita berpikir future (masa akan datang) bangsa ini," kata dia.
Baca Juga: Tragedi 1965, Sertu Ishak Bahar Cakrabirawa: Bojo Ucul, Pangkat Minggat
Jerry mengatakan ajaran komunis masuk Indonesia pada tahun 1913. Komunisme masuk ke Indonesia dibawa Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet asal Belanda bersama Adolf Baars dan mendirikan ISDV.
Namun akhirnya, Maret 1966, Presiden Soeharto melarang komunis dan tahun 1966 dibekukan yang ditanda tangani oleh Jenderal AH Nasution.
Sampai saat ini, kata Jerry, isu komunis dijadikan komoditas politik, sama halnya dengan isu Hizbut Tahrir Indonesia dan khilafah.
Jerry mengatakan kalau di Amerika Serikat, isu yang terkenal sejak Presiden Abraham Lincoln, yakni black and white issues (isu hitam dan putih) atau sekarang dikenal dengan isu rasial.
Jerry menekankan pentingnya menghindari propaganda politik dengan menggunakan isu politik identitas.
Berita Terkait
-
Partai Komunis China Guyur Investasi Rp 36,4 Triliun ke Indonesia, Untuk Apa Saja?
-
Ribka Tjiptaning Dilaporkan ke Polisi, Data Kedubes AS Ungkap Dugaan Pembantaian Massal
-
Potret Presiden Prabowo Pimpin Langsung Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2025
-
Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan
-
Malam Ini 3 Stasiun TV Nasional Tayangkan Film Legendaris G30S PKI, Mana Saja?
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Pengamat: Sikap Terbuka Mendagri Tito Tunjukkan Kepedulian di Masa Bencana
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan