Suara.com - Sebuah curhatan keluhan tentang pelayanan sebuah rumah sakit kepada keponakannya. Ia menyayangkan tindakan yang didapatkan keponakannya yang jatuh namun diberi penanganan covid-19.
Unggahan itu dibagikan oleh AR ke sebuah grup Facebook berbasis kota di Jawa Timur. Ia menceritakan jika keponakannya yang merupakan seorang santri baru saja mendapat kecelakaan jatuh di pesantren tempatnya menimba ilmu.
"Ponakan saya habis jatuh, dibawa ke bidan, dikasih obat, sudah membaik. Sampai jam 12 siang akhirnya kejang-kejang karena panik pihak keluarga saya membawanya ke salah satu rumah sakit di M (menyebut kota)," tulis dia mengawali ceritanya.
Ia menyayangkan pelayanan yang diberikan rumah sakit itu kepada keponakannya.
"Di RS tersebut penanganannya agak lelet, ponakan saya tidak dirawat secara maksimal padahal kondisinya tidak sadarkan diri. Dalam keadaan tidak sadarkan diri malah test swab," lanjut dia.
Saat diuji usap itulah, petaka terjadi. Proses pengambilan sampel dengan memasukkan sebuah alat ke rongga tenggorokan itu membuat si anak menggeliat kesakitan hingga menimbulkan pendarahan ringan.
"Saya sempat adu mulut dengan pihak keluarga saya karena merasa kurang puas dengan penanganan di rumah sakit tersebut," curhatnya.
Usai keponakannya mengalami pendarahan ringan, AR menceritakan bahwa pihak rumah sakit segera memberi suntikan penenang.
Namun, keponakannya kembali mengalami kejang-kejang.
Baca Juga: Tambah 1.098 Pasien Hari Ini, Jumlah Positif Corona DKI Capai 76.619 Kasus
"Dikasih suntikan hingga kembali tenang. Sekitar Maghrib, keponakan saya kejang lagi. Keluarga menilai penanganan rumah sakit kurang maksimal, sehingga minta dirujuk ke rumah sakit lain," terang dia.
Ternyata kendala yang dihadapi keluarga AR tak serta merta berhenti. Mereka menghadapi kesulitan proses rujukan dari rumah sakit tersebut.
"Proses rujukan jadi lama karena keluarga menolak menandatangani surat pernyataan tersebut. Keluarga tetap menolak tanda tangan, lalu minta rujuk paksa," kata dia.
Malangnya, usai berhasil mendapat rujukan, keponakan AR menghembuskan napas terakhirnya ketika dalam perjalanan ke rumah sakit rujukan.
"Keponakan saya akhirnya meninggal dunia dalam perjalanan ke RS G sekitar jam 10 malam. Jenazah langsung dimakamkan tanpa protokol Covid-19," tukas dia.
Cerita itu sontak membuat warganet khawatir dan prihatin dengan peristiwa yang dialami keluarga AR.
Berita Terkait
-
Tambah 1.098 Pasien Hari Ini, Jumlah Positif Corona DKI Capai 76.619 Kasus
-
Di Dalam Rumah, Protokol Kesehatan Tetap Harus Diterapkan
-
Satgas Ralat Ucapan Pasien Covid-19 di RS Swasta Tak Dibiayai Negara
-
Kenang Konser Sebelum Pandemi, Adhitia Sofyan Bersyukur Masih Ada Streaming
-
Benarkah Stres Bikin Lebih Mudah Tertular Covid-19? Ini Kata Psikolog
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
Terkini
-
Sopir Angkot Cegat Mikrotrans JAK41 di Velodrome, Dishub DKI Janji Evaluasi Rute
-
Ratusan Warga Prasejahtera di Banten Sambut Bahagia Sambungan Listrik Gratis dari PLN
-
Hasto PDIP: Ibu Megawati Lebih Pilih Bendungan dan Pupuk Daripada Kereta Cepat Whoosh
-
Putri Zulkifli Hasan Sambut Putusan MK: Saatnya Suara Perempuan Lebih Kuat di Pimpinan DPR
-
Projo Tetapkan 5 Resolusi, Siap Kawal Prabowo hingga 2029 dan Dukung Indonesia Emas 2045
-
Budi Arie Bawa Gerbong Projo ke Gerindra? Sinyal Kuat Usai Lepas Logo Jokowi
-
Cinta Terlarang Berujung Maut, Polisi Tega Habisi Nyawa Dosen di Bungo
-
Dua Tahun Lalu Sakit Berat, Kini Adies Kadir Didoakan Kembali di Majelis Habib Usman Bin Yahya
-
Makna Arahan Mendagri Tito Karnavian Soal Dukungan Pemda Terhadap PSN
-
Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII Wafat, Akhir Perjalanan Sang Pemersatu Takhta Mataram