Suara.com - Anggota DPRD Jakarta fraksi PDI-P, Johnny Simanjuntak, mengatakan ada anggota dewan yang trauma jika rapat di Gedung DPRD, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Salah satu alasannya karena khawatir tertular virus corona.
"Ada teman- teman yang trauma di DPRD, karena sudah ada yang kena corona," kata Johnny ketika dikonfirmasi Jumat (23/10/2020).
Alasan itu kemudian dijadikan untuk memindahkan lokasi rapat pembahasan anggaran ke Puncak, Bogor.
Johnny mengaku awalnya sempat mempertanyakan tujuan dari pemindahan lokasi rapat yang sebenarnya bisa digelar secara daring.
"Saya kalau soal hal-hal kayak gitu termasuk kritis karena ngapain sih ke sona?. Tapi kemarin saya lihat amati, karena usul saya kan daring," ujar Johnny.
Kendati demikian, usul Johnny dimentahkan dan rapat digelar di Puncak. Namun ia pun juga bisa menerima alasan itu karena hotel Grand Cempaka bisa menampung banyak orang dan dinilai lebih aman dari penularan Covid-19.
"Nah jadi ada dua pandangan, termasuk saya di awal juga maunya daring. Tapi memang yang di grand cempaka masuk akal juga. Karena suasana di grand cempaka itu lebih luas kan. Orang enggak menumpuk," jelasnya.
Menurutnya jika dipaksakan digelar di gedung DPRD, maka banyak anggota dewan yang absen. Sebab banyak yang trauma karena sudah pernah ada kejadian penularan corona di gedung wakil rakyat Jakarta itu.
"Di sana memang betul-betul orang itu bisa menyebar dan sistem ventilasi ruangan terbuka. Kalau di DPRD pasti rame," kata dia.
Baca Juga: Vaksinasi Dipercepat: Pembelian Vaksin Jangan Ada yang Ditutup-tutupi
Sebelumnya, rapat DPRD DKI Jakarta dengan agenda pembahasan anggaran yang digelar di Hotel Grand Cempaka, Bogor, Jawa Barat, ternyata dihadiri sampai 1.000 orang. Padahal, alasan mereka tidak rapat di kantor adalah demi meminimalisir penularan virus corona.
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz mengatakan rapat yang harus dibahas sampai 1.000 orang tidak bisa digelar di kantor. Begitu juga jika menggunakan cara pertemuan daring atau online.
"Rapat virtual sdh dilakukan dengan sekup yang lebih kecil, saat ini rapat Kebijakan Umum Anggaran yang melibatkan 800 sampai dengan 1.000 orang tidak efektif menggunakan virtual," ujar Aziz saat dihubungi, Kamis (22/10/2020).
Karena itu, Aziz menilai perlu dilakukan rapat di tempat lain yang lokasinya dinilai lebih aman. Sebab di gedung DPRD, ruangannya lebih tertutup dan aliran udara kurang bagus.
"Dipilih di puncak karena ruang gedung dewan semua tertutup full AC, di puncak terbuka dan ventilasinya bagus," jelasnya.
Berita Terkait
-
Vaksinasi Dipercepat: Pembelian Vaksin Jangan Ada yang Ditutup-tutupi
-
Politisi PDIP Sempat Usulkan Rapat Online daripada Bahas Anggaran di Puncak
-
Sosialisasi KPU Belum Maksimal, DPR: Partisipasi di Pilkada Bakal Turun
-
Di Tengah Pandemi 2020, UI tetap Jalankan Program Pengabdian Masyarakat
-
Benarkah Memakai Kacamata Terlindung dari Covid-19?
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
-
Pengusaha Sebut Ketidakpastian Penetapan UMP Bikin Investor Asing Kabur
Terkini
-
Wamenkes Dante: Sistem Rujukan BPJS Tak Lagi Berjenjang, Pembayaran Klaim Disesuaikan Kompetensi RS
-
Pemprov DKI Gagas LPDP Jakarta, Siap Biayai Warga Kuliah S2-S3 hingga Luar Negeri
-
Rehabilitasi Eks Dirut ASDP Picu Sorotan, Komisi III DPR Warning Penegak Hukum
-
Ira Puspadewi Cs Dapat Rehabilitasi dari Prabowo, Eks Penyidik KPK: Tamparan Penegak Hukum
-
Heboh Bandara 'Ilegal' di Morowali, Benarkah Diresmikan Jokowi? Fakta Dua Bandara Terungkap
-
TKI Asal Temanggung Hilang Selama 20 Tahun di Malaysia, Ahmad Luthfi Pastikan Kondisinya Aman
-
Drama Berujung Rehabilitasi, 7 Fakta Mengejutkan Kasus Korupsi Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi
-
DPRD DKI Soroti Gaji Guru Swasta di Jakarta: Jauh di Bawah UMP!
-
Pengacara Komisaris PT Jenggala Maritim Nilai Dakwaan Soal Fee Sewa Kapal Tak Terbukti
-
Milik Siapa PT IMIP? Heboh Bandara Morowali Disebut Ilegal, Jadi 'Negara dalam Negara'