Suara.com - Seorang remaja laki-laki di India ditemukan tewas setelah ponsel satu-satunya untuk mengikuti kelas online selama pandemi Covid-19 rusak.
Menyadur The Independent, Rohit Varak (16) yang tinggal di negara bagian Goa, menggunakan satu-satunya smartphone pemberian keluarganya untuk mengikuti kelas online.
Namun dia menjatuhkan smartphone tersebut hingga menyebabkan layarnya rusak pada awal bulan ini. Dia ditemukan tewas empat hari kemudian.
"Biayanya sekitar 3.000 rupee (Rp 597.000) untuk memperbaiki telepon," kata Neha Varak, saudara perempuan Rohit yang berusia 18 tahun kepada The Independent. "Ayahku tidak punya uang sebanyak itu." tambahnya.
Kisah Rohit adalah satu dari sekian kasus bunuh diri terkait kesenjangan digital yang terjadi di negara itu sejak pandemi Covid-19 menyerang.
Banyak sekolah masih belum kembali ke ruang kelas, dengan masalah yang diputuskan berdasarkan negara bagian.
Keluarga Varak bertahan hidup dengan penghasilan tunggal dari ayah Rohit, yang bekerja sebagai sopir bus pribadi.
Paman Rohit, Bhago Varak, menjelaskan bahwa pendapatan keluarga sangat rendah sejak pandemi melanda. "Dengan pelonggaran bertahap dari penguncian, kami sekarang mendapatkan sekitar 500 rupee (£ 5,20) [sehari], tetapi itu tidak cukup untuk memenuhi pengeluaran harian keluarga," kata Varak.
Hilangnya ponsel pintar - yang dianggap polisi sebagai barang bukti - kini juga mengganggu pendidikan anggota keluarga lainnya.
Baca Juga: Turis dan Peternakan India Diteror Ribuan Monyet "Perampok"
Adik laki-laki Rohit yang berusia 12 tahun, Gyanu, tidak dapat mengikuti kelas online apa pun sejak telepon pintarnya rusak pada 11 Oktober.
Dan kendala keuangan juga berdampak pada Varak yang mungkin terpaksa keluar dari perguruan tinggi demi menjadi perawat.
"Saya ingin menjadi perawat profesional, tetapi bagaimana saya akan membayarnya tanpa beasiswa atau dukungan eksternal?" jelas Varak.
Dalam sebuah wawancara dengan The Independent, seorang akademisi terkemuka di sistem sekolah di India mengatakan krisis Covid-19 akan meninggalkan banyak luka permanen pada anak-anak.
"Pandemi telah sangat memperkuat ketidakadilan yang ada dalam sistem sekolah yang awalnya sangat tidak setara dan rapuh," kata Profesor Ankur Sarin, yang mengajar Grup Sistem Publik di Institut Manajemen India di Ahmedabad (IIM-A).
Penelitian yang sebelumnya tidak dipublikasikan yang dilakukan oleh IIM-A dan Unicef menunjukkan bahwa 98 persen rumah tangga di kota Ahmedabad tidak memiliki laptop atau akses Wi-Fi di rumah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
Terkini
-
Isi Amplop Terkuak! Kubu Roy Suryo Yakin 99 Persen Itu Ijazah Palsu Jokowi: Ada Foto Pria Berkumis
-
7 Fakta Kunci Pemeriksaan Gus Yaqut di KPK, Dicecar 9 Jam soal Kuota Haji
-
Bukan Karena Selebgram LM! Pengacara Tegaskan Penyebab Cerai Atalia-Ridwan Kamil Isu Privat
-
Polisi Sebut Ruko Terra Drone Tak Dirawat Rutin, Tanggung Jawab Ada di Penyewa
-
Rocky Gerung Ungkap Riset KAMI: Awal 2026 Berpotensi Terjadi Crossfire Antara Elit dan Rakyat
-
Menkes Dorong Ibu Jadi Dokter Keluarga, Fokus Perawatan Sejak di Rumah
-
Polemik Lahan Tambang Emas Ketapang Memanas: PT SRM Bantah Penyerangan, TNI Ungkap Kronologi Berbeda
-
Grup MIND ID Kerahkan Bantuan Kemanusiaan bagi Korban Bencana ke Sumatra hingga Jawa Timur
-
BNI Raih Dua Penghargaan Internasional atas Pengembangan SDM melalui BNI Corporate University
-
Soal Polemik Perpol Nomor 10 dan Putusan MK 114, Yusril: Saya Belum Bisa Berpendapat