Beragam Hipotesa Menimbang gejala berat kasus infeksi ulang, para peneliti menarik beberapa hipotesa. Pasien kemungkinan terinfeksi beban virus sangat tinggi, hingga pada kasus infeksi kedua memicu reaksi imunitas tubuh jauh lebih kuat. Atau infeksi kedua muncul akibat strain virus yang lebih ganas. Hipotesa berikutnya apa yang disebut Antibody-Dependent-Enhancement (ADE), dimana virus justru memanfaatkan sistem kekebalan tubuh, untuk menginfeksi organismenya dengan lebih masif dan kuat.
Hal ini diamati dalam kasus infeksi oleh Beta-Coronavirus SARS-CoV. Mekanismenya, antibodi yang diperkuat oleh infeksi mengikat permukaan virus, tapi tidak memeranginya.
Sebaliknya membantu agar virus diterima lebih baik oleh sel tubuh. Dengan begitu perkembangbiakan virus justru didorong.
Kemungkinan lain walaupun kecil, juga menjadi pertimbangan para peneliti di AS itu. Yakni infeksi yang berlangsung kontinu, yang memicu aktivasi dan deaktivasi virusnya. Hal ini bisa terjadi jika virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19 mengalami mutasi, dengan laju tertentu yang tidak secepat mutasi virus influenza.
Juga ada kemungkinan penjelasan, pasien terinfeksi kedua strain virus secara bersamaan. Dalam tes bulan April, strain kedua tidak terlacak karena strain pertama sangat aktif. Sementara pada bulan Juni, strain kedua makin menguat dan strain April sudah sangat lemah.
Para peneliti mengakui, mereka belum memiliki kemampuan untuk melakukan analisis dan penilaian reaksi imunitas tubuh maunpun keampuhannya terhadap kasus infeksi pertama.
Sementara untuk kasus infeksi kedua, mereka sudah bisa menilai sepenuhnya jawaban sistem imunitas tubuh. Sementara itu pakar imunologi Akiko Iwasaki dari Yale University, AS yang tidak terlibat penelitian itu menulis komentar: “Semakin banyak kasus infeksi ulang diketahui, akan semakin bagus karena kemiripan ilmiahnya bisa diketahui, seperti bagaimana perlindungan tubuh berfungsi dan sesering apa infeksi alamiah dengan SARS-CoV-2 memengaruhi derajat imunitas.“
Informasi ini menjadi kunci untuk memahami, vaksin mana yang memiliki keampuhan untuk menciptakan imunitas personal maupun kekebalan kelompok yang disebut “herd immunity“. Hannah Fuchs (as/pkp)
Baca Juga: 4 Bulan Usai Terinfeksi Covid-19, Ini Daftar Organ yang Berisiko Rusak
Tag
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Puluhan Siswa SD di Agam Diduga Keracunan MBG, Sekda: Dapurnya Sama!
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Jadwal SIM Keliling di 5 Wilayah Jakarta Hari Ini: Lokasi, Syarat dan Biaya
-
Dana Bagi Hasil Jakarta dari Pemerintah Pusat Dipangkas Rp15 Triliun, Pramono Siapkan Skema Ini
-
KemenPPPA Dorong Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Pasca Kasus Keracunan
-
BGN Enggan Bicara Sanksi untuk Dapur MBG, Malah Sebut Mereka 'Pejuang Tanah Air'
-
Agus Suparmanto Sah Pimpin PPP, Mahkamah Partai Bantah Dualisme Usai Muktamar X Ancol
-
DPRD DKI Sidak 4 Lahan Parkir Ilegal, Pemprov Kehilangan Potensi Pendapatan Rp70 M per Tahun
-
Patok di Wilayah IUP PT WKM Jadi Perkara Pidana, Pengacara: Itu Dipasang di Belakang Police Line
-
Divonis 16 Tahun! Eks Dirut Asabri Siapkan PK, Singgung Kekeliruan Hakim
-
Eks Dirut PGN Ditahan KPK! Terima Suap SGD 500 Ribu, Sempat Beri 'Uang Perkenalan'
-
Ikutilah PLN Journalist Awards 2025, Apresiasi Bagi Pewarta Penggerak Literasi Energi Nasional