Suara.com - Kawanan gajah kelaparan kerap menyerbu tempat pembuangan sampah di dekat kota bagian timur Ampara, Sri Lanka. Pemerintah mulai mencari cara untuk mencegah mereka masuk kembali ke kawasan tersebut.
Menyadur Channel News Asia Sabtu (28/11), pemerintah kini sedang menggali parit di sekitar tempat pembuangan sampah untuk mencegah kawanan gajah masuk ke sana.
Puluhan gajah keluar dari hutan setiap hari dan mengobrak-abrik gundukan sampah untuk mencari sisa sayuran yang layu. Ini telah menjadi pemandangan umum di tiga tempat pembuangan sampah terbesar di negara itu, yang terletak di sebelah zona perlindungan satwa liar.
Para pejabat mengatakan gajah mengkonsumsi plastik dan sisa makanan dan hal ini membunuh mereka secara perlahan. Pada 2019, tercatat 361 gajah mati karena manusia, lapor kelompok lingkungan setempat.
TPA Ampara dibuat sekitar satu dekade lalu di tengah koridor gajah yang menjadi rumah bagi 200 hingga 300 gajah. Pagar listrik yang dipasang tidak berfungsi untuk menjauhkan gajah kelaparan tersebut.
"Tidak ada rencana atau sistem yang tepat untuk ini,"" kata PH Kumara, bagian dari komite petani Gal Oya, sebuah kelompok tani di wilayah sekitar Ampara.
"Institusi pemerintah telah mendirikan tempat pembuangan sampah di perbatasan zona perlindungan satwa liar. Setelah itu dilakukan, gajah liar dan hewan liar lain mati karena makan sampah."
Kini, pemerintah mencoba parit di sekitar fasilitas untuk mencegah hewan tersebut masuk. Penduduk desa yang hidup berdampingan dengan kawanan liar mengatakan situasinya semakin buruk.
"Gajah-gajah liar yang datang ke TPA berkeliaran di sini siang dan malam. Kemudian mereka pergi ke desa tetangga dan merugikan penduduk desa, harta benda dan tanah pertanian mereka."
Baca Juga: Pembunuh Buruh Perempuan di Sukabumi Ditangkap di Tempat Pembuangan Sampah
"Akhirnya, konflik antara manusia dan gajah semakin parah dan kita kehilangan gajah yang merupakan aset nasional."
Ada sekitar 7.500 gajah liar di Sri Lanka yang berpenduduk 22 juta orang. Gajah yang didomestikasi dipuja di pulau itu dan digunakan dalam acara keagamaan dan budaya sepanjang tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Akal Bulus Pasutri Polisi Gadungan: Pura-pura Istri Pendarahan, Mobil Sopir Online Lenyap
-
Geger Siswa SMPN 19 Tangsel Tewas Diduga Dibully, Mendikdasmen: Saya Akan Dalami Kasus Ini!
-
Operasi Langit di Cilacap: BNPB 'Halau' Hujan Demi Percepat Evakuasi Korban Longsor
-
Perjalanan Cinta Rugaiya Usman dan Wiranto
-
RUU KUHAP Dikebut Tanpa Suara Publik, Anggota Komisi III DPR Terancam Dilaporkan ke MKD
-
Viral Hewan Ragunan Kurus Diduga Dana Jatah Makan Ditilep, Publik Tuntut Audit
-
Kabar Duka! Istri Wiranto, Rugaiya Usman Meninggal Dunia di Bandung
-
Geger Bayi di Cipayung: Dibuang di Jurang, Ditemukan Hidup dalam Goodie Bag Saat Kerja Bakti
-
Tegas! Pramono Anung Larang Jajarannya Persulit Izin Pembangunan Rumah Ibadah di Jakarta
-
Pramono Bantah Isu Tarif LRT Rp160 Ribu: Jadi Saja Belum