Suara.com - Bangladesh mulai merelokasi ratusan pengungsi Rohingya ke pulau rawan banjir, Bhasan Char meskipun kelompok kemanusiaan dan HAM menentang langkah tersebut.
Menyadur Al Jazeera Jumat (04/12), polisi mengawal para pengungsi dengan 11 bus dari Ukhiya di Cox's Bazar untuk perjalanan ke pelabuhan Chittagong dan kemudian ke Bhasan Char
Kelompok kemanusiaan dan HAM sudah mendesak pihak berwenang untuk menghentikan relokasi ini karena Bhasan Char merupakan pulau tak berpenghuni, rawan banjir dan rentan diserang badai.
"Bangladesh harus menghentikan proses relokasi yang terburu-buru ini," kata Ismail Wolff, direktur regional Fortify Rights.
"Tidak ada satu pun pengungsi yang boleh dipindahkan sampai semua masalah HAM dan kemanusiaan diselesaikan dan persetujuan berdasarkan informasi yang asli dijamin."
Human Rights Watch mengatakan telah mewawancarai 12 keluarga yang namanya ada dalam daftar, tetapi tidak mengajukan diri untuk pergi.
Sementara itu, Refugees International mengatakan langkah ini "tidak lain adalah penahanan massal yang berbahaya bagi orang-orang Rohingya yang melanggar kewajiban hak asasi manusia internasional".
Dua pekerja bantuan mengatakan pengungsi mendapat ancaman dari pemerintah dan tawaran uang tunai serta bujukan lain untuk merayu mereka pergi ke pulau itu.
Bhasan Char adalah sebuah pulau yang ditemukan 20 tahun lalu di Teluk Bengal. Untuk mencapai lokasi itu, butuh waktu berjam-jam dari daratan dengan emnggunakan perahu.
Baca Juga: Dibayar Rp 12 Juta, 3 Pelaku Penyelundupan Imigran Rohingya Ditangkap
Bangladesh mengatakan relokasi ini bisa mengurangi kepadatan kronis di kamp-kamp di Cox's Bazar, yang merupakan rumah bagi lebih dari satu juta Rohingya yang melarikan diri dari negara tetangga, Myanmar.
Kelompok kemanusiaan dan HAM mengatakan pulau itu rawan banjir dan sering diterjang badai, sementara pemerintah tidak mengizinkan PBB untuk melakukan penilaian keselamatan.
"Pihak berwenang harus segera menghentikan relokasi lebih lebih lanjut ke Bhashan Char," kata Saad Hammadi, Juru Kampanye Asia Selatan Amnesty International, dalam sebuah pernyataan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Berapa Tarif Hotman Paris yang Jadi Pengacara Nadiem Makarim?
- Upgrade Karyamu! Trik Cepat Bikin Plat Nama 3D Realistis di Foto Miniatur AI
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Pelatih Irak Soroti Kerugian Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Cara Buat Foto Miniatur Motor dan Mobil Ala BANDAI dengan AI yang Viral di Medsos!
Pilihan
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
8 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Terbaik September 2025, Baterai Awet Kamera Bening
-
Harga Emas Naik Terus! Emas Antam, Galeri24 dan UBS Kompak di Atas 2 Juta!
-
Tutorial Dapat Phoenix dari Enchanted Chest di Grow a Garden Roblox
Terkini
-
Koalisi Sipil Desak Komnas HAM Bentuk TGPF Independen, Soroti Dugaan Keterlibatan Militer
-
Sindiran Pedas? Akademisi Sebut Jejak Sopir Sahroni, Noel, Setnov, Bahlil, hingga Haji Isam
-
Gerhana Bulan di Indonesia 7-8 September, Kemenag Serukan Salat Khusuf: Ini Niat dan Tata Caranya
-
Skandal Korupsi Haji, KPK Bongkar Proses Pencairan Dana Jemaah 2024
-
Aktor Preman Pensiun 'Encuy' Ditemukan Meninggal Dunia, Polisi Selidiki Dugaan Bunuh Diri
-
Soal 17+8 Tuntutan Rakyat, Fathian: Lawan Monster Ungu Hanya Bisa dengan Bersatu
-
Geger Isu Prabowo Diisolasi Saat Demo Memanas, Nama Teddy Terseret dalam Pusaran Curiga Netizen
-
Belasan Pemuda Hendak Lempar Batu ke Gedung DPRD Blora, Sambo yang Pertama Ketangkap
-
Viral Pengusaha Dubai Ajak "Crazy Rich" Ahmad Sahroni Pindah: Sindiran Pedas untuk Indonesia?
-
Menhut Raja Juli Klaim Tak Kenal Azis Wellang, Greenpeace: Tidak Cukup untuk Menutup Persoalan Ini