Umumnya nelayan mencari ikan dan lobster di Pantai Sembukan, Paranggupito, pada malam hari.
"Nelayan sudah seperti penggembala laut. Mereka sudah bisa memahami dan mengamati kondisi laut. Jika tidak tepat prediksi bisa mempengaruhi perolehan ikan atau lobster. Jadi punya ilmu titen," kata Dwi.
Sebelum mencari ikan, mereka terlebih dahulu mengamati kondisi laut.
"Ke pantai sambil main sekaligus melakukan survei," kata dia.
Nelayan biasanya memutuskan tidak mencari ikan jika ada tiga kali gelombang besar diikuti dengan air surut beberapa menit. Ketika gelombang datang lagi, saat itu air mulai berubah menjadi keruh.
"Ada tanda-tanda air mulai keruh. Berubahnya air itu akibat pasir di bagian bawah terangkat arus, airnya memutar. Kalau orang sini menyebutnya ada banjelan. Itu ikan dipancing ataupun memakai krendet untuk lobster tetap tidak mau makan, sulit," kata dia.
Sugesti atau ritual
Selain itu, kata Dwi, ada beberapa hari yang dikeramatkan nelayan untuk tidak mencari ikan. Jika nekat mencari, maka tidak mendapatkan ikan. Bahkan krendet yang dipasang dan ditinggal bisa rusak tersapu gelombang.
"Hari keramat itu yakni Kamis Pahing, malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon. Itu sudah menjadi semacam sugesti atau ritual, jika nekat mancing pada hari itu tidak mendapatkan ikan atau lobster," ujar dia.
Baca Juga: Bersedia Ganti Alat Tangkap, Nelayan Cantrang Tegal: Pemerintah Jangan PHP
Ia menuturkan ada salah satu tokoh masyarakat di Desa Paranggupito yang dikenal ahli memprediksi kondisi laut. Jika tokoh itu memberitahu nelayan agar tidak melaut atau ngrendet, mereka mengikuti arahannya. Karena prediksinya sering tepat dan akurat.
"Intinya, ilmu titen para nelayan itu sebagai acuan untuk melaut atau mencari ikan dan lobster. Mereka sudah hafal waktu-waktunya. Ini saatnya melaut, ini bukan waktunya melaut. Bahkan ada di antara mereka yang berani berenang jika waktunya melaut," kata Dwi.
Berita Terkait
-
Suara Pesisir yang Padam: Hak Perempuan Nelayan yang Masih Terabaikan
-
Revitalisasi Kampung Nelayan di Tengah Gempuran Modernitas
-
Anatomi Kehidupan dari Laut: Pangan, Ekonomi, hingga Masa Depan Kita
-
Tak Tercatat Statistik, tapi Menghidupi Pesisir: Potret Perempuan Nelayan
-
Tak Terduga! SBY Spontan Hentikan Mobil dan Melukis di Pinggir Jalan Wonogiri
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Bahlil dan Raja Juli Serang Balik Cak Imin Usai Suruh Taubat 3 Menteri, Pengamat: Dia Ngajak Perang!
-
Rapat Darurat Hambalang: Prabowo Ultimatum Listrik Sumatera Nyala 2 Hari, Jalur BBM Wajib Tembus
-
Prabowo Beri Hasto Amnesti, Habiburokhman: Agar Hukum Tak Jadi Alat Balas Dendam Politik
-
Johan Budi Dukung Abolisi dan Amnesti Tom Lembong - Ira Puspadewi, Tapi Kritisi Untuk Hasto
-
Waspada Rob! Malam Minggu Pluit dan Marunda Masih Tergenang, BPBD DKI Jakarta Kebut Penyedotan Air
-
Habiburokhman Bela Zulhas yang Dituding Rusak Hutan hingga Bencana Sumatera: Agak Lucu Melihatnya!
-
Gebrakan Mendagri Tito untuk Geopark Disambut Baik Ahli: Kunci Sukses di Tangan Pemda
-
Darurat Kekerasan Sekolah! DPRD DKI Pastikan Perda Anti Bullying Jadi Prioritas 2026
-
Update Banjir Rob Jakarta: 17 RT Kepulaun Seribu Terdampak, 6 RT di Jakarta Utara Kembali Terendam!
-
Gelar Panggung Musikal di Sarinah, Aktivis Sebut Banjir Sumatera Tragedi Ekologis