Suara.com - Menjaga lahan sengketa bukan pekerjaan enteng. Risiko yang dihadapi, mulai dari benturan dengan kelompok lawan yang disewa pengusaha yang terlibat sengketa, konflik dengan warga sekitar yang merasa terganggu, hingga berurusan dengan penegak hukum.
Menekuni jenis pekerjaan tersebut, tak hanya dibutuhkan mental baja serta fisik prima, melainkan juga kecerdikan, dan semua itu diceritakan seorang penjaga lahan yang sudah banyak makan asam garam dunia keras kepada saya baru-baru ini.
Sebelum memutuskan terjun ke pekerjaan menjaga lahan sengketa, seperti umumnya motivasi orang-orang yang sedang mencari pekerjaan, yaitu untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
Demikian pula dengan Brader -- nama samaran untuk melindungi keamanan -- ketika baru mau menceburkan diri, dia membayangkan menjadi penjaga lahan akan dapat memberikannya “uang besar.”
Dorongan yang lainnya, biasanya ingin mendapatkan pekerjaan yang dalam melakoninya penuh warna persaudaraan tinggi serta “rasa bangga.”
Bangga bisa membesarkan nama kelompok mereka dan bangga di mata orang yang telah memberikan proyek -- jika pekerjaan selesai sesuai rencana semula.
Menjaga lahan bersatus sengketa pada umumnya hanya bisa dikerjakan secara berkelompok, entah kelompok kecil maupun kelompok besar.
Kebanggaan kelompok umumnya dirasakan setiap kali proyek pengamanan dapat diselesaikan. Dapat diselesaikan di sini berarti sampai tuntas atau sampai terjadi transaksi pembayaran jasa.
“Kalau dapat satu proyek jaga lahan, kita bangga kalau bisa jaga sampai selesai, sampai ada pembayaran, clear,” kata Brader.
Baca Juga: Tumpukan Alat Tes Covid-19 yang Terbengkalai di Gudang
Brader sebenarnya agak kesulitan untuk menggambarkan bagaimana kebanggaan itu terjadi.
Dia kemudian menyebut, “Semacam kayak, bonus. Di mata orang yang kasih proyek, itu kalau bisa dijalankan dengan baik, ada bangga.”
“Biasanya tanah sengketa kan berbenturan dengan beberapa kelompok lain. Misalnya sampai ke pengadilan, dan kemudian menang. Kebanggaan di situ. Bisa jaga nama kelompok kita.”
Pendidikan itu penting
Umumnya, latar belakang pendidikan para penjaga lahan sengketa di Jabodetabek minimal pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah tingkat atas.
Menurut informasi yang disampaikan Brader -- sepanjang yang dia ketahui -- tak sedikit pula penjaga lahan memiliki titel sarjana. Brader sendiri seorang sarjana ilmu sosial dan ilmu politik di salah satu kampus di Jakarta.
Berita Terkait
-
Ponpes Al-Anshar Kasih Bukti dan Bantah Klaim Ayah Atta Halilintar Status Kepemilikan Lahan Sengketa
-
Bantah Klaim Ayah Atta Halilintar, Pihak Ponpes Al-Anshar Ungkap Pemilik Tanah yang Kini Jadi Lahan Sengketa
-
Sehari Bersama Yahudi Ortodoks di Sinagoge Tersembunyi di Sudut Jakarta
-
Jalan Sunyi Agama Baha'i
-
Kami Bertemu Penghayat Sapta Darma, Komunitas yang Dicap Penyembah Semar
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Mendagri Bersama Menteri PKP Resmikan Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana di Tapanuli Tengah
-
Percepat Pemulihan Pascabencana, Mendagri Instruksikan Pendataan Hunian Rusak di Tapanuli Utara
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh