Suara.com - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menolak pindah ke rumah dinas meskipun ia menuai kritik atas keputusan ini. Pihak oposisi mengatakan rumah dinas itu membutuhkan biaya perawatan yang besar meski tak ditempati.
Menyadur Mashable Selasa (16/03), bangunan seluas 5.183 meter persegi itu menelan pajak rakyat hingga USD 1,5 juta yang setara Rp 21,6 miliar untuk biaya perawatan.
Rumah super besar itu juga letaknya berdekatan dengan kantor perdana menteri dan hal ini membuat Yoshihiko Noda, Perdana Menteri tahun 2011 hingga 2012, bertanya-tanya mengapa Suga menolaknya.
"Apa yang akan terjadi jika ada gempa bumi tepat di bawah Tokyo?" Tanya Noda.
"Lalu lintas mungkin tidak bisa dilewati. Butuh lebih dari 20 menit. Tapi untuk berjalan dari Kediaman Perdana Menteri ke Kantor hanya butuh waktu nol menit," ujarnya.
Yoshihide Suga hingga saat ini masih bertahan tinggal di apartemennya yang sempit yang menghabiskan waktu tempuh hingga 20 menit untuk menuju ke kantornya.
Sejak dibangun tahun 1929, rumah dinas itu hanya ditempati oleh 7 perdana menteri. Sejarah kelam bangunan tersebut kerap dikaitkan dengan kosongnya penghuni rumah dinas.
Tanah bangunan itu adalah tempat berbagai peristiwa bersejarah dan berdarah.
Pada tahun 1932, 11 perwira angkatan laut menembak mati Perdana Menteri Tsuyoshi Inukai dalam upaya kudeta militer. Tragedi ini kemudian dikenal sebagai Peristiwa 15 Mei.
Baca Juga: PM Jepang Yoshihide Suga Pastikan Olimpiade Tokyo Bergulir Tahun Ini
Empat tahun setelahnya, saudara ipar Perdana Menteri Keisuke Okada, bersama dengan empat pria lainnya, ditembak dan dibunuh dalam upaya kudeta militer lainnya, yang kemudian dikenal sebagai Insiden 26 Februari.
Menurut laporan SoraNews24, lubang peluru itu masih bisa ditemukan di rumah dinas itu.
Profesor ilmu politik di Temple University, Hiromi Murakami mengatakan keputusan Suga mungkin tak berkaitan dengan gangguan hantu. Bangunan itu dirasa terlalu besar untuk orang Jepang yang terbiasa hidup minimalis.
"Orang Jepang terbiasa dengan rumah kecil dan padat, jadi tiba-tiba diminta pindah ke tempat besar seperti itu akan terasa sangat aneh. Itu mungkin alasan yang lebih tepat daripada laporan tentang hantu," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Rupiah Bangkit Perlahan, Dolar AS Mulai Terpojok ke Level Rp16.760
-
2 Profesi Ini Paling Banyak Jadi Korban Penipuan di Industri Keuangan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
Terkini
-
Gatot Nurmantyo: Ancaman Terbesar Prabowo Bukan dari Luar, tapi Pembusukan dari Dalam
-
Jakarta Diprediksi Berawan Hingga Hujan Ringan Hari Ini, Cek Titik Lokasinya
-
Pangan Ilegal dan Ancaman Kesehatan Jelang Nataru, Apa yang Harus Kita Ketahui?
-
Waka BGN: Tidak Ada Paksaan Anak Libur Ambil MBG di Sekolah
-
10 Jalan Tol Paling Rawan Kecelakaan, Belajar dari Tragedi Maut di Tol Krapyak
-
Arief Rosyid Dukung Penuh Bahlil: Era Senior Atur Golkar Sudah Berakhir
-
Wagub Babel Hellyana Resmi Jadi Tersangka Ijazah Palsu
-
Eksklusif! Jejak Mafia Tambang Emas Cigudeg: Dari Rayuan Hingga Dugaan Setoran ke Oknum Aparat
-
Gibran Bagi-bagi Kado Natal di Bitung, Ratusan Anak Riuh
-
BNI Salurkan Bantuan Pendidikan dan Trauma Healing bagi Anak-Anak Terdampak Bencana di Aceh