Suara.com - Prancis akan membuka kembali kedutaan besarnya di ibu kota Libya, Tripoli, Senin depan untuk menunjukkan dukungannya bagi pemerintah baru negara Afrika Utara tersebut.
Menyadur Al Jazeera, Rabu (24/3/2021) pemerintah persatuan Libya yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah mulai menjabat pada 16 Maret, menyelesaikan transisi kekuasaan yang mulus setelah 10 tahun kekerasan dan kekacauan.
"Kami akan melakukan segala daya kami untuk mempertahankan agenda kedaulatan dan stabilitas ini," jelas Macron bersama Mohammed al-Menfi, kepala dewan kepresidenan Libya di Paris.
"Senin, kedutaan kami di Tripoli akan dibuka kembali dan duta besar kami akan kembali ke wilayah Anda," katanya pada Mohammed al-Menfi.
Paris menutup kedutaannya di Libya setelah mengevakuasi sekitar 50 warga negara Prancis dan Inggris saat pecahnya konflik di Tripoli pada Juli 2014.
Menfi melakukan kunjungan luar negeri pertamanya sejak menjabat, yang dibuat mengikuti proses yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Perdana Menteri Dbeibah dan tiga anggota dewan presidensi sementara dipilih pada pembicaraan yang disponsori PBB pada bulan Februari.
Eksekutif transisi baru muncul dari proses perdamaian PBB yang diluncurkan pada November di Tunis, kemudian memberikan suara di Jenewa. Hasilnya diratifikasi oleh parlemen Libya pada 10 Maret.
Libya, salah satu negara yang kaya akan minyak, diguncang oleh perang sejak pemberontakan yang didukung NATO menyebabkan penggulingan dan pembunuhan penguasa lama Muammar Gaddafi pada tahun 2011.
Baca Juga: Kembali Perkuat Timnas Prancis, Deschamps Berharap Ini Pada Dembele
Mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy adalah kepala pendukung kampanye militer yang dipimpin NATO tersebut.
"Saya di sini ingin menunjukkan semua dukungan saya dan dukungan Prancis untuk otoritas baru Libya yang bersatu yang muncul dari proses transisi," kata Macron.
"Kami memiliki hutang terhadap Libya selama satu dekade kekacauan," kata Macron, menambahkan bahwa stabilitas regional tidak mungkin terjadi tanpa perdamaian di Libya.Diperkirakan 20.000 tentara bayaran dan pejuang asing masih berada di Libya, yang kehadirannya disebut Dbeibah sebagai "tikaman di punggung kami".
Dewan Keamanan PBB pekan lalu meminta semua pasukan asing untuk pergi "tanpa penundaan lebih lanjut".
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Perkuat Ekosistem Bisnis, BNI dan Anak Usaha Dorong Daya Saing UMKM di wondr JRF Expo
-
Dosen Merapat! Kemenag-LPDP Guyur Dana Riset Rp 2 Miliar, Ini Caranya
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas
-
Atap Arena Padel di Meruya Roboh Saat Final Kompetisi, Yura Yunita Pulang Lebih Awal
-
Hadiri Konferensi Damai di Vatikan, Menag Soroti Warisan Kemanusiaan Paus Fransiskus
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Geger KTT ASEAN: Prabowo Dipanggil Jokowi, TV Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf
-
88 Tas Mewah Sandra Dewi Cuma Akal-akalan Harvey Moeis, Bukan Endorsement?