Suara.com - Militer Myanmar menyerbu masyarakat yang tengah melakukan prosesi pemakaman seorang siswi yang tewas oleh kekejaman junta.
Menyadur Sydney Morning Herald, Senin (29/3/2021) menurut saksi mata kepada Reuters, para pelayat melarikan diri saat pasukan keamanan melepaskan tembakan pada hari Minggu (28/3).
Saat itu, masyarakat sedang melangsungkan kebaktian untuk siswa berusia 20 tahun Thae Maung Maung di Bago dekat ibu kota komersial Yangon.
"Saat kami menyanyikan lagu revolusi untuknya, pasukan keamanan datang dan menembak kami," kata seorang wanita bernama Aye yang berada di tempat kejadian.
"Orang-orang, termasuk kami, lari saat mereka melepaskan tembakan." sambungnya.
Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik pada hari Minggu mencatat 12 orang tewas dalam insiden kerusuhan di tempat lain, menjadikan total korban sipil tewas sejak kudeta menjadi 459 orang.
Ribuan penduduk desa di daerah perbatasan melarikan diri ke Thailand setelah serangan udara militer terhadap salah satu dari beberapa milisi etnis yang meningkatkan serangan sejak kudeta, menurut saksi mata dan media lokal.
Tidak ada laporan tentang protes berskala besar di Yangon atau Mandalay, yang menanggung paling berat dari korban pada hari Sabtu, Hari Angkatan Bersenjata Myanmar.
Namun pada hari itu orang-orang di Mandalay mengepung sebuah kantor polisi pada larut malam, menuduh pasukan keamanan melakukan pembakaran lima rumah.
Baca Juga: Hari Paling Mematikan Sejak Kudeta Militer Myanmar
Reuters tidak dapat menghubungi polisi di sana untuk dimintai komentar.
Setidaknya enam anak berusia antara 10 dan 16 tahun termasuk di antara mereka yang tewas pada hari Sabtu, menurut laporan berita dan saksi mata. Para pengunjuk rasa menyebut para korban sebagai "Bintang Jatuh".
Pertumpahan darah tersebut mengundang kecaman baru dari Barat. Pelapor Khusus PBB untuk Myanmar mengatakan tentara melakukan "pembunuhan massal" dan meminta dunia untuk mengisolasi junta dan menghentikan akses untuk mendapatkan senjata.
Kritik dan sanksi asing yang dijatuhkan oleh beberapa negara Barat sejauh ini tidak memengaruhi para pemimpin militer.
"Kami memberi hormat kepada pahlawan kami yang mengorbankan nyawa selama revolusi ini dan Kami Harus Memenangkan REVOLUSI Ini," kata salah satu kelompok protes utama, Komite Pemogokan Umum Nasional (GSCN).
Pertempuran sengit juga meletus antara tentara dan dua lusin kelompok etnis bersenjata yang menguasai sebagian besar negara.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Ulah Camat di Karawang Diduga Tipu Warga Rp1,2 Miliar Modus Jual Rumah, Bupati Aep Syaepuloh Murka
-
Peringatan BMKG: Dua Bibit Siklon Picu Cuaca Ekstrem November 2025
-
Dirikan Biodigister Komunal, Pramono Harap Warga Jakarta Kelola Limbah Sendiri
-
Pramono Setujui SMAN 71 Gelar Pembelajaran Tatap Muka Senin Depan: Yang Mau Daring Boleh
-
Rekam Jejak Arsul Sani: Hakim MK yang Dilaporkan karena Ijazah Doktor Palsu, Ini Profil Lengkapnya
-
Geger Tudingan Ijazah Palsu Hakim MK Arsul Sani, Kampus di Polandia Diselidiki Otoritas Antikorupsi
-
PBHI: Anggota Polri Masih Bisa Duduk di Jabatan Sipil, Asal...
-
Buntut Ledakan SMAN 72, DPR Minta Regulasi Platform Digital Diperkuat: Jangan Cuma Game Online
-
Berakhir di Tangan Massa, Komplotan Copet Bonyok Dihajar Warga di Halte TransJakarta Buaran
-
IUP Raja Ampat Terbit Sebelum Bahlil Lahir, Pakar: Pencabutan 4 Izin Langkah Tepat