Suara.com - Deputi V KSP Jaleswari Pramodhawardani mengimbau semua pihak untuk memberikan kepercayaan kepada aparat kepolisian untuk membongkar jaringan terorisme. Hal ini menyusul peristiwa ledakan bom yang meledak di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/3/2021).
"Percayakan penyidikan untuk membongkar sel teror ke kepolisian," ujar Jaleswari saat dikonfirmasi Suara.com, Selasa (30/3/2021).
Pernyataan Jaleswari menanggapi tudingan Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan Enam Laskar FPI (TP3) Abdullah Hehamahua yang menyebut ada operasi intelijen di balik peristiwa bom yang meledak di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Jaleswari menegaskan aksi teror di Indonesia adalah nyata.
"Aksi teror di Indonesia nyata, tercatat 552 serangan teror pada 2000-2021, sebagian besar berhasil dibongkar oleh kepolisian antara lain juga melalui mekanisme pengadilan yang terbuka," ucap dia.
Karena itu, Jaleswari meminta semua pihak termasuk TP3 untuk menghentikan opini konspirasi yang justru dapat melemahkan upaya pemerintah bersama-sama memerangi terorisme di Indonesia.
"Hentikan pembentukan opini-opini konspirasi yang justru akan melemahkan upaya-upaya kita untuk bersama-sama memerangi teror," katanya.
Sebelumnya, Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan Enam Laskar FPI (TP3) Abdullah Hehamahua menuding ada operasi intelijen di balik peristiwa bom yang meledak di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan.
Pernyataan itu diucapkan Abdullah untuk menanggapi ditangkapnya terduga teroris dengan kepemilikan barang bukti berupa atribut FPI, yang kekinian ditetapkan sebagai ormas terlarang.
"Kami sudah tahu soal itu lah, dari zaman Orba sampai sekarang. Kalau Anda mau yakin, baca disertasi Dr Busyro Muqoddas tentang operasi intelijen. Semua itu adalah operasi intelijen untuk mengalihkan perhatian soal TP3. Mengalihkan perhatian soal HRS, maka ada bom," kata Abdullah di kompleks DPR, Selasa (30/3).
Baca Juga: Daftar Teror Bom di Indonesia, Bom Gereja Makassar Aksi Teror ke-552
Abdullah mendasarkan tuduhan tersebut pada gerak cepat polisi meringkus para terduga teroris, yang dianggap berafiliasi dengan pelaku bom bunuh diri Makassar.
Dia kemudian membandingkan dengan lamanya penanganan kasus kematian enam Laskar FPI yang ditembak polisi.
"Coba Anda perhatikan, bom pagi, siang ditangkap. Sementara enam orang dibunuh (laskar FPI), sudah berapa bulan tidak tahu siapa pembunuhnya. Itu bukti operasi intelijen," kata Abdullah.
Untuk diketahui, kehadiran mantan penasihat KPK itu di DPR guna bertemu Fraksi PKS. TP3 hendak menyampaikan tuntutan kepada DPR terkait kasus kematian enam Laskar FPI.
Sejumlah barang bukti yang disita dari terduga teroris di Jakarta Timur dan Bekasi, pascaaksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar Sulsel, mengandung unsur ormas terlarang FPI.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
- 5 Mobil Bekas di Bawah 50 Juta Muat Banyak Keluarga, Murah tapi Mewah
Pilihan
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
-
7 Langkah Investasi Reksa Dana untuk Kelola Gaji UMR agar Tetap Bertumbuh
Terkini
-
Heboh 'Dilantik' di Kemenhan, Terungkap Jabatan Asli Ayu Aulia: Ini Faktanya
-
PP Dinilai Sebagai Dukungan Strategis Atas Perpol 10/2025: Bukan Sekedar Fomalitas Administratif
-
Sikapi Pengibaran Bendera GAM di Aceh, Legislator DPR: Tekankan Pendekatan Sosial dan Kemanusiaan
-
Geng Motor Teror Warga Siskamling di Pulogadung: Siram Air Keras, Aspal Sampai Berasap
-
Sakit Hati Lamaran Ditolak, Mahasiswa IT Peneror Bom 10 Sekolah di Depok Pakai Nama Mantan Diciduk
-
UMP 2026 Dinilai Tak Layak, Pemprov DKI Susun Strategi Redam Gejolak Buruh
-
KPK Hentikan Kasus Korupsi Nikel Rp2,7 T Konawe Utara, Padahal Sudah Ada Tersangka
-
Ketika Guru Ikut Menertawakan Disabilitas: Apa yang Salah dalam Pendidikan Kita?
-
Diprotes Buruh, Pemprov DKI Pertahankan UMP Jakarta 2026 Rp 5,7 Juta
-
Belum Dievakuasi, Begini Penampakan Mobil yang Tertimpa Reruntuhan Bangunan Parkir di Koja