Suara.com - Presiden sementara, Perdana Menteri, dan Menteri Pertahanan Mali ditahan oleh pihak militer dalam upaya kudeta yang dikecam oleh publik.
Menyadur Deutch Welle, Selasa (25/5/2021) presiden Bah N'Daw, dua pejabat tersebut ditahan oleh militer pada Senin (24/5).
Para pemimpin tersebut dilaporkan dibawa ke pangkalan militer Kati yang terletak di dekat ibu kota Mali, Bamako.
Penahanan itu terjadi hanya beberapa jam setelah dua anggota junta militer kehilangan posisi mereka dalam perombakan kabinet.
PBB, Uni Afrika dan Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) mengutuk langkah tersebut dan menyerukan agar para pemimpin dibebaskan.
"Upaya kudeta" juga disambut dengan ketidaksetujuan dari Uni Eropa, AS dan Inggris, dengan Uni Eropa mengecam langkah tersebut sebagai "penculikan."
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia "sangat prihatin" dengan penangkapan para pejabat Mali tersebut.
"Saya menyerukan untuk tenang & pembebasan tanpa syarat mereka," cuit Antonio Guterres di Twitter.
"Apa yang terjadi sangat serius dan serius dan kami siap untuk mempertimbangkan langkah-langkah yang diperlukan," kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel.
Baca Juga: Ramah Lingkungan, Anak Muda Afrika Selatan Buat Rumah Bebas Emisi Karbon
Pada bulan Agustus, militer Mali menggulingkan Presiden Ibrahim Bouboucar Keita, memaksanya mundur. Pemerintahan sementara, yang dipimpin oleh N'Daw, dibentuk pada bulan September.
Pemerintah sementara, yang diatur untuk mengatur negara selama 18 bulan itu, ditugaskan untuk melaksanakan reformasi dan mengadakan pemilihan.
Banyak dari pemimpin kunci pemerintahan sementara berafiliasi dengan militer, dan N'Daw sendiri pernah menjabat sebagai perwira militer.
Mali telah menghadapi banyak krisis keamanan dan kemanusiaan. Kelompok separatis dan Islamis telah melancarkan pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah sejak 2012.
Pertempuran tersebut membuat ratusan ribu warganya mengungsi seiring dengan meluasnya kekerasan di negara tetangga, Burkina Faso dan Niger.
Masalah terkait iklim juga mengganggu pasokan pangan negara dan sektor pertanian. Pandemi Covid-19 semakin menambah beban pada sistem perawatan kesehatan Mali yang belum berkembang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Skandal Rp 285 Triliun: Anak Riza Chalid Diduga Kantongi Rp3,07 T dari Korupsi Minyak
-
Jurnalis Myanmar Dorong Pembentukan Dewan Pers ASEAN, Perkuat Solidaritas Kebebasan Pers
-
Kabinet Prabowo Copy Paste Era Bung Karno, Ikrar Nusa Bhakti: Pemborosan di Tengah Ekonomi Sulit
-
Seleksi Pejabat BPJS Tak Sekadar Rotasi Jabatan, Pansel Cari Pemimpin yang Bisa Reformasi JKN
-
Ikon Baru Jakarta! 'Jembatan Donat' Dukuh Atas Dibangun Tanpa Duit APBD, Kapan Jadinya?
-
Proyek Galian Bikin Koridor 13 'Lumpuh', Transjakarta Kerahkan Puluhan Bus Tambahan
-
Larang Perdagangan Daging Anjing dan Kucing, Gubernur Pramono Siapkan Pergub dalam Sebulan
-
BNI Dukung BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Layanan Jaminan Sosial lewat BNIdirect Cash
-
'Auditnya Menyusul Belakangan,' Serangan Balik Kubu Nadiem Usai Kalah di Praperadilan
-
Percepat Pembangunan Papua, Mendagri Tekankan Pentingnya Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah