Suara.com - Konflik, kekerasan di sebuah negara hanya akan menimbulkan kesengsaraan. Inilah yang dialami sebagian warga di Sudan Selatan. Salah satu negara di Afrika ini dilanda kelangkaan pangan. Selain konflik, munculnya wabah virus corona menambah derita warga setempat.
Ayen Madit, ibu tujuh anak berusia 40 tahun, mencoba bertahan hidup hanya dengan mengonsumsi daun-daunan dan buah-buahan liar saat kerawanan pangan memburuk di wilayah Bhar El Ghazal Utara di Sudan Selatan.
Dia hidup dalam kondisi tersebut tanpa jatah makanan dari pemerintah maupun badan dunia.
Badan-badan PBB baru-baru ini memperingatkan bahwa 7,24 juta warga Sudan Selatan di ambang bencana kelaparan karena kerawanan pangan memburuk akibat banjir, konflik, dan virus corona.
Di sisi lain, Program Pangan Dunia (FAO) pada April telah mengurangi jatah makanan sebesar 50 persen, mempengaruhi 700.000 pengungsi Sudan Selatan.
Madit, seorang penduduk Araith Payam dari Aweil North, mengatakan orang-orang memakan daun yang mereka temui, karena tidak punya pilihan lain untuk sekadar mengusir kelaparan.
Dia mengatakan sekelompok wanita pergi ke hutan dari jam 8 pagi hingga 3 sore.
Mereka mencari buah-buahan liar dan daun pohon untuk memberi makan keluarga.
“Kami pergi berkelompok mencari daun pohon dan buah-buahan liar. Meninggalkan anak-anak kami untuk tinggal di rumah tanpa apapun yang bisa dimakan.
Baca Juga: WHO: Afrika Butuhkan Minimal 20 Juta Vaksin Covid-19 Dalam Enam Minggu Mendatang
"Mereka hanya makan di malam hari saat kami kembali dari hutan, ”kata Madit kepada Anadolu Agency dalam wawancara telepon.
Northern Bhar El Ghazal adalah satu dari sedikit daerah yang terhindar dari konflik lebih dari enam tahun yang meletus pada Desember 2013.
“Kami mengorbankan hidup kami untuk anak-anak agar mereka bisa makan,” kata dia.
“Tidak ada cukup makanan untuk dimakan. Beberapa anak mengalami diare setelah makan daun."
Diungkapkan Madit, karena kepahitan daun pohon Lalop, yang sering ditemui di hutan, mereka sering kelaparan.
Dia mendesak pemerintah dan lembaga kemanusiaan segera memberikan bantuan untuk menyelamatkan penduduk dari situasi tersebut.
Berita Terkait
-
WHO: Afrika Butuhkan Minimal 20 Juta Vaksin Covid-19 Dalam Enam Minggu Mendatang
-
Presiden Sementara Mali Ditahan Militer, PBB hingga AS Langsung Mengecam
-
Risiko Kematian Pasien Covid-19 Kritis di Afrika Sangat Tinggi
-
Ramah Lingkungan, Anak Muda Afrika Selatan Buat Rumah Bebas Emisi Karbon
-
Proses Vaksinasi dengan Vaksin yang Ada Terus Berlanjut
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional
-
Nestapa Ratusan Eks Pekerja PT Primissima, Hak yang Tertahan dan Jerih Tak Terbalas