Suara.com - Lembaga Voxpol Center Research & Consultant merilis hasil survei terbarunya yang dilakukan pada periode 22 Juni sampai 1 Juli 2021 yang salah satu hasilnya sebanyak 73,7 persen koresponden menolak wacana masa jabatan presiden tiga periode.
Menanggapi hal itu, bekas Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Arief Poyuono masih percaya ke depan hasil survei tersebut dapat berubah. Menurutnya, ke depan bisa saja justru masyarakat setuju masa jabatan presiden ditambah lantaran melihat situasi darurat Covid-19.
"Hasil survei itu kan dinamis, itu hasil hari ini, kita tidak tahu hasil minggu depan," kata Arief saat dikonfirmasi, Senin (5/7/2021).
Arief mengatakan, kalau hasil survei tidak bisa dijadikan sebuah patokan. Apalagi, kata dia, hasil survei setiap lembaga-lembaga survei berbeda.
"Artinya kan dinamis (hasil survei) enggak bisa dijadikan sebuah patokan juga," tuturnya.
Kendati begitu, Arief mengaku menghormati hasil survei yang dirilis Voxpol Center tersebut. Menurutnya, sah-sah saja bisa hasil survei Voxpol menunjukkan hal demikian.
"Kami hormati hasil survei itu namanya juga kan karya ilmiah. Sah-sah saja itu lah demokrasi," tandasnya.
Untuk diketahui, Voxpol Center Research dan Consultant mengular hasil survei terbarunya yang digelar dari 22 Juni sampai 1 Juli 2021.
Survei dilakukan dengan pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling. Jumlah sampel dalam survei adalah 1.200 dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%.
Baca Juga: Sekjen Parpol Koalisi Jokowi-Ma'ruf Kumpul, Bahas 3 Periode?
Hasilnya mayoritas pemilih 73,7 persen menolak adanya wacana penambahan masa jabatan presiden menjadi 3 periode, hanya 22,6 persen yang setuju dengan wacana ini dan sisanya 3,7 tidak
menjawab.
Dari jumlah mayoritas pemilih yang menolak wacana ini beralasan bahwa penambahan masa jabatan presiden merupakan kemunduran demokrasi 33,4 persen, regenerasi kepemimpinan nasional akan terhambat/mandek 28,2 persen, menguatnya KKN dan Oligarki 9,9 persen, pengkhianat demokrasi 8,7 persen dan untuk menjebak presiden 4,6 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Sahroni Ditemukan Tewas, Dikubur Bersama 4 Anggota Keluarganya di Halaman Belakang Rumah
- Link Resmi Template Brave Pink Hero Green Lovable App, Tren Ubah Foto Jadi Pink Hijau
- Penuhi Tuntutan Demonstran, Ketua DPRA Setuju Aceh Pisah dari Indonesia
- Presiden Prabowo Tunjuk AHY sebagai Wakilnya ke China, Gibran ke Mana?
Pilihan
-
Pelatih Persija Kasihan dengan Gerald Vanenburg, Soroti Situasi Timnas Indonesia U-23
-
Harga Emas Antam Lebih Murah Hari Ini Jadi Rp 2.042.000 per Gram
-
Video Lawas Nadiem Makarim Viral Lagi, Ngaku Lahir di Keluarga Anti Korupsi!
-
Mees Hilgers Main Lagi, Pelatih FC Twente Resmi Dipecat!
-
Mees Hilgers Tiba-tiba Kembali Masuk Starting XI FC Twente, Kok Bisa?
Terkini
-
Soal Peluang Jadi Tersangka Kasus BJB, KPK Akan Periksa Ridwan Kamil Dulu
-
Dapat Ratusan Ribu dari DANA Kaget? Ini Cara Kerja dan Tips Biar Beruntung
-
Dihadiri Prabowo hingga Menhan, Peringatan Maulid Nabi Momentum Teladani Akhlak Rasulullah SAW
-
Prabowo Sebut Ada Makar dan Terorisme, Ferry Irwandi: Ibarat Kapal Tenggelam, Jangan Salahkan Air
-
BEM SI Desak Prabowo Bentuk Tim Investigasi Makar dan Tolak Militerisme
-
Prabowo Minta Tim Ekonomi Tingkatkan Lapangan Kerja Secara Merata, Tidak Terpusat di Jakarta
-
Gibran Tinjau Pasar Cipulir Malam Hari, Tiru Gaya Jokowi?
-
Hasil Dialog Bareng Mahasiswa di Istana: Tuntutan 17+8 Dibawa Menteri Sampai ke Meja Presiden
-
BEM SI Tagih Janji 19 Juta Lapangan Pekerjaan Wapres Gibran ke DPR RI, Malah Tuai Nyinyiran
-
BEM SI Kerakyatan "Gedor" Istana: Desak RUU Perampasan Aset, Usut Makar, Tolak Militerisme