Suara.com - Wanita di Lebanon kesulitan untuk membeli pembalut setelah negara tersebut mengalami krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 hingga ledakan Beirut.
Fe-Male, sebuah LSM di Lebanon, menyadur Al Arabiya English Kamis (8/7/2021), mengungkapkan jika wanita di Lebanon menghadapi kenaikan harga produk menstruasi hingga 500 persen.
Fe-Male mengungkapkan bahwa semua itu karena efek pandemi Covid-19, ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, dan kondisi ekonomi Lebanon yang mengerikan.
Pada 2019, satu paket pembalut dibanderol 3.000 hingga 4.000 pound Lebanon atau sekitar Rp 28.000 hingga Rp 38.000.
Dan saat ini, untuk produk pembalut yang sama sudah mencapai 13.000 pound atau sekitar RP 124.000, bahkan dilaporkan ada yang dibanderol 32.000 pound (Rp 307.000).
Rata-rata, seorang wanita di Lebanon akan menghabiskan sekitar 90.000 pound (Rp 864.000) untuk pembalut saja setiap bulan.
Akibatnya banyak wanita di Lebanon yang terpaksa mencari alternatif lain seperti menggunakan koran, kain bekas, atau kertas tisu.
Tentu semua itu sangat tidak higienis dan menyebabkan masalah kesehatan, kata Masri, salah satu pendiri lembaga bantuan Dawrati Line kepada Al Arabiya English.
"Ini sangat menyedihkan, itu memalukan. Menggunakan kertas tisu. Beberapa dari mereka memotong popok anak mereka menjadi dua sehingga mereka dapat menggunakannya juga. Mereka menggunakan koran. Mereka menggunakan kain bekas. Sangat memalukan, dan yang terpenting tidak higienis sama sekali," kata Masri.
Baca Juga: Viral Trik Nabung Bikin Heran, Celengan Ditutup Pembalut Biar Tuyul Minder
Bank Dunia menyebut saat ini warga Lebanon sedang terjerumus ke dalam kemiskinan, bahkan disebut sebagai salah satu dari tiga krisis keuangan global terburuk sejak pertengahan abad ke-19.
Masri meluncurkan Dawrati, yang berarti siklus menstruasi dalam bahasa Arab, bersama temannya Rana Haddad pada Mei 2020, di tengah krisis keuangan dan di puncak wabah Covid-19.
"Perempuan di Lebanon sedang mengalami krisis ekonomi dan keuangan. Kami mengalami ledakan ganda di pelabuhan Beirut dan keruntuhan ekonomi. Kami sedang melawan Covid-19. Jadi semua ini sudah merugikan orang pada umumnya, dan lebih khusus lagi bagi wanita, yang tidak mampu lagi membeli pembalut menstruasi," kata Masri kepada Al Arabiya English.
Faten Menhem Aoun, ibu dua anak berusia 36 tahun, mengatakan kepada Al Arabiya English bahwa inflasi membuatnya kesulitan untuk membeli pembalut dan barang-barang kebutuhan.
"Sebelumnya, saya biasa membeli sebungkus (pembalut menstruasi) seharga 2.500 pound Lebanon (Rp 24.000). Sekarang harganya hampir 10 kali lipat atau lebih," katanya.
Bagi Sahar Yahya, seorang warga Tripoli, kondisi ekonomi yang dialaminya saat ini membuatnya dan banyak temannya untuk mencari pembalut yang lebih murah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Berkaca dari Kasus Al-Khoziny, DPR Usulkan Pemerintah Beri Subsidi IMB untuk Pondok Pesantren
-
Susul Viral Tepuk Sakinah, Kini Heboh Tepuk Pajak dari Pegawai DJP
-
Di Depan Perwakilan Keluarga, Polisi Akui Belum Temukan HP Pribadi Arya Daru
-
Demo di DPR, Koalisi Sipil hingga Mahasiswa Desak Hentikan Represi dan Bebaskan Tahanan Politik
-
HUT ke-80 TNI di Monas Hasilkan 126,65 Ton Sampah!
-
Pemerintah Tegaskan Pasal 8 UU Pers Sudah Jamin Perlindungan Hukum bagi Wartawan
-
Gibran Pimpin Upacara Pemakaman Istri Wapres ke-4: Hormat Terakhir untuk Karlinah
-
SK Baru Menkum, Agus Suparmono jadi Waketum Dampingi Mardiono di Pucuk PPP
-
Geger Udang Cikande Terpapar Radioaktif, Waka MPR Eddy Soeparno: Ini Bukan Hal Ringan!
-
DAS Ciliwung Jadi Lokasi Aksi Bersih PLN dan KLH: Angkut 176 Kg Sampah dan Tanam 2.500 Pohon