Suara.com - Polemik pengecatan ulang pesawat kepresidenan dari warna biru langit menjadi merah putih terus berlanjut usai Anggota DPR RI Fraksi PDIP Arteria Dahlan menanggapi kritikan yang disampaikan sejumlah kader Demokrat.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Demokrat, Irwan menanggapi balik pernyataan Arteria. Ia menilai Arteria telah keliru dengan menyalahkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal polemik pesawat kepresidenan.
"Arteria ini keliru besar jika salahkan pak SBY. Harusnya kita semua sebagai anak bangsa berterima kasih karena pak SBY beli pesawat kepresidenan setelah 69 tahun tidak punya. Arteria enggak paham itu. Ajaran Soekarno untuk 'Jasmerah' pun dia lupa," kata Irwan kepada wartawan, Rabu (4/8/2021).
Irwan justru menyinggung balik, bahwa PDIP pernah menolak keras pembelian pesawat kepresidenan. Ia juga mengungkit soal rencana menjual pesawat kepresidenan di awal kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada 2014.
"Ini kok aneh bin lucu tiba-tiba bicara pesawat kepresidenan," tuturnya.
Terkait subtansi, Irwan mengatakan, sebenarnya tak mempermasalahkan pesawat berwarna apa, hanya saja menurutnya perlu dijelaskan kepada publik. Satu hal juga terkait dengan momentum dirasa kurang pas mengingat pandemi covid belum berakhir.
"Yang terpenting juga kan terkait momentumnya apalagi situasi begini, tangani pandemi saja masih kelimpungan cari pendanaan, coba yang masih bisa ditunda ya tunda aja," tuturnya.
"Kalau alasannya tahun 2019 sudah dibahas anggarannya ya gampang kok cukup di realokasi atau refocusing program dan anggarannya," sambungnya.
Sebelumnya, isu pesawat kepresidenan yang diubah warnanya dari biru langit putih menjadi merah putih menjadi sorotan sejumlah kader Partai Demokrat. Namun Anggota DPR RI Fraksi PDIP Arteria Dahlan meminta publik tak terhasut permainan politik 'post colour syndrome'.
Baca Juga: Cerita Megawati Ngaku Dirinya Seperti Konsultan Bencana, Jokowi Ketawa Ngakak
"Jangan sampai publik terbawa permainan politik pihak-pihak yang merasakan 'post colour syndrome', yang merupakan pelesetan dari postpower syndrome. Atau sindrom pascakekuasan yang terjadi karena tak bisa melepaskan diri dari kekuasaan yang sudah hilang," kata Arteria kepada Suara.com, Rabu (4/8/2021).
Menurut Arteria, tak ada yang salah dengan pengecatan pesawat kepresidenan menjadi warna merah putih. Ia mengatakan, justru yang harus dipermasalahkan ketika era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkuasa.
"Yang harusnya dipermasalahkan itu dulu jamannya Pak SBY, kok pesannya warnaya biru, padahal memungkinkan untuk memesan warna merah putih. Tapi kan kami beradab dan berpikiran positif saja," tuturnya.
"Warna bendera negara kita kan merah putih, bukan warna biru. Justru kita bertanya, kok dulu tak sejak awal pesawat itu diwarnai merah putih?," sambungnya.
Arteria kemudian memberikan sejumlah catatannya. Pertama, menurutnya, rencana pengecatan ulang pesawat kepresidenan sudah direncanakan sejak 2019 silam. Dan merupakan satu paket pengerjaan pengecatan dengan Heli Kepresidenan Super Puma yang lebih dulu dikerjakan.
"Kalau terkait anggaran, kita ini kan negara hukum dan ada prosedur administrasi hukum yang telah dilalui dan bahkan disetujui oleh Partai Demokrat. Tentu saja anggaran untuk pengerjaan ini sudah dibahas dengan DPR, dan disetujui tahun 2019. Aneh saja kalau sekarang ada anggota DPR atau parpol di DPR yang mengkritiknya," kata dia.
Tag
Berita Terkait
-
Polemik Berubahnya Warna Pesawat Kepresidenan, Dulu Biru Kini Jadi Merah
-
Cerita Megawati Ngaku Dirinya Seperti Konsultan Bencana, Jokowi Ketawa Ngakak
-
Marak Baliho Puan, Pengamat: Kunci Suara Publik Agar Tak Lagi Bicara Ganjar Capres PDIP
-
Cat Ulang Pesawat RI 1, Arteria Skakmat Demokrat: Bendera Kita Merah Putih, Bukan Biru
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
DPR Usul Presiden Bentuk Kementerian Bencana: Jadi Ada Dirjen Longsor, Dirjen Banjir
-
Pemerintah Pulangkan 2 WN Belanda Terpidana Kasus Narkotika Hukuman Mati dan Seumur Hidup
-
Aksi 4 Ekor Gajah di Pidie Jaya, Jadi 'Kuli Panggul' Sekaligus Penyembuh Trauma
-
Legislator DPR Desak Revisi UU ITE: Sikat Buzzer Destruktif Tanpa Perlu Laporan Publik!
-
Lawatan ke Islamabad, 6 Jet Tempur Sambut Kedatangan Prabowo di Langit Pakistan
-
Kemensos Wisuda 133 Masyarakat yang Dianggap Naik Kelas Ekonomi, Tak Lagi Dapat Bansos Tahun Depan
-
27 Sampel Kayu Jadi Kunci: Bareskrim Sisir Hulu Sungai Garoga, Jejak PT TBS Terendus di Banjir Sumut
-
Kerugian Negara Ditaksir Rp2,1 T, Nadiem Cs Segera Jalani Persidangan
-
Gebrakan KemenHAM di Musrenbang 2025: Pembangunan Wajib Berbasis HAM, Tak Cuma Kejar Angka
-
LBH PBNU 'Sentil' Gus Nadir: Marwah Apa Jika Syuriah Cacat Prosedur dan Abaikan Kiai Sepuh?