Suara.com - Seorang penjaga kelab malam asal Jerman dinyatakan bersalah setelah menyebabkan pacarnya tewas saat berhubungan intim.
Menyadur Evening Standard Selasa (5/10/2021), Marc Schatzle dinyatakan bersalah dan dihukum 18 tahun penjara dengan tuduhan pembunuhan.
Marc Schatzle didakwa sengaja mencekik pacarnya yang diketahui bernama Anna Reed, menggunakan handuk saat mereka berhubungan intim di hotel mewah di tepi Danau Maggiore, Swiss.
Pembunuhan tersebut terjadi pada 9 April 2021, ketika Reed mengancam Marc akan meninggalkannya setelah hampir tiga bulan menjalin hubungan.
Pengadilan mendengar bahwa Reed telah menghabiskan hampir Rp 970 juta untuk menghidupi Schatzle selama mereka berhubungan.
Ayah dua anak tersebut mengklaim bahwa dia secara tidak sengaja mencekik Reed saat berhubungan intim. Namun pembelaannya ditolak oleh majelis hakim.
"Itu adalah pembunuhan yang disengaja pada tingkat yang sangat tinggi," buka Hakim Mauro Ermani, presiden pengadilan pidana di Lugano.
"Kesalahannya sangat tinggi. Dia telah terbukti mampu membunuh seorang wanita muda yang telah memberinya cinta dan uang, karena dia tidak mampu menahan emosinya ketika dia merasa ditinggalkan," sambungnya.
Hakim mengatakan pembelaan Marc yang menyebutkan jika kematian Reed adalah hasil dari permainan intim yang berakhir buruk tidak dapat diterima.
Baca Juga: Buntut Kisruh Kapal Selam, UE Tunda Perundingan Dagang dengan Australia
"Wanita itu dibunuh dengan tindakan yang disengaja. Kematian akibat pencekikan tidak seketika: siapa pun pelakunya punya waktu untuk melihat apa yang terjadi, melihat korban mati lemas tetapi tidak berhenti," jelas Mauro Ermani.
Selama persidangan, Marc mencoba meyakinkan pengadilan bahwa pasangannya menyukai permainan intim yang kasar. "Anna menyukainya ketika aku mencekiknya," katanya.
Pembelaan pria yang juga mantan binaragawan tersebut tetap ditolak, jaksa juga menuduh jika ia sengaja membunuh Reed untuk mengincar kekayaannya.
Jaksa penuntut umum Petra Canonica Alexakis mengatakan kepada pengadilan jika Marc sempat mencuri kartu kredit Reed beberapa jam sebelum membunuhnya.
Kartu kredit itu disembunyikan di panel langit-langit di lift hotel dan kemudian ditemukan lima bulan kemudian.
Sebelum pembunuhan tersebut terjadi, kartu kredit milik Marc telah diblokir dan dia hanya memiliki uang 163,41 poundsterling (Rp 3,1 juta) di sakunya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
Terkini
-
Hotman 'Skakmat' Kejagung: Ahli Hukum Ungkap Cacat Fatal Prosedur Penetapan Tersangka
-
4 Fakta Korupsi Haji: Kuota 'Haram' Petugas Hingga Jual Beli 'Tiket Eksekutif'
-
Teror Bom Dua Sekolah Internasional di Tangesel Hoaks, Polisi: Tak Ada Libur, Belajar Normal!
-
Hotman Paris Singgung Saksi Ahli Kubu Nadiem: 'Pantas Anda Pakai BMW Sekarang, ya'
-
LMS 2025: Kolaborasi Global BBC Ungkap Kisah Pilu Adopsi Ilegal Indonesia-Belanda
-
Local Media Summit 2025: Inovasi Digital Mama dan Magdalene Perjuangkan Isu Perempuan
-
KPK Bongkar Modus 'Jalur Cepat' Korupsi Haji: Bayar Fee, Berangkat Tanpa Antre
-
Saksi Ahli Pidana Kubu Nadiem Beberkan Empat Syarat Penetapan Tersangka
-
Ayahnya Korupsi Rp26 Miliar, Anak Eks Walkot Cirebon Terciduk Maling Sepatu di Masjid
-
Buntut Tragedi Ponpes Al Khoziny, Kementerian PU Audit Bangunan Pesantren Tua di Berbagai Provinsi