Suara.com - Kualitas udara di Ibu Kota India, New Delhi, turun ke tingkat berbahaya pada Jumat (5/11/2021) setelah festival Diwali dirayakan dengan penggunaan kembang api yang meluas, meski ada larangan.
Mengutip CNN, Sabtu (6/11/2021), sebagian besar lokasi di Delhi mencatatkan indeks kualitas udara (AQI) di atas 500 pada Jumat pagi kemarin, dengan indeks mencapai 999 di beberapa lokasi.
AQI mengukur konsentrasi partikulat PM2.5 per meter kubik udara yang berbahaya bagi kesehatan, dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan pernapasan.
Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal telah mengeluarkan larangan petasan bulan lalu dalam upaya untuk mengendalikan tingkat polusi kota.
Namun perayaan petasan Diwali pada Kamis lalu sebagian besar berjalan seperti biasa dan kemungkinan memperburuk kabut asap.
Dalam buletin malam yang dikeluarkan pada Jumat kemarin, Sistem Peramalan dan Penelitian Kualitas Udara dan Cuaca (SAFAR) yang dikelola pemerintah India menyatakan, tingkat polusi di Delhi parah dan lebih buruk daripada tingkat yang tercatat pada 2020.
“(Dalam 24 jam terakhir), tingkat PM2.5 lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 tetapi jauh lebih sedikit dari tahun 2018,” kata SAFAR dalam buletin mereka.
SAFAR secara langsung mengaitkan penurunan kualitas udara dengan perayaan Diwali pada Kamis malam (4/11/2021).
"Emisi kembang api pada malam Diwali menurunkan kualitas udara dari kategori sangat buruk hingga parah," kata SAFAR.
Baca Juga: 8 Potret Seleb Bollywood Rayakan Diwali, Kajol Anggun dan Bersahaja!
Menurut SAFAR, pembakaran jerami di lahan pertanian juga berkontribusi signifikan terhadap tingkat PM 2.5, mencapai puncaknya pada 36 persen.
Delhi telah berjuang dengan masalah kualitas udara yang buruk selama bertahun-tahun, masalah yang diperburuk oleh pembakaran jerami oleh petani di daerah terdekat selama musim panen dan perayaan Diwali dengan petasan. [Jacinta Aura Maharani]
Berita Terkait
-
Isu Polusi Udara, Wamen Bima Arya Minta Pejabat Naik Transportasi Umum
-
Kebijakan Pengendalian Udara 20 Tahun Mati Suri, Investasi Ekonomi Terancam?
-
Jauh-jauh dari India, Lamaran Vlogger Ini Ditolak Gadis Baduy
-
Gaya Hidup Sehat dan Ramah Bumi, Tren Baru yang Kian Dekat dengan Anak Muda
-
India Bebaskan Pajak Bahan Pokok dan Kurangi Gunakan Produk Asing
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Satu Bulan Tragedi Affan Kurniawan: Lilin Menyala, Tuntutan Menggema di Benhil!
-
Polemik Relokasi Pedagang Pasar Burung Barito, DPRD DKI Surati Gubernur Pramono Anung
-
Siapa Ketum PPP yang Sah? Pemerintah akan Tentukan Pemenangnya
-
KPAI Minta Polri Terapkan Keadilan Restoratif untuk 13 Anak Tersangka Demonstrasi
-
Program Magang Fresh Graduate Berbayar Dibuka 15 Oktober, Bagaimana Cara Mendaftarnya?
-
DPR RI Kajian Mendalam Putusan MK soal Tapera, Kepesertaan Buruh Kini Sukarela
-
Setelah Kasih Nilai Merah, ICW Tagih Aksi Nyata dari Pemerintah dan Aparat Penegak Hukum
-
DPRD DKI Kaget Dana Transfer Pusat ke Jakarta Dipangkas, APBD 2026 Terancam Turun
-
DPRD DKI Kaget Dana Transfer Pusat ke Jakarta Dipangkas, APBD 2026 Terancam Turun
-
KPK Ungkap Pengembalian Dana Haji Ilegal! Siapa Saja yang Sudah Mengaku?