Suara.com - Orang-orang tidak lagi membeli kano di toko-toko tertentu Decathlon yang ada di Prancis utara. Pada hari Jumat (12/11), tiga migran dilaporkan hilang setelah mencoba menyeberangi Selat Inggris dengan mengunakan kano.
Toko alat olahraga Decathlon pada hari Selasa (16/11) telah mengumumkan tidak akan lagi menjual kano di wilayah Prancis utara untuk membantu upaya menghentikan para migran yang putus asa yang mencoba menyeberangi Selat Inggris.
"Pembelian kano tidak akan bisa lagi dilakukan" di gerai Decathlon di Calais dan Grande-Synthe, dekat Dunkirk, "mengingat kondisi saat ini," demikian penjelasan Decathlon kepada kantor berita AFP.
'Nyawa terancam'
Keputusan ini dibuat karena sejatinya kano tidak digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan dan berisiko bagi mereka yang menaikinya.
"Nyawa orang telah terancam karena penggunaannya yang tidak tepat," kata Decathlon.
Menurut perusahaan asal Prancis ini, gerai-gerai di bagian utara negara itu membuat keputusan sendiri untuk berhenti menjual kano dan manajemen Decathlon telah menyetujui alasan mereka.
Namun, pembeli tetap bisa memesan kano melalui pemesanan online dan gerai-gerai di daerah lain di Prancis.
Perlengkapan keselamatan lainnya, seperti jaket pelampung dan pelindung panas, masih akan dijual di gerai Calais dan Grande-Synthe.
Baca Juga: Imigran Afghanistan di Medan Demo Minta Dikirim ke Negara Ketiga
Sebelumnya pada Jumat (12/11) lalu, tiga migran dilaporkan hilang setelah mencoba menyeberangi Selat Inggris dengan menggunakan kano.
Ini terjadi 24 jam setelah dua kano ditemukan terapung-apung di Calais, di mana dua orang berhasil diselamatkan dari laut.
Migran yang mencoba menyebrang terus bertambah
Jumlah migran yang mencoba menyebrangi Selat Inggris telah mencatat rekor pada Kamis (11/11) lalu yakni sebanyak 1.185 orang, demikian menurut data pemerintah Inggris.
Dilaporkan Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin berbicara dengan Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel pada hari Senin (15/11).
Usai pertemuan, Darmanin mengatakan bahwa Inggris harus "berhenti memanfaatkan Prancis sebagai sasaran mereka dalam urusan politik domestik Inggris."
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
KPK Tancap Gas Sidik Korupsi Bansos, Meski Rudi Tanoe Terus Ajukan Praperadilan
-
Malam Penganugerahan Pegadaian Media Awards 2025 Sukses Digelar, Ini Daftar Para Jawaranya
-
Sekjen PBNU Minta Pengurus Tenang di Tengah Isu Pelengseran Gus Yahya dari Kursi Ketua Umum
-
Kader Muda PDIP Ditantang Teladani Pahlawan: Berjuang Tanpa Tanya Jabatan
-
Kementerian PU Tingkatkan Kapasitas Petugas Pelayanan Publik
-
Bukan Cuma Guru Ngaji, Ketua Kelompok Pengajian di Jember Kini Dapat Uang Insentif
-
Siswa Mengadu soal Perundungan di Sekolah, Wagub Rano Karno Janji Usut Tuntas
-
Mendagri Harap Karang Taruna Jadi Motor Penggerak Perubahan Desa
-
Tak Terima Jadi Tersangka, Kakak Hary Tanoe Kembali Ajukan Praperadilan Lawan KPK
-
Hadiri Acara 50 Tahun Kemerdekaan Republik Angola, Mendagri: Kehormatan Besar bagi Rakyat Indonesia