Suara.com - Beredar kabar Rusia mengerahkan truk pembakar mayat untuk mengikuti tentara mereka saat melakukan invansi di Ukraina. Mesin pembakar mayat itu dikerahkan disebut untuk menyembunyikan bukti korban di Ukraina.
Kabar tentang mesin pembakar mayat yang diangkut truk ini beredar melalui berbagai publikasi berita dan dalam pernyataan oleh pejabat pemerintah Inggris.
Menurut Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace, militer Rusia dapat menggunakan mesin krematorium bergerak di Ukraina untuk menutupi setiap korban dari pertempuran.
Menurut The Telegraph, dalam sebuah pernyataan, Wallace memberikan pernyataan sebagai berikut:
"Sebelumnya mereka telah mengerahkan krematorium bergerak untuk mengikuti pasukan di sekitar medan perang, yang menurut buku siapa pun mengerikan.
Jika saya adalah seorang tentara dan tahu bahwa jenderal saya memiliki sedikit kepercayaan pada saya sehingga mereka mengikuti saya di sekitar medan perang dengan krematorium bergerak, atau saya adalah ibu atau ayah dari seorang putra, berpotensi ditempatkan ke zona pertempuran, dan pemerintah saya berpikir bahwa cara untuk menutupi kerugian adalah krematorium keliling, saya akan sangat, sangat khawatir.
Ini adalah efek samping yang sangat mengerikan dari bagaimana orang Rusia memandang pasukan mereka dan bagi Anda yang bertugas, dan menjadi seorang tentara, mengetahui bahwa berjalan di belakang Anda adalah cara untuk menguapkan Anda jika Anda terbunuh dalam pertempuran mungkin mengatakan semua yang perlu Anda ketahui tentang rezim Rusia."
Lantas benarkah klaim itu?
PENJELASAN
Baca Juga: Legenda AC Milan Andriy Shevchenko Bakar Semangat Rakyat Ukraina di Tengah Perang dengan Rusia
Menyadur Snopes.com, laporan mengenai Rusia telah mengerahkan truk pembakar mayat saat melakukan serangan ke Ukraina adalah tidak benar.
Faktanya, video dengan penampakan wujud truk yang mengangkut mesin krematorium itu sudah diunggah di YouTube sejak tahun 2015. Video itu berisi mengenai sebuah perusahaan asal St. Petersburg yang diduga menciptakan mesin itu, yakni Tourmaline.
Saat ditelusuri di situs resmi perusahaan, mesin itu digunakan untuk limbah biologis, yakni kremasi. Video asli dari laman itu sendiri sudah ada dari Agustus 2013, di mana rekaman menunjukkan bagaimana proses melakukan inisinerator untuk limbah biologis.
Sementara itu, pernyataan Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengenai Rusia menggunakan mesin krematorium diungkapkan pada masa lalu, tepatnya saat terkait pertempuran di Ukraina timur pada tahun 2015.
Menurut anggota parlemen AS, tentara Rusia menggunakan krematorium tersebut saat itu. Mantan Ketua Komite Angkatan Bersenjata DPR AS Mac Thornberry mengatakan kepada Bloomberg pada tahun 2015 jika mesin itu untuk menyembunyikan korban dari pihak Rusia.
"Rusia berusaha menyembunyikan korban mereka dengan membawa krematorium keliling.Mereka berusaha menyembunyikan tidak hanya dari dunia tetapi dari orang-orang Rusia keterlibatan mereka," kata Thornberry.
Media Ukraina juga meliput ini pada tahun 2015. Menurut kepala badan keamanan Ukraina saat itu, Valentyn Nalyvaichenko, tujuh krematorium bergerak memasuki wilayah yang dikuasai militan di Ukraina pada Januari 2015.
Dia mengklaim masing-masing mesin itu telah membakar kurang lebih 8 tubuh setiap hari. Ia juga mengungkap adanya puluhan warga Rusia yang menelepon hotline Ukraina setiap hari untuk mencari kerabat mereka.
"Masing-masing krematorium ini membakar 8-10 tubuh per hari. Setiap hari, hotline Security Service Ukraina mencatat sejumlah besar panggilan telepon dari puluhan warga Rusia yang mencari kerabat mereka," ujar Nalyvaichenko.
"Atau tentara Rusia yang dikirim ke wilayah Ukraina. Pemerintah Ukraina akan bersikap manusiawi, dan akan mengembalikan mayat tentara Rusia kepada ibu mereka dengan semua dokumen dan barang pribadi," lanjutnya.
Thornberry menambahkan, dia telah melihat bukti krematorium. Walau begitu, ia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai informasi rahasia tersebut.
"Apa yang telah kami dengar dari Ukraina, mereka sebagian besar didukung oleh intelijen AS dan lainnya," ungkap Thornberry.
Perwakilan AS Seth Moulton, yang melakukan perjalanan ke Ukraina pada Maret 2015, juga mengkonfirmasi klaim Thornberry. Namun, ia tidak mengungkapkan sumbernya.
"Kami mendengar ini dari berbagai sumber di sana, cukup saya yakin dengan kebenaran informasi itu. Rusia jelas memiliki masalah dengan rumah mereka dan korban yang mereka ambil dari perang. Fakta bahwa mereka akan membakar tubuh tentara mereka sendiri adalah hal yang mengerikan dan memalukan," kata Moulton.
Pada saat itu, para pejabat AS percaya bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sedang berjuang untuk mempertahankan tipu muslihat bahwa dia tidak memiliki tentara yang bertempur di Ukraina.
Selain itu, Putin juga disebut berusaha melenyapkan bukti tentara Rusia yang tewas, sehingga menyebabkan reaksi di negaranya. Kelompok-kelompok protes itu terdiri dari ibu-ibu para tentara yang tewas.
Mereka menolak upaya resmi untuk menyalahkan kematian pada individu-individu yang berkeliaran melintasi perbatasan. Komite Ibu Tentara juga menyalahkan Putin karena melanggar hukum internasional.
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, maka narasi Rusia mengerahkan truk pembakar mayat atau mesin krematorium untuk menyembunyikan jumlah korban tentara mereka saat melakukan invansi ke Ukraina adalah hoaks.
Narasi tersebut masuk ke dalam kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.
Video yang mungkin Anda lewatkan:
Tag
Berita Terkait
-
Legenda AC Milan Andriy Shevchenko Bakar Semangat Rakyat Ukraina di Tengah Perang dengan Rusia
-
Bak Bumi Dan Langit, Segini Perbandingan Kekuatan Militer Rusia Vs Ukraina
-
Sembari Gendong Anak Kecil. Pensiunan TNI AD Gelar Aksi Tunggal "Stop War" Ukraina- Rusia di Manahan
-
PAN Dukung Pelaksanaan Pemilu 2024 Diundur, Konflik Rusia dan Ukraina Jadi Salah Satu Pertimbangan
-
Ngeri, Ini Dampak Perang Rusia-Ukraina ke Ekonomi Indonesia
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
Terkini
-
Usai Dipecat PDIP, Anggota DPRD Gorontalo Wahyudin yang 'Mau Rampok Uang Negara' Bakal di-PAW
-
Siapa Bupati Buton Sekarang? Sosoknya Dilaporkan Hilang di Tengah Demo, Warga Lapor Polisi
-
Stok Beras Bulog Menguning, Komisi IV DPR 'Sentil' Kebijakan Kementan dan Bapanas
-
Prabowo Terbang ke Jepang, AS, hingga Belanda, Menlu Sugiono Beberkan Agendanya
-
Jokowi Gagas Prabowo - Gibran Kembali Berduet di 2029, Pakar: Nasibnya di Tangan Para "Bos" Parpol
-
Pidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Mengulang Sejarah Perjuangan Diplomasi Prof Sumitro
-
Prabowo Ubah IKN jadi Ibu Kota Politik Dinilai Picu Polemik: Mestinya Tak Perlu Ada Istilah Baru!
-
11 Tahun DPO hingga Lolos Nyaleg, Jejak Litao Pembunuh Anak Ditahan usai Jabat Anggota DPRD
-
Apa Itu Tax Amnesty? Menkeu Purbaya Sebut Tidak Ideal Diterapkan Berulang
-
Sebut Hasil Rekrutmen Damkar Diumumkan Pekan Depan, Pramono: Saya Minta Jangan Terlalu Lama