Suara.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) masih terus melakukan penyelidikan tewasnya Dokter Sunardi, yang diduga terlibat jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI), ditembak Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri. Penyelidikan dilakukan guna menemukan ada tidaknya unsur pelanggaran HAM.
Koordinator Bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM Endang Sri Melani mengatakan penyelidikan dilakukan dengan meninjau lokasi penangkapan Sunardi di Sukoharjo, Jateng.
"Tim juga telah melakukan tinjauan lokasi kejadian dan meminta keterangan sejumlah pihak terkait untuk memastikan ada tidaknya pelanggaran HAM dalam upaya penegakan hukum tersebut," kata Endang dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/3/2022).
Dikatakan Endang, kedatangan timnya ke lokasi kejadian, tindak lanjut dari pendalaman atas pemberian keterangan secara langsung Densus 88 kepada Komnas HAM pada 15 Maret lalu.
"Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada Densus 88 yang telah memberikan respon dan kerja sama yang positif," katanya.
Sebelumnya, saat pemeriksaan yang dilakukan Komnas HAM dihadiri langsung Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar dan Dirsidik Densus 88 Brigjen Herry Heriawan.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengemukakan, keduanya diperiksa kurang lebih dua jam. Saat pemeriksaan, keduanya dicecar sejumlah pertanyaan, termasuk konstruksi peristiwa penembakan tersebut.
Kepada Komnas HAM, Densus 88 memberikan sejumlah bukti latar belakang penetapan Dokter Sunardi sebagai tersangka kasus dugaan terorisme.
"Kami dikasih background itu semua, meyakinkan kami apakah betul proses menjadikan tersangka itu dan background bagaimana keterlibatan almarhum ini sebagai terduga anggota teroris, itu yang pertama," ujar Anam saat konferensi pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Selasa (15/3/2022) lalu.
"Jadi dijelaskan hubungannya ini dan ini, bahkan ditarik rentang waktu yang cukup lama. Jadi rentang waktunya lebih dari tiga tahun. Informasinya itu berangkat lebih dari tiga tahun aktivitas-aktivitasnya," sambungnya.
Anam mengemukakan, dari penjelasan Densus 88, penetapan tersangka Dokter Sunardi tidak berdiri sendiri, tapi berkaitan dengan tersangka lain yang berada di Jakarta.
"Inisialnya D lokasinya di Jakarta, sebenarnya itu peristiwa yang berangkaian," ujar Anam.
Kemudian, Komnas HAM juga mempertanyakan bagaimana proses penembakan itu terjadi.
"Seperti yang ditanyakan publik, kok ditembak, kok ini orang cacat diperlakukan seperti itu dan sebagainya. Nah, kami juga uji dipertanyakan tadi, agak lama, termasuk juga kami minta bukti-buktinya yang mana. Bukti-buktinya kami juga ditunjukkan, termasuk dokumen yang tidak bisa kami sebutkan, dan termasuk rekaman CCTV yang juga ditunjukkan teman-teman Densus 88," ujar Anam.
Terkait dugaan pelanggaran HAM dalam peristiwa itu, masih akan terus didalami.
Berita Terkait
-
Soal Densus Tembak Mati Dokter Sunardi Terduga Teroris Sukoharjo, Bambang Pacul: Bukan Kesalahan Prosedur
-
Terduga Teroris di Sukoharjo Ditembak Densus 88 Hingga Tewas, DPR: Dokter Sunardi Tidak Mau Diberhentikan
-
Kompolnas Dapatkan Kronologi Lengkap Tewasnya Dokter Sunardi Ditembak Tim Densus 88, Sempat Tabrak Mobil dan Motor
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Skandal Rp 285 Triliun: Anak Riza Chalid Diduga Kantongi Rp3,07 T dari Korupsi Minyak
-
Jurnalis Myanmar Dorong Pembentukan Dewan Pers ASEAN, Perkuat Solidaritas Kebebasan Pers
-
Kabinet Prabowo Copy Paste Era Bung Karno, Ikrar Nusa Bhakti: Pemborosan di Tengah Ekonomi Sulit
-
Seleksi Pejabat BPJS Tak Sekadar Rotasi Jabatan, Pansel Cari Pemimpin yang Bisa Reformasi JKN
-
Ikon Baru Jakarta! 'Jembatan Donat' Dukuh Atas Dibangun Tanpa Duit APBD, Kapan Jadinya?
-
Proyek Galian Bikin Koridor 13 'Lumpuh', Transjakarta Kerahkan Puluhan Bus Tambahan
-
Larang Perdagangan Daging Anjing dan Kucing, Gubernur Pramono Siapkan Pergub dalam Sebulan
-
BNI Dukung BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Layanan Jaminan Sosial lewat BNIdirect Cash
-
'Auditnya Menyusul Belakangan,' Serangan Balik Kubu Nadiem Usai Kalah di Praperadilan
-
Percepat Pembangunan Papua, Mendagri Tekankan Pentingnya Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah