Suara.com - Nenek moyang Sally Vea Vea diusir dari tanahnya di salah satu sisi pegunungan di Queensland tengah, Australia. Bersama ratusan penduduk Aborigin lainnya, mereka kemudian dibantai di kaki bukit sekitarnya.
Peringatan: Artikel ini berisi informasi yang mungkin membuat pembaca merasa tertekan.
Aunty Sally, demikianpemuka suku Darumbal ini kerap disapa, menyebutkan lebih dari 300 penduduk sukunya terbunuh di sekitar Gai-i, dekat Yeppoon, lebih seabad yang lalu.
"Itu semua bagian dari Perang di Garis Depan (Frontier Wars)," ujarnya.
"Para pemukim (Eropa) yang datang di sini, menjadikannya seperti olahraga Minggu sore. Mereka keluar dan menembaki penduduk kulit hitam," tutur Aunty Sally.
Beberapa lokasi tanah di sekitar puncak pegunungan yang sebelumnya dikenal sebagai Gunung Wheeler dikembalikan ke suku Darumbal 15 tahun lalu.
Namun ada sebidang tanah seluas 13 hektar yang tetap dikelola bersama oleh Departemen Sumber Daya Queensland dan penjaga tradisional.
"Tanah inilah yang kami inginkan sejak awal," kata Aunty Sally.
"Kami selalu berharap tempat pembantaian ini dikembalikan namun kami tidak mendapatkannya," jelasnya seraya menyebutkan tanah ini dianeksasi pada 2007.
Baca Juga: Pemimpin Aborigin Desak Referendum Paling Lambat 2024: Kami Ingin Diakui
"Hari ini kami mendapatkan kembali apa yang telah diambil pemerintah dari kami," ucapnya.
Pekan ini, warga suku yang merupakan pemegang hak tanah itu merayakan upacara penyerahan yang ditandai dengan pendirian tugu.
"Ini hari yang emosional buat kami," ujar Aunty Sally.
"Kami senang mendapatkan kembali tanah ini, tapi masih banyak orang yang tidak setuju bila kami memiliki tanah ini," tambahnya.
Mendorong rekonsiliasi
Pemuka suka lainnya, Bill Mann, turut menyambut puluhan tamu yang hadir dalam upacara asap tersebut.
"Ini sejarah. Setelah bekerja di sini sejak pengambilalihan pada 2007, kami layak mendapatkannya kembali," katanya.
"Itu milik kamitapi tidak bisa mengklaimnya," tambah Uncle Bill, panggilan akrabnya.
Ia berharap serah terima tanah ini akan mendorong penyembuhan dan rekonsiliasi, terutama untuk generasi berikutnya.
"Saya percaya mereka bisa melakukannya dengan baik. Proses iniakan berlangsung selama tiga, empat generasi ke depan," ucapnya.
"Generasi mendatang saya harapkan yang terbaik untuk mereka," katanya.
Seorang remaja suku Darumbal, Anastasia, mengaku belajar tentang sejarah leluhurnya adalah pengalaman mengharukan.
"Saya sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang pembantaian itu. Sekarang saya jadi tahu," katanya.
Jael, remaja lainnya, mengaku bangga bisa mendapatkan ilmu yang diturunkan dari neneknya, Aunty Sally.
"Dia mengajari kami tentang tanah, tentang pembantaian, dan bagaimana air terjun itu sangat istimewa bagi kaum wanita," kata Jael.
Sementara Walali Hatfield (10 tahun) mengaku bangga menyaksikan penyerahan kembali tanah mereka.
"Hal ini sangat penting bagi semua orang dan warga suku Darumbal," katanya.
Mike Kaiser dari Departemen Sumber Daya Queensland menghadiri upacara bersama anggota parlemen Brittany Lauga dan Walikota Livingstone Andy Irlandia.
"Kami menjalankan perintah Undang-Undang Tanah Aborigin 1991 dan di UU itulah kami bisa memberikan keadilan bagi orang Aborigin dengan mengembalikan tanah kepada pemiliknya yang sah," kata Mike Kaiser.
Ia menyebut porses penyerahan hak tanah seperti ini bisa sangat rumit.
"Kami berusaha mempercepatnya, karena kami tahu orang Aborigin merasakan keadilan yang mendalam ketika tanah mereka bisa dikembali kepada mereka," tuturnya.
Meskipun usaha pengembalian ini berlangsung lama, namun pemuka suku menganggapnya sangat penting untuk leluhur mereka.
"Saya tahu kami telah berbuat yang benar untuk orang-orang tua kami, yang roh-rohnya masih hidup di tanah ini," ujar Aunty Sally.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News untuk ABC Indonesia.
Berita Terkait
-
Klub Calvin Verdonk Menang Tipis 1-0 di Kandang Le Havre
-
Thom Haye Pecah Telur di Persib, Dedikasi Golnya Bikin Haru
-
Apakah Mobil Listrik Aman Terkena Banjir? Ini Pertolongan Pertamanya
-
1 Desember Memperingati Hari Apa? Dari AIDS Sedunia hingga Kemerdekaan Rumania
-
Tinjau Langsung Kondisi Terdampak Bencana, Prabowo Bertolak ke Sumatra Pagi Ini
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
-
Kids Dash BSB Night Run 2025 Jadi Ruang Ramah untuk Semua Anak: Kisah Zeeshan Bikin Terharu
-
Profil John Herdman, Pesaing Van Bronckhorst, Calon Pelatih Timnas Indonesia
Terkini
-
KPK Bantah Tuduhan Penggelapan Aset Rp 600 Miliar: Balik Sorot Dugaan Pemalsuan Dokumen Sitaan
-
Cegah Penjarahan Meluas, Polda Sumut Kerahkan Brimob di Minimarket hingga Gudang Bulog!
-
BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca di Tiga Provinsi Sumatera untuk Amankan Penyaluran Bantuan Banjir
-
Bahlil Perintahkan Kader Golkar Turun Langsung ke Lokasi Bencana Aceh, Sumut, dan Sumbar
-
Kapolri Kerahkan Kekuatan Penuh: Buka Jalur Terisolasi di Aceh, Sumut, Sumbar
-
Detik-detik Gudang Logistik RS Pengayoman Cipinang Terbakar, 28 Pasien Dievakuasi
-
PBB Sebut Jakarta Kota Terpadat Dunia, Rano Karno Curiga Ada Jebakan Aglomerasi?
-
Kirim Bantuan Skala Besar untuk Korban Bencana Sumatra, Pemprov DKI Pakai KRI dan Helikopter
-
Peringatan Dini BMKG: Mayoritas Kota Diguyur Hujan, Waspada Cuaca Ekstrem
-
Tinjau Langsung Kondisi Terdampak Bencana, Prabowo Bertolak ke Sumatra Pagi Ini