Suara.com - Ada 3 faktor yang membuat Filipina didominasi dinasti politik: kekuatan jaringan, logistik keuangan, dan loyalitas. Lantas, seperti apa kekuatan dinasti politik di Indonesia?
Hasil perhitungan cepat Pemilihan Presiden Filipina hingga Rabu (11/05) menunjukkan kemenangan sementara bagi Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr., putra mantan diktator Ferdinand Marcos.
Dikutip dari kantor berita AFP, dengan penghitungan awal yang hampir selesai, Bongbong Marcos memperoleh lebih dari 56% suara atau lebih dari dua kali lipat jumlah penghitungan yang didapat oleh saingan terkuatnya, Leni Robredo (independen).
Bila hasil perhitungan cepat ini tidak berubah, kemenangan pasangan ini semakin memperkuat aroma dinasti politik yang merajalela di Filipina.
Sebelumnya, sejumlah nama seperti Gloria Macapagal Arroyo juga mengikuti jejak ayahnya, Diosdado Macapagal, menjadi presiden. Kemudian ada Benigno Aquino III yang ikut menjadi presiden mengikuti ibunya, Corazon Aquino.
"Oligarki dari dulu memainkan peran di sana (Filipina). Pilpres begitu cepat berganti, hanya dalam kurun 6 tahun dan masa jabatan presiden hanya boleh satu periode. Setiap dinasti memiliki wilayah kekuasaan sendiri dan kuat," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan.
Menurut Hanan, ada tiga faktor yang membuat dinasti politik di Filipina mendominasi, yakni kekuatan jaringan, logistik keuangan, dan loyalitas.
Dinasti politik di Filipina memiliki kekuatan jaringan yang luar biasa. Setiap dinasti masuk ke dalam sistem jaringan kekuasaan dari posisi tertinggi sampai yang terkecil.
"Jadi tidak hanya satu dua jabatan saja, sampai ke tingkat bawah mereka ada. Mereka menguasai logistik dan keuangan, keluarga dinasti ini terhubung secara terus-menerus dengan pemilik modal besar untuk menopang politik dinasti. Keluarga Marcos uangnya kuat apalagi bergabung dengan Duterte yang sedang berkuasa. Mereka juga memiliki pendukung loyal terutama masyarakat kelas menengah ke bawah dan ini selalu dijaga oleh setiap dinasti meskipun mereka tidak menjadi presiden saat itu," paparnya.
Baca Juga: Pilpres Filipina: Apa Makna Kebangkitan Dinasti Marcos?
Bagaimana dengan Indonesia?
Di Indonesia, pesta demokrasi pemilihan presiden baru akan berlangsung pada 2024. Sejumlah nama yang mulai digadang jadi calon presiden adalah anak dari presiden sebelumnya.
Seperti Puan Maharani anak mantan Presiden Megawati sekaligus cucu Soekarno. Agus Harimurti Yudhoyono anak mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kemudian Prabowo Subianto pernah menjadi menantu mantan Presiden Soeharto.
Djayadi Hanan mengatakan tingkat demokrasi di Indonesia jauh lebih baik dari Filipina dan dinasti politik di Indonesia lebih kentara di tingkat lokal.
"Di tingkat nasional belum masif," kata Djayadi Hanan kepada DW Indonesia.
Selain itu, menurutnya, politisi yang menjadi bagian dari dinasti di Indonesia tidak memiliki tiga kekuatan sekaligus.
Berita Terkait
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
PN Jaksel Tolak Gugatan Praperadilan Delpedro Marhaen
-
Transformasi Marion Jola: dari Malas Olahraga hingga Jadi Inspirasi Body Goals, Ini Rahasianya
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Karen Agustiawan Ungkap Fakta TBBM Merak: Kunci Ketahanan Energi Nasional atau Ladang Korupsi?
-
Blok M Bangkit Lagi! Gubernur DKI Janjikan Sistem Parkir Satu Pintu, Minta Warga Naik Transum
-
KCIC Siap Bekerja Sama dengan KPK soal Dugaan Mark Up Anggaran Proyek Kereta Cepat Whoosh
-
Mendagri Tito Karnavian Buka-bukaan, Ini Biang Kerok Ekonomi 2 Daerah Amblas!
-
Sidang Kasus Korupsi Pertamina, Karen Agustiawan Ungkap Tekanan 2 Pejabat Soal Tangki Merak
-
Ultimatum Gubernur Pramono: Bongkar Tiang Monorel Mangkrak atau Pemprov DKI Turun Tangan!
-
Drama Grup WA 'Mas Menteri': Najelaa Shihab dan Kubu Nadiem Kompak Bantah, tapi Temuan Jaksa Beda
-
Karen Agustiawan Ungkap Pertemuan Pertama dengan Anak Riza Chalid di Kasus Korupsi Pertamina
-
Website KontraS Diretas! Netizen Murka, Curigai Upaya Pembungkaman Informasi
-
Terungkap di Sidang: Detik-detik Anak Riza Chalid 'Ngotot' Adu Argumen dengan Tim Ahli UI