Suara.com - Menjadi pengungsi dari wilayah konflik dan menjalani hidup tanpa ketidakpastian di negara transit, seperti Indonesia bukan suatu hal yang muda. Banyak keterbatasan yang harus dihadapi para imigran, karena status mereka yang tidak memiliki kewarganegaraan. Orang-orang pelarian tersebut kini memilih seni dan fesyen sebagai jalan pedang mereka untuk bisa bertahan hidup.
Berdasarkan data UNHCR (Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi) pada November 2021 jumlah mereka mencapai 13.175 orang di Indonesia. Mereka berasal dari sejumlah negara konflik, di antaranya Afganistan dan Sudan.
Hidup dalam keterbatasan dan ketidakpastian, banyak pengungsi yang akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup. Berdasarkan data yang dihimpun Suara.com dalam beberapa tahun belakangan, setidaknya 17 orang pengungsi memilih untuk mengakhiri hidupnya. Bahkan ada membakar diri, seperti yang terjadi di Medan pada Selasa (30/11/2021) lalu.
Alasan mereka yang memilih bunuh diri, kebanyakkan karena waktu tunggu yang lama untuk dikirimkan ke negara ketiga atau penerima suaka. Dari sejumlah laporan pengungsi yang diterima Suara.com, mereka sudah berada di Indonesia rata-rata di atas lima tahun, bahkan ada yang sudah mengungsi selama 12 tahun.
Hak mendasar para pengungsi yang sangat terbatas adalah mengaktualisasikan diri. Untuk diketahui selama berada di negara transit mereka tidak diperbolehkan untuk bekerja mendapatkan penghasilan.
Bertahan hidup mereka bergantung dari dana yang disalurkan UNHCR. Berdasarkan informasi yang kami terima dari sejumlah pengungsi, mereka mendapatkan uang bulanan antara Rp1,8 juta hingga Rp 2 juta setiap keluarga. Namun ketika Suara.com mengkonfirmasi hal tersebut ke UNHCR di Indonesia, lembaga milik Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) itu menyebut tidak ada nilai yang pasti, karena mereka merujuk ke kebutuhan masing-masing keluarga.
Meski menjadi pengungsi, banyak dari mereka yang memiliki kemampuan dalam beberapa bidang, seperti seni. Namun, permasalahannya mereka kesulitan untuk menyalurkan bakatnya.
Hal itulah yang membuat Ling Hida, pemilik sebuah brand pakaian, Makaila Haifa, mendirikan Miskha Project, sebuah lembaga non-profit yang menjadi wadah khusus bagi pengungsi dari luar negeri menyalurkan kemampuannya. Utamanya dalam dunia seni dan fesyen.
Mischa Project sendiri mengambil semangat pemberdayaan perempuan atau 'Women Superwomen and Empowerment.' Tema tersebut sesuai dengan semangat dari brand pakaian miliknya, apalagi dari 13.175 pengungsi di Indonesia, 74 persen di antaranya merupakan kaum perempuan.
Baca Juga: Di Hadapan Aparat, Gerombolan Pria Beringas Serang Warga Kampar Pakai Samurai
"Mereka itu sebenarnya sangat berdaya, sangat talented, punya banyak bakat yang bisa diasah. Dan mereka bilang sama saya kalau mereka juga disini hopeless, karena sudah terlalu lama menunggu. Saya pikir itu hal yang sangat kompleks, yang kita harus aware," kata Hida kepada wartawan di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (20/6/2022).
Mischa Project berdiri sejak November 2021. Lewat lembaga ini para pengungsi dilatih dan disalurkan kemampuannya.
"Mereka dilatih latihan workshop modeling, fotografer juga, styling. Terus kita ikut sertakan untuk awal ini di video kampanye mereka jadi model, styling juga, dan fotografer juga," jelas Hida.
Peringatan Hari Pengungsi Sedunia 2022 yang jatuh pada Senin (20/6) ini, Mischa Project menampilkan keahlian para pengungsi dalam dunia fesyen dan seni. Para pengungsi menampilkan koleksi brand pakaian milik Hilda layaknya seorang model.
Salah satu pengungsi yang berkesempatan menjadi model pakaian milik Hilda adalah Um Muminin, seorang ibu anak dua asal Sudan yang sudah berada di Indonesia selama delapan tahun.
Um meninggalkan Sudan seroang diri karena konflik yang terjadi. Dia tiba di Indonesia pada 2014 lalu. Hingga pada tahun pertama di Indonesia dia memutuskan menikah dengan seorang pria yang sama-sama berasal dari Sudan. Kekinian dirinya sudah memiliki dua orang putra.
Berita Terkait
-
Belasan Pria Akhirnya Dibekuk Terkait Penyerangan Puluhan Warga di Kampar
-
Di Hadapan Aparat, Gerombolan Pria Beringas Serang Warga Kampar Pakai Samurai
-
Hadi Tjahjanto Bentuk Satgas Mengawasi Konflik Agraria antara PTPN XII dengan Warga Desa Tegalrejo Malang
-
Kelompok Bersenjata Serang Dua Gereja Di Nigeria, Tiga Jemaat Tewas Ditembak
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
12 Orang Tewas dalam Penembakan Massal Saat Perayaan Hanukkah di Australia
-
Menperin Dorong Industri Berubah Total, Targetnya Zero Waste dan Efisiensi Tinggi
-
Akses Bireuen-Aceh Tengah Kembali Tersambung, Jembatan Bailey Teupin Mane Resmi Rampung
-
Cara Daftar Mudik Nataru Gratis Kemenhub, Hanya untuk 3 Ribu Lebih Pendaftar Pertama
-
Jurus 'Dewa Penyelamat' UB Selamatkan 36 Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera
-
Prabowo Panggil Menteri ke Hambalang, Ada Target Soal Pembangunan Hunian Korban Bencana
-
Jadi Biang Kerok Banjir Kemang, Normalisasi Kali Krukut Telan Biaya Fantastis Rp344 Miliar
-
Gubernur Bobby Nasution Lepas Sambut Pangdam, Sumut Solid Atasi Bencana
-
Fakta Baru Pengeroyokan Maut Kalibata, Ternyata Lokasi Bentrokan Lahan Milik Pemprov DKI
-
LPSK Puji Oditur Militer: 22 Senior Penganiaya Prada Lucky Dituntut Bayar Ganti Rugi Rp1,6 Miliar