Angka itu kemungkinan hanya sebagian dari jumlah yang sebenarnya karena banyak penduduk yang tak mampu mencari pertolongan.
PBB mengingatkan bulan ini bahwa lebih dari sepertiga dari 16 juta penduduk Somalia memerlukan makanan untuk bertahan hidup.
Beberapa wilayah bisa dilanda kelaparan bulan ini. Bantuan di beberapa tempat akan habis pada Juni.
Tak Ada Waktu Pemulihan
Keluarga Bashir sebelumnya tak pernah meninggalkan rumah mereka di bagian selatan Somalia tengah, bahkan ketika terjadi bencana kelaparan pada 2011 yang menelan seperempat juta nyawa manusia, yang kebanyakan adalah anak-anak.
Para pekerja bantuan mengatakan angka kematian bisa mendekati angka itu lagi dalam kekeringan kali ini.
Keluarga Bashir saat itu tidak mengungsi. Beberapa ekor ternak selamat, sehingga mereka tetap tinggal di lahan pertanian mereka di dekat desa Ceel Bon.
Tetapi kali ini, kekeringan telah merenggut nyawa 12 sapi dan 21 kambing mereka. Ternak adalah harta berharga di sebuah negara di mana kekayaan dihitung dari banyaknya hewan.
Keluarga itu sempat menikmati makan tiga kali sehari. Namun kemudian, sapi-sapi mereka yang kurus tak lagi menghasilkan susu, sedangkan kebun kacang dan sorgum juga sudah kering kerontang.
Baca Juga: Dijuluki "Negeri Bajak Laut", Inilah 5 Fakta Tentang Negara Somalia!
"Saya tak pernah melihat kekeringan seperti ini sebelumnya," kata ibu Bashir yang berusia 30 tahun. Dia dan sembilan anaknya kini tidur beralaskan dua lembar karpet di Dollow.
Saat hari baik, ayah Bashir menghasilkan 2 dolar (kurang dari Rp30.000) dari menjual arang di kota terdekat. Namun sejak 2 Mei, dia baru mengirimkan 10 dolar karena kurangnya pekerjaan.
Menurut sang ibu, keluarganya belum pernah menerima bantuan makanan.
Putus asa semakin menjadi hal biasa di Somalia dan sekitarnya, ketika kenaikan suhu memicu lebih banyak bencana alam, kata para ilmuwan.
Dalam 50 tahun terakhir, kejadian cuaca ekstrem telah meningkat lima kali lipat di seluruh dunia, menurut Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO).
Wilayah Tanduk Afrika, termasuk Somalia, mencatat rekor terkering dalam sejarah.
Tag
Berita Terkait
-
Kekeringan Berkecamuk di Somalia, Anak-anak Meninggal Kelaparan
-
Dijuluki "Negeri Bajak Laut", Inilah 5 Fakta Tentang Negara Somalia!
-
Kalahkan Petahana, Hassan Sheikh Mohamud Terpilih Jadi Presiden Somalia
-
Ledakan Bom di Restoran Pinggir Pantai Somalia, 6 Orang Tewas
-
Ledakan di Restoran Pinggir Pantai Somalia Tewaskan Enam Orang
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
Terkini
-
Sempat Sakit, Adik Jusuf Kalla Diperiksa Kasus Korupsi PLTU Rp1,35 Triliun Hari Ini!
-
Satpol PP Akan Bongkar 179 Bangunan Liar di Sepanjang Akses Tol Karawang Barat
-
Viral Todongkan Sajam di Tambora, Penjambret Diringkus Polisi Saat Tertidur Pulas
-
BPJS Kesehatan Angkat Duta Muda: Perkuat Literasi JKN di Kalangan Generasi Penerus
-
Kondisi Gunung Semeru Meningkat ke Level Awas, 300 Warga Dievakuasi
-
Soal Pelimpahan Kasus Petral: Kejagung Belum Ungkap Alasan, KPK Bantah Isu Tukar Guling Perkara
-
Semeru Status Awas! Jalur Krusial Malang-Lumajang Ditutup Total, Polisi Siapkan Rute Alternatif
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Resmi Limpahkan Kasus ke Tangan KPK, Ada Apa?
-
DPR-Kemdiktisaintek Kolaborasi Ciptakan Kampus Aman, Beradab dan Bebas Kekerasan di Sulteng
-
Fakta Baru Sengketa Tambang Nikel: Hutan Perawan Dibabat, IUP Ternyata Tak Berdempetan