Suara.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menilai sikap Kapolsek Metro Menteng, Kompol Netty Rosdiana Siagian yang mempertanyakan mengapa remaja Citayam harus nongkrong di kawasan Jalan Sudirman dan Dukuh Atas, sebagai cara pandang yang klasis dan diskriminasi.
"Pernyataan ini menunjukan cara pandang yang klasis, seolah hanya kelas tertentu, atau dalam konteks ini, ruang publik di Jakarta hanya boleh digunakan orang KTP Jakarta saja" kata Wakil Koordinator KontraS, Rivanlee Anandar saat dihubungi Suara.com, Jumat (8/7/2022).
Kata dia, ruang terbuka di Jakarta terbuka bagi siapa saja, tanpa memandang asal-usulnya.
"Padahal, semestinya terbuka bagi semua kalangan," kata Rivanlee.
Kemudian, KontraS juga mengkritisi sikap Netty yang mempertanyakan gaya busana para remaja tersebut. Rivanlee menyebut, Netty telah membuat standarisasi.
"Standardisasi ini juga berbahaya mengingat pakaian perihal selera, bukan sesuatu yang dipaksa atau dirujuk oleh negara," tegasnya.
Sikap itu dikhawatirkan dapat memunculkan stigma bahwa masyarakat harus menggunakan pakaian tertentu sesuai standar sosial, alih-alih bebas mengekpresikan diri mereka di depan umum.
"Bahayanya, standardisasi pakaian akan melahirkan stigma yang seolah berbicara kalau tidak berpakaian tertentu dianggap melanggar norma," ujar Rivanlee.
Di samping itu, pernyataan Netty itu juga disebut Rivanlee terlalu berlebihan dan menggambarkan darurat kebebasan sipil.
"Pernyataan tersebut juga menggambarkan darurat ruang kebebasan sipil. Semestinya tak perlu sampai direspon demikian berlebihan," kata dia.
Karenanya KontraS menilai, sikap dari Kapolsek Metro Menteng itu, menunjukkan sikap diskriminasi kepada warga negara.
"Jika fokus pada PPKM, tetaplah pada aturan tersebut. Tetapi, karena membahas ke hal lain jadi, turut menjelaskan cara pandang polisi tak hanya soal PPKM, melainkan diskriminatif," tegasnya.
Seperti pemberitaan sebelumnya, Kompol Netty Rosdiana Siagian mempertanyakan maksud dan tujuan dari remaja yang diduga asal Citayam, nongkrong di kawasan Jalan Sudirman atau Dukuh Atas.
"Yang menjadi pertanyaan besar buat kita, ngapain mereka dari Citayam ke situ?" kata Netty saat dihubungi Suara.com.
Dia juga mempertanyakan, mengapa para ABG itu tidak nongkrong di kawasan Parung atau Bogor, kawasan yang dekat dengan tempat tinggal mereka.
"Kenapa tidak ke Parung sana atau ke Bogor," kata dia.
Netty kemudian turut mengomentari pakaian yang digunakan para remaja tanggung tersebut.
"Pakaian mereka kayak gimana itu? bikin TikTok begitu," kata dia.
Netty mengatakan pihaknya bakal membubarkan remaja di kawasan tersebut jika nongkrong melewati jam 10 malam. Hal itu, diklaimnya, sesuai dengan penerapan PPKM Level 1 di Jakarta.
"PPKM Level Satu itu alasan yang pertama, orang sudah pada tahu," kata Netty.
Alasan yang paling mendasar kata dia, karena kawasan Jalan Sudirman masuk dalam wilayah protokol.
"Itu jalur protokol loh artinya, kami mengamankan, itu adalah jantung ibu kota," ucapnya.
Kendati demikian, di bawah jam 10 malam, masyarakat dibolehkan menghabiskan waktu di sana.
"Ya monggo (silakan) saja, (tapi) jam 10 malam sudah harus bubar. (Dasarnya) kembali ke PPKM Level 1," ujar Netty.
Diketahui, kumpulan remaja usia belasan yang berkumpul di kawasan Jalan Sudirman tengah menjadi fenomena baru. Mereka dapat ditemui dengan gaya pakaian yang nyentrik, sembari berkumpul dan bersosiliasi hingga membuat konten media sosial.
Tag
Berita Terkait
-
Polisi Ancam Bubarkan Remaja Citayam Nongkrong di Sudirman, Haris Azhar: Tak Semua yang Viral Harus Diurus Negara!
-
Ini Alasan Polsek Menteng Bakal Bubarkan Remaja Citayam Nongkrong di Jalan Sudirman
-
Fenomena Remaja Citayam Nongkrong di Kawasan Sudirman, Kapolsek Menteng: Kenapa Tidak di Parung atau Bogor?
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
-
Bali 'Tenggelam' di 120 Titik: BMKG Ungkap Penyebab Hujan Gila dan Peran Sampah Kita
-
Dasco: Belum Ada Surat Presiden Prabowo soal Pergantian Kapolri
-
Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
-
Tim Pencari Fakta Dibentuk: LNHAM Siap Bongkar Borok Kekerasan Aparat di Kerusuhan Agustus
-
BMKG Warning! Cuaca Ekstrem Ancam Indonesia Sepekan ke Depan, Waspada Hujan Lebat
-
Inisiatif Ungkap Fakta Kerusuhan Agustus; 6 Lembaga HAM 'Gerak Duluan', Bentuk Tim Independen
-
DPR 'Angkat Tangan', Sarankan Presiden Prabowo Pimpin Langsung Reformasi Polri
-
KPK Tindak Lanjuti Laporan Soal Dugaan Anggaran Ganda dan Konflik Kepentingan Gus Yaqut
-
Usai Serangan Israel, Prabowo Terbang ke Qatar Jalani Misi Solidaritas