Suara.com - Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba meminta para menteri luar negeri dari negara-negara anggota G20 untuk mendesak Rusia agar mematuhi hukum internasional dan menghormati prinsip-prinsip serta norma-norma global dasar.
"Saya meminta kepada Anda untuk mengambil langkah mendesak dan diperlukan agar Rusia mematuhi hukum internasional dan menghormati prinsip-prinsip serta norma-norma global dasar," kata Kuleba dalam pidatonya di Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Bali, yang disiarkan di situs Web Kemenlu Ukraina dan dikutip Antara, Jakarta, Jumat (8/7/2022).
Kuleba mengatakan bahwa keamanan pangan dan energi global hanya dapat dicapai melalui penguatan multilateteralisme dan penyatuan upaya komunitas internasional.
Kuleba mengaku sangat mendukung multilateralisme karena gagasan tersebut mendukung kerja sama negara berdasarkan norma, prinsip dan nilai-nilai bersama.
Namun, dia mengatakan multilateteralisme kekurangan satu hal. Gagasan tersebut, kata dia, tidak dapat membentengi diri dari pihak yang menolak norma, prinsip dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dari pihak yang tidak menghormati negara lain dan gagasan multilateralisme itu sendiri. Dia menyebut pihak yang dimaksud adalah Rusia.
Kuleba mengatakan bahwa setelah semua yang dilakukan Rusia dalam setengah tahun terakhir, Rusia, katanya, tidak berhak mengikuti forum internasional apapun.
Negara yang terlibat dalam perang agresif melawan negara tetangganya dan melakukan kejahatan massal terhadap warga sipil, kata dia, seharusnya diberi kursi di pengadilan internasional.
Selama agresinya terhadap Ukraina, Rusia, kata Kuleba, telah menewaskan 344 anak Ukraina. Sedangkan 640 anak lainnya juga mengalami luka-luka.
Imperialisme dan agresi Rusia juga telah merusak arsitektur keamanan global, stabilitas ekonomi dan perdagangan, juga memicu salah satu krisis pangan dan energi paling parah dalam sejarah baru-baru ini, kata menteri luar negeri Ukraina itu lebih lanjut.
Baca Juga: Efek Konflik Ukraina, Pemerintah Disarankan Ganti Gandum dengan Komoditas Lokal
Blokade angkatan laut Rusia terhadap pelabuhan-pelabuhan Ukraina telah menghancurkan rantai pasok pangan global dan menyebabkan kerugian terhadap ketahanan pangan global.
Kemudian, Rusia juga, kata dia, telah mencuri gandum Ukraina dan mengebom lumbung pangan negara itu. Pada 6 Juni, pasukan Rusia, katanya, menyerang kompleks terminal gandum terbesar kedua Ukraina di Pelabuhan Mykolaiv sehingga menghancurkan 250-300 ton gandum yang akan diekspor ke seluruh dunia.
Kuleba, mengatakan bahwa tujuan G20 adalah tidak hanya untuk mengidentifikasi permasalahan global paling mendesak, tetapi juga mengambil tindakan yang berani dan tegas untuk menyelesaikan permasalahan itu.
Oleh karena itu, menghentikan kolonialisme Rusia, kata dia, merupakan prioritas nomor satu jika negara-negara anggota G20 ingin mewujudkan stabilitas dan menghindari krisis pangan dan energi lebih dalam.
Untuk itulah, dia meminta kepada negara-negara anggota G20 untuk mengambil langkah darurat untuk mendesak Rusia agar mereka mematuhi hukum internasional, dan menghormati prinsip serta norma-norma global dasar.
"Kita tidak punya hak untuk mengizinkan Rusia untuk lebih jauh memeras dunia melalui ancaman harga energi yang tinggi, kelaparan dan ancaman terhadap keamanan," katanya. [Antara]
Berita Terkait
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Putin Selalu Bawa Pulang Urin dan Kotoran BAB Usai Kunjungan Luar Negeri, Alasannya Nggak Main-main!
-
Viral Jejak Kim Jong Un Dihapus Usai Bertemu Putin di China, Bawa Toilet ke Luar Negeri!
-
80 Ribu Nyawa Hilang, Tapi Israel Tak Disanksi, Begini Alasan UEFA
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
Terkini
-
Duduk Bersila dengan Warga, Wapres Gibran Beri Solusi dan Bantuan Bagi Korban Banjir Denpasar
-
FBI Gelar Sayembara Tangkap Penembakan Charlie Kirk, Dapat Hadiah Uang Tunai Rp 1,65 Miliar
-
3 Orang Hilang Sejak Demo Agustus, KontraS Tutup Posko Aduan: Maaf Belum Ada Kabar Baik Hari Ini
-
Budiman Sudjatmiko Jawab Isu Kena Reshuffle, Ada Pembicaraan Posisi Baru?
-
Kejagung Periksa 7 Saksi Terkait Korupsi Digitalisasi Pendidikan Usai Nadiem Makarim Jadi Tersangka
-
Apresiasi Mendagri Tito untuk Mal Pelayanan Publik Kota Makassar: Ada Gerai PBG dan BPHTB
-
Pendidikan Zita Anjani, Stafsus Presiden Batalkan Ngisi Seminar di Unpad Tapi Malah Ngegym
-
Usut Kuota Khusus hingga Haji Furoda, KPK Sebut Kapusdatin BPH Saksi Penting, Apa Alasannya?
-
Kunjungi Sekolah Rakyat, Prabowo Nostalgia Zaman Akmil: Saya Dulu Satu Kamar 60 Orang
-
Kakak Hary Tanoe Melawan usai Tersangka, Ini Alasan KPK Santai Digugat Rudy Tanoesoedibjo