Suara.com - Komisi IX DPR RI meminta pemerintah memberikan perhatian serius terhadap penyakit cacar monyet, Ini menyusul Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang telah menetapkan penyakit cacar monyet sebagai Darurat Kesehatan Global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Wakil Ketua Komisi IX Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan para mitranya, yakni Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obad dan Makanan untuk menangangi penyakit cacar monyet.
"Kita akan mendorong agar pemerintah betul-betul mempersiapkan dengan baik, pertama terkait dengan memberikan informasi, memberikan keterangan, penjelasan yang lebih jelas dan terang sederhana," kata Melki kepada wartawan, Senin (25/7/2022).
Dengan sosialisaai yang masif itu diharapkan publik akan lebih mengetahui tentang bagaimana memahami penyakit cacar monyet.
"Termasuk juga dengan mengetahui bagaimana pencegahan dan pengobatan pada tahap awal ketika mereka mendapatkan ada orang yang ada di sekitar mereka terindikasi atau terduga, terkena cacar monyet," kata Melki.
Selain itu, lanjut Melki, meminta pemerintah mempersiapkan langkah pencegahan dan pengawasan di pintu-pintu masuk Indonesia. Ia berujar WNI maupun WNA perlu dilakukan pemantauan di pelabuhan laut, darat maupun melalui pintu penyeberangan udara.
"Melalui ini surveilance segala dipersiapkan, sehingga tenaga-tenaga KKP kita di pintu pintu masuk tempat-tempat internasional ini sudah mulai mempersiapkan bagaimana bisa melakukan proses surveilance terhadap para WNI ataupun WNA yang datang dari luar sehingga bisa dideteksi dengan baik, termasuk mempersiapkan berbagai alat yang diperlukan dalam rangka mendeteksi terkait dengan penyakit cacar monyet ini," tutur Melki.
Darurat Kesehatan Global
Diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan penyakit cacar monyet sebagai Darurat Kesehatan Global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Baca Juga: WHO Tetapkan Cacar Monyet Darurat Kesehatan Global, 3 Fakta Ini Wajib Kamu Tahu
PHEIC sendiri merupakan kondisi darurat yang disampaikan WHO terkait sebuah kejadian luar biasa yang perlu diwaspadai oleh masyarakat internasional karena mengacam kesehatan. Kondisi ini juga dilakukan sebelum kejadian luar biasa itu ditetapkan sebagai pandemi.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dirinya diminta untuk melihat beberapa elemen mengapa wabah cacar monyet akhirnya ditetapkan sebagai PHEIC yang harus diwaspadai beberapa negara.
“Saya diminta untuk mempertimbangkan lima elemen dalam memutuskan apakah wabah merupakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC),” tulis akun twitter WHO, Sabtu (23/7/2022).
Berikut ini beberapa rangkuman fakta cacar monyet atau dikenal dengan monkeypox seperti dilansir dari CDC.
Seseorang mungkin mengalami semua atau hanya beberapa gejala cacar monyet. Kebanyakan orang dengan cacar monyet akan mengalami ruam.
Beberapa orang mengalami ruam sebelum (atau tanpa) gejala seperti flu. Gejala cacar monyet biasanya mulai dalam waktu 3 minggu setelah terpapar virus.
Berita Terkait
-
Berikut Daftar Negara Terpapar Virus Cacar Monyet, WHO Umumkan Menjadi Darurat Kesehatan Global
-
WHO Minta Negara-negara di Asia Tenggara SeriusTingkatkan Pengawasan Penyakit Cacar Monyet
-
WHO Tetapkan Cacar Monyet Darurat Kesehatan Global, 3 Fakta Ini Wajib Kamu Tahu
-
Cacar Monyet Tersebar di 75 Negara, WHO Minta Kawasan Asia Tenggara Perkuat Pengawasan
-
WHO Asia Tenggara Ingatkan Risiko Penyebaran Cacar Monyet yang Berpotensi Meluas
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
Terkini
-
Cerita Polisi Bongkar Kedok Klinik Aborsi di Apartemen Basura Jaktim, Janin Dibuang di Wastafel
-
Telepon Terakhir Anak 9 Tahun: Apa Pemicu Pembunuhan Sadis di Rumah Mewah Cilegon?
-
Pramono Sebut UMP Jakarta 2026 Naik, Janji Jadi Juri Adil Bagi Buruh dan Pengusaha
-
Polda Metro Bongkar Bisnis Aborsi Ilegal Modus Klinik Online: Layani 361 Pasien, Omzet Rp2,6 Miliar
-
Beda dengan SBY saat Tsunami Aceh, Butuh Nyali Besar Presiden Tetapkan Status Bencana Nasional
-
Kronologi Pembunuhan Bocah 9 Tahun di Cilegon, Telepon Panik Jadi Awal Tragedi Maut
-
Gubernur Bobby Nasution Serahkan Bantuan KORPRI Sumut Rp2 Miliar untuk Korban Bencana
-
Gubernur Bobby Nasution Siapkan Lahan Pembangunan 1.000 Rumah untuk Korban Bencana
-
Misteri Kematian Bocah 9 Tahun di Cilegon, Polisi Periksa Maraton 8 Saksi
-
Rencana Sawit di Papua Dikritik, Prabowo Dinilai Siapkan Bencana Ekologis Baru