Suara.com - Hasil investigasi media asing The Washington Post terkait tragedi Kanjuruhan mengungkap hal mengejutkan. Salah satunya mengenai amunisi yang digunakan kepolisian Republik Indonesia di insiden paling mematikan dalam sejarah sepak bola Indonesia itu.
Menyadur The Washington Post, tindakan polisi Indonesia yang menembakkan rentetan amunisi ke arah tribun penonton di Stadion Kanjuruhan disebut menjadi pemicu tragedi. Dalam peristiwa itu, 131 orang meninggal dunia.
Dalam investigasi berjudul "How police action in Indonesia led to a deadly crush in the soccer stadium" atau "Bagaimana tindakan polisi di Indonesia menyebabkan peristiwa mematikan di stadion sepak bola", polisi Indonesia disebut telah melepaskan 40 amunisi tembakan yang berupa gas air mata, flashbang dan flare.
Kronologi kejadian bermula saat pukul 21.39 WIB pada Sabtu (6/10/2022), wasit meniup peluit akhir pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Pertandingan ini dimenangkan oleh Persebaya dengan skor 3-2.
Adapun seluruh suporter yang hadir merupakan penggemar Arema FC, tim tuan rumah. Itu menjadi kekalahan pertama Arema dari Persebaya untuk pertama kalinya di kandang dalam waktu 23 tahun.
Saat pemain Arema mulai meninggalkan lapangan, beberapa suporter melompati pembatas dan masuk ke lapangan saat pertandingan berakhir. Sekitar pukul 21.45 WIB, ratusan penonton sudah berada di lapangan.
Dua menit setelah para pemain dikawal keluar lapangan, petugas keamanan yang menjaga pintu keluar mulai mendorong mundur kerumunan, membubarkan para penggemar. Ketegangan meningkat dengan cepat.
Petugas di pertandingan sepak bola di Indonesia mengejar kerumunan penggemar di lapangan dan memukul mereka dengan tongkat.
Petugas berseragam militer juga mulai mendorong penggemar kembali ke bagian tribun 11, 12 dan 13. Aparat tampak menendang dan memukul suporter dengan tongkat dan perisai anti huru hara.
Baca Juga: Komentar Berkelas Najwa Shihab Membalas Nyinyiran Nikita Mirzani, Sebut Prioritaskan Isu Publik
Beberapa penonton terjatuh saat mereka mencoba memanjat pagar besi dan kembali ke tribun.
Sekitar pukul 21.50 WIB, polisi mulai menembakkan gas air mata dan flashbang. Asap yang disebabkan oleh suar dan gas melayang ke arah bagian tempat duduk selatan terlihat dalam video yang beredar.
Penonton di tribun 9 dan 10 mengatakan kepada The Washington Post bahwa mereka batuk dan mata mereka mulai berkaca-kaca.
Dalam waktu singkat, tribun 12 dan 13, barisan orang hampir seluruhnya diselimuti oleh bahan kimia. Teriakan dari tribun 13 pun bergema melalui tribun, kata seorang saksi.
Elmiati, suporter yang duduk di seksi 13 Stadion Kanjuruhan bersama suami dan putranya yang berusia 3 tahun, menceritakan kengeringan di Stadion Kanjuruan saat gas air mata dilepaskan.
Elmiati sendiri duduk di dekat pintu keluar di bagian 13 bersama suami dan putranya yang masih balita. Namun, mereka terpisah selama kekacauan itu. Ia akhirnya menemukan suami dan putranya meninggal karena luka-luka.
Tag
Berita Terkait
-
Komentar Berkelas Najwa Shihab Membalas Nyinyiran Nikita Mirzani, Sebut Prioritaskan Isu Publik
-
Stadion Kanjuruhan Jadi Kuburan Massal Ratusan Orang Tak Berdosa, Pemerintah Dituntut Transparan
-
Aremania Kirim Surat Somasi untuk Presiden Jokowi Terkait Tragedi Kanjuruhan, Ini Isinya
-
BTS ARMY Berikan Bantuan ke Korban Tragedi Kanjuruhan Hingga Rp 447 Juta
-
Ini Respon Jokowi dan Menpora saat Ditanya Siapa yang Harus Minta Maaf atas Tragedi Kanjuruhan
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO