Suara.com - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan menemukan dugaan adanya kepentingan iklan rokok terkait laga yang berlangsung pada malam hari di stadion Kanjuruhan.
Seperti yang diketahui sebelumnya, laga sepak bola antara Arema FC vs Persebaya itu seharusnya digelar pada sore hari. Namun, malah diundur dan diganti menjadi malam hari.
Hal tersebut disampaikan oleh salah satu anggota TGIPF Rhenald Kasali yang dilansir dari kanal YouTube KOMPAS TV.
Rhenald mengungkapkan dugaan tersebut usai mendapatkan informasi dari berbagai sumber.
"Hampir dapat disimpulkan banyak hal yang sudah ada tetapi tidak dijalankan dan banyak hal kita membenarkan hal-hal yang sebetulnya itu tidak tepat," ungkap Rhenald dilihat Suara.com, Selasa (11/10/2022) dilansir dari KOMPAS TV.
Rhenald juga tak lupa menyebut soal surat dari Kapolres terkait permintaan laga dilakukan saat sore hari.
Namun, permintaan itu ditolak dan PT Lib justru meminta pertandingan dilaksanakan pada malam hari.
Hal tersebut menjadi pertanyaan karena Polres mau saja mengalah dan setuju dengan permintaan PT Lib.
"Kalau memang itu ditolak mengapa polisi kalah? Mengapa Polres dan harus menjalankan pada malam hari?" terang Rhenald.
Rhenald mengaku telah berbicara dengan para atlet pemain sepak bola pada saat itu.
Atlet pemain sepak bola memberikan pengakuan bahwa mereka tidak nyaman harus bertanding pada malam hari semisal pukul 21.30.
Lalu, dia pun menyampaikan dugaan bahwa laga dilaksanakan malam hari demi mengakomodir iklan rokok.
"Nah tadi kami juga mendengar ada yang mengatakan mungkin itu salah satunya adalah mengakomodir," jelasnya.
"Mungkin ya kemungkinannya mengakomodir iklan rokok yang baru mulai diizinkan keluar setengah sepuluh malam ya," lanjut Rhenald menambahkan.
Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 itu menyebabkan hilangnya nyawa hingga ratusan jiwa.
Berita Terkait
-
Diam Tanpa Pembelaan, Beda Sikap Kak Seto Tanggapi Anak Ferdy Sambo dengan 33 Anak Korban Tragedi Kanjuruhan
-
Saran FIFA terhadap Sepak Bola Indonesia, di Atas Jam 5 Sore tidak Boleh Ada Pertandingan
-
Sebut Korban Tewas Kanjuruhan Bukan Akibat Gas Air Mata, Anggota DPR Desak Kapori Tegur Kadiv Humas Dedi Prasetyo
-
Pernah Jadi Kapolresta Malang, Irjen Teddy Minahasa Dinilai Mampu Jaga Kondusifitas Usai Tragedi Kanjuruhan
-
Komandan Brimob dan Ketua Panpel Arema FC Dibawa ke Polda Jatim Hari Ini, Dirut PT LIB Terakhir
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
- Besok Bakal Hoki! Ini 6 Shio yang Dapat Keberuntungan pada 13 November 2025
Pilihan
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
Terkini
-
August Curhat Kena Serangan Personal Imbas Keputusan KPU soal Dokumen Persyaratan yang Dikecualikan
-
Di Hadapan Prabowo, Raja Yordania Kutuk Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sebut Serangan Mengerikan
-
Usai Disanksi DKPP, Anggota KPU Curhat Soal Beredarnya Gambar AI Lagi Naik Private Jet
-
Dua Resep Kunci Masa Depan Media Lokal dari BMS 2025: Inovasi Bisnis dan Relevansi Konten
-
Soal Penentuan UMP Jakarta 2026, Pemprov DKI Tunggu Pedoman Kemnaker
-
20 Warga Masih Hilang, Pemprov Jateng Fokuskan Pencarian Korban Longsor Cilacap
-
Gagasan Green Democracy Ketua DPD RI Jadi Perhatian Delegasi Negara Asing di COP30 Brasil
-
Mensos Ungkap Alasan Rencana Digitalisasi Bansos: Kurangi Interaksi Manusia Agar Bantuan Tak Disunat
-
Terbongkar! Prostitusi Online WNA Uzbekistan di Jakbar, Pasang Tarif Fantastis Rp15 Juta
-
Rp500 T Subsidi Bansos Meleset, Gus Ipul Akui Hampir Separuh Penerima Bantuan Salah Sasaran