Suara.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) turut merespons konstruksi Tragedi Kanjuruhan yang tidak memperagakan gas air mata ditembakkan polisi ke arah tribun penonton.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan, dalam proses itu, penyidik dari Polda Jawa Timur dapat merujuk pada video-video yang merekam gas air mata ditembakkan ke tribun yang banyak beredar di media sosial.
"Artinya, sebenarnya bisa mendasarkan pada video yang beredar maupun pada video yang dimiliki oleh penyidik itu sendiri. Kalau rekonstruksi itu basisnya adalah keterangan tersangka, harusnya memang teman-teman kepolisian, khususnya penyidik, menjelaskan bahwa ada basis yang lain," kata Anam kepada wartawan di Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta, Senin (24/10/2022).
Anam mengatakan, penyebab utama Tragedi Kanjuruhan hingga menyebabkan 135 orang meninggal dunia, gas air mata yang ditembakkan polisi.
Video yang beredar di sosial media, sudah tidak dapat terbantahkan, bahwa polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun. Pada dasarnya, rekontruksi untuk membuat terangnya peristiwa.
"Gagasan dasar soal proses rekontruksi itu sebenarnya buat terang peristiwa, dari berbagai keterangan menjadi wujud kira-kira konstruksinya bagaimana," kata Anam.
"Nah semua pihak bisa ngomong apapun ya, dalam proses itu. Tapi dalam konteks kasus kanjuruhan sebenarnya yang paling signifikan adalah lihatlah rekam jejak digital berupa video," katanya.
Rekonstruksi
Pada Rabu (19/10/2022) lalu, penyidik dari Polda Jatim menggelar rekonstruksi Tragedi Kanjuruhan dengan memperagakan 30 adegan oleh 50 orang, termasuk dua tersangka yakni Danki 3 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmad.
Baca Juga: Polisi Tahan 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan Malang
Namun pada rekontruksi itu tidak terlihat peragaan penembakan gas air mata ke arah tribun seperti banyak video yang beredar di media sosial. Anggota polisi yang melakukan penembakan mengaku gas air mata jatuh ke depan tribun atau lintasan lari.
Kepala Divisi (Kadiv) Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo enggan menjelaskan ha itu. Dia menyebut materi penyidikan, hanya penyidik yang bisa menyampaikan. Dia menyebut para tersangka bebas memberikan keterangan.
Kalau memang tersangka menyebutkan seperti itu (tidak menembak ke dalam tribun penonton), ya itu haknya dia. Mereka kan (tersangka) punya hak ingkar," kata Dedi di gedung Humas Polda Jatim, usai rekonstruksi, Rabu (19/10/2022) lalu.
Diketahui gas air mata ditembakkan polisi usai pertandingan antara Arema FC menjamu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10) lalu. Akibatnya, dalam tragedi itu, bukan hanya menyebabkan korban meninggal sebanyak 135 jiwa, namun terdapat ratusan korban mengalami luka ringan hingga berat.
Dalam catatan dunia sepak bola Indonesia, tragedi Kanjuruhan merupakan peristiwa yang mengerikan,dengan jumlah korban meninggal mencapai 135 orang. Peristiwa ini pun terjadi di masa kepemimpinan Iwan Bule sebagai ketua umum PSSI, federasi sepak bola profesional Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Pemerintah Sebut UU Pers Beri Jaminan Perlindungan Hukum Wartawan, Iwakum Sebut Ini
-
Menpar Widiyanti Targetkan Industri MICE Indonesia Susul Vietnam di Peringkat Global
-
Puji Kepemimpinan Gubernur Ahmad Luthfi, BGN Puji Jateng Paling Siap Jalankan Program Gizi Nasional
-
Jokowi 'Dikepung' Politik? Rocky Gerung Bongkar Alasan di Balik Manuver Prabowo-Gibran 2029
-
'Mereka Ada Sebelum Negara Ini Ada,' Pembelaan Antropolg untuk 11 Warga Maba Sangaji di Persidangan
-
Terungkap! 'Orang Baik' yang Selamatkan PPP dari Perpecahan: Ini Peran Pentingnya
-
Dana Transfer Dipangkas Rp 15 Triliun, APBD DKI 2026 Anjlok dan Gubernur Perintahkan Efisiensi Total
-
Kelurahan Kapuk Dipecah Jadi 3: Lurah Klaim Warga Menanti Sejak Lama, Semua RW dan RT Setuju
-
Antonius Kosasih Divonis 10 Tahun Bui di Kasus Korupsi PT Taspen, Hukuman Uang Pengganti Fantastis!
-
Kapuk Over Populasi, Lurah Sebut Petugas Sampai Kerja di Akhir Pekan Urus Kependudukan