Suara.com - Aktivis iklim Greta Thunberg mendorong Australia untuk "bangun dan mengurus krisis iklim darurat layaknya sebuah keadaan darurat".
Dari kediamannya di Swedia, Greta menjawab pertanyaan dari program 7.30 dari ABC TV dan memperingatkan mereka yang mengandalkan para politikus untuk menyelamatkan planet.
Komentarnya bertepatan dengan Konferensi Perubahan Iklim tahun ini (COP27) yang akan akan digelar Minggu besok di Mesir.
"Kelihatannya banyak orang di Australia berpikir kalau kita punya pemerintahan baru, semuanya akan baik-baik saja," kata Greta.
"Tentu saja ini sama sekali tidak benar."
Greta mengatakan ia selalu menjauh dari keterikatan politik dan berargumen jika politik dari segala partai telah gagal untuk menindaklanjuti kondisi darurat iklim.
"Saya tidak pernah mendukung partai mana pun," katanya.
"Kadang orang berasumsi saya mendukung partai Hijau, yang tentu saja tidak benar. Semua ideologi dan partai politik gagal menciptakan perubahan yang bermakna."
'COP27 adalah penipuan'
Lebih dari 35.000 delegasi akan menghadiri pertemuan di Sharm el Sheikh, bersama lebih dari 100 pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Wakil Presiden RI Maruf Amin rencananya akan hadir mewakili Presiden Joko Widodo, sementara Menteri Energi Chris Bowen akan memimpin delegasi Australia.
Namun Greta mengaku skeptis terhadap kemungkinan hasil dari pembicaraan KTT iklim PBB tersebut.
Menurutnya, pemimpin dunia mengucapkan hal-hal yang "membuat mereka terlihat melakukan sesuatu, meski sebetulnya tidak."
Pada KTT di Glasgow tahun lalu, hampir 200 negara setuju untuk "membahas dan memperkuat" target emisi mereka akhir tahun ini.
Tapi hingga September, hanya 24 negara yang sudah melaporkan rencana mereka kepada PBB, serta menjelaskan bagaimana mereka ingin mencapai target yang baru.
Menurut Greta, KTT iklim "menjadi kesempatan bagi penyumban polusi besar untuk melakukan greenwash ... menggunakan taktik PR dan strategi komunikasi melalui politik".
"COP27 akan terhitung sukses atau saya anggap sebuah kemajuan kalau semakin banyak orang menyadari bahwa konferensi tersebut adalah sebuah penipuan."
Belum terlambat untuk bergerak
Di usianya yang ke-19, Greta mengatakan dirinya tidak pesimis atau pun optimis tentang krisis iklim.
"Saya selalu bilang saya seorang realis. Sangat mungkin bagi kita untuk menghindari konsekuensi terburuk dari krisis ini, tapi ini tidak akan terjadi kalau kita terus-menerus seperti ini," katanya.
Empat tahun yang lalu, Greta memelopori gerakan di sekolahnya di Swedia dengan harapan menambah kesadaran tentang keadaan darurat iklim.
Tujuan dari aksi tersebut adalah untuk mengedukasi orang.
Menurutnya cara komunikasi seperti ini yang dianggapnya sukses.
"Saya memberi tahu apa yang nyata terjadi, tidak berusaha mengemas pesan sesuai keinginan siapa-siapa untuk menyenangkan mereka," katanya.
Menurutnya usaha individu tidak akan pernah menyelamatkan planet.
"Bahkan jika saya melakukan segalanya dengan benar, saya tak cukup dengan hanya hidup dan membayar pajak. Jadi menjalani hidup yang berkelanjutan tidak mungkin tercapai di masa sekarang," katanya.
Analisa terbaru PBB menemukan tidak ada langkah kredibel untuk membatasi pemanasan global di angka 1,5 derajat.
Di luar prediksi buruk tersebut, Greta mengatakan melawan perubahan iklim masih menjadi tanggung jawab utama manusia.
"Ini adalah pertanyaan moral ... bukan lagi tentang politik. Ini hanyalah sesuatu yang masuk akal dan dasar dari moral."
Berita Terkait
-
Aktivis Lingkungan Belgia Dipenjara usai Lancarkan Protes yang Menarget Lukisan Terkenal
-
Paus Fransiskus Diundang Berkunjung ke Indonesia Tahun Depan
-
Keuntungan Transisi Ekonomi Hijau Bisa Capai 26 Triliun USD di 2030
-
Dari Zika hingga Covid-19, BRIN Ingatkan Penyakit Menular Meningkat Iringi Perubahan Iklim
-
Bertemu Parlemen Jerman, Komisi VII Bahas Perubahan Iklim dan Krisis Energi Global
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Otak Pembobol Rekening Dormant Rp204 M Ternyata Orang Dalam, Berkas Tersangka Sudah di Meja Kejagung
-
Janji Kapolri Sigit Serap Suara Sipil Soal Kerusuhan, Siap Jaga Ruang Demokrasi
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
-
Terpuruk Pasca-Muktamar, Mampukah PPP Buktikan Janji Politiknya? Pengamat Beberkan Strateginya
-
Hapus BPHTB dan PBG, Jurus Jitu Prabowo Wujudkan Target 3 Juta Rumah
-
Buntut Bobby Nasution Razia Truk Aceh, Senator Haji Uma Surati Mendagri: Ini Melanggar Aturan!
-
Bongkar 7 Cacat Fatal: Ini Alasan Kubu Nadiem Makarim Yakin Menang Praperadilan
-
MK Hindari 'Sudden Death', Tapera Dibatalkan tapi Diberi Waktu Transisi Dua Tahun
-
Romo Magnis Ajak Berpikir Ulang: Jika Soekarno Turuti Soeharto, Apakah Tragedi '65 Bisa Dicegah?
-
Bye-bye Kehujanan di Dukuh Atas! MRT Jadi Otak Integrasi 4 Moda Transportasi Jakarta