Suara.com - Ketua Komisi III DPR RI, Bambang Wuryanto, turut memberikan respons soal sejumlah kelompok organisasi masyarakat sipil dan aktivis yang hendak mengkampanyekan persoalan krisis iklim menjelang KTT G20 di Bali beberapa waktu lalu mengalami intimidasi.
Pria yang akrab disapa Bambang Pacul ini justru mempertanyakan aksi yang dilakukan para aktivis tersebut. Politisi PDIP itu menyebut mereka yang melakukan demontrasi tersebut tidak mengerti wawasan kebangsaan.
"Yang demo ini justru dipertanyakan tentang kekuatan berbangsa dan bernegara sudah pernah ikut wawasan kebangsaan belum?," kata Bambang Pacul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (17/11/2022).
Pacul mengatakan, justru para aktivis yang melakukan gerakannya bertepatan dengan KTT G20 tersebut telah keliru. Menurutnya, Indonesia lewat KTT G20 sedang menerima tamu.
"Nah ini juga yang keliru. Ini bangsa Indonesia bukan? Bangsa Indonesia, kita sedang terima tamu, ini secara tatap muka kan mencoreng muka kita. Gitu loh," tuturnya.
Ia menilai seharusnya sebagai tuan rumah yang sedang menerima tamu, tak sepatutnya untuk melakukan hal-hal yang tak diperkenankan.
"Kalau sedang ada tamu, kau dirumah sedang ada tamu, anakmu dirumah banting-banting bagus enggak, anakmu teriak-teriak bagus nggak?, kamu sedang terima tamu penting nih, kan nggak bagus. Itu pakai pikiran normal aja, yang demo ini justru dipertanyakan," ujarnya.
Sementara di sisi lain, sebagai ketua komisi hukum DPR RI memberikan penilaian positif terhadap kinerja Polri yang melakukan pengamanan jalannya KTT G20 di Bali.
"Keadaannya nyaman apa nggak? di sini ada keributan nggak? Nggak, semua nyaman, sesuai on track, kalau gitu kira-kira kinerjanya bagus nggak? Backbonenya kan Polri, ya jawaban saya kita belum melihat tapi hasilnya clear, hasilnya," pungkasnya.
Baca Juga: Pengaruh Jokowi di KTT G20 Membuat PM Inggris Rishi Sunak Lirik Indo-Pasifik
Sebelumnya sejumlah kelompok organisasi masyarakat sipil dan aktivis yang hendak mengkampanyekan persoalan krisis iklim menjelang KTT G20 di Bali beberapa waktu lalu mengalami intimidasi.
Berbagai bentuk intimidasi itu dinilai sebagai pembungkaman yang dilakukan pemerintah agar citra Indonesia di mata internasional sebagai tuan rumah tetap baik.
Seperti intimidasi yang dialami tim pesepeda Chasing the Shadow dari Greenpeace Indonesia. Mereka dilarang ke Bali oleh sekelompok masyarakat saat sampai di Probolinggo, Jawa Timur.
Kejadian serupa juga menyasar pengurus YLBHI dan 18 LBH kantor yang sedang menggelar rapat internal di kawasan Sanur, Bali. Mereka didatangi oleh aparat tak berserangam hingga sekelompok massa yang mengaku sebagai pecalang.
Kepala Bidang Riset dan Pengembangan Organisasi YLBHI, Pratiwi Febri menyatakan, pemerintah justru membungkam partisipasi publik demi mengamankan citranya di mata internasional. Sebab, segala aktivitas masyarakat sipil yang diselenggarakan di Bali mengalami intimidasi dan pembubaran dari aparat, termasuk masyarakat yang menjadi korban langsung dari kerusakan lingkungan.
Berita Terkait
-
Respect, Prabowo Enggan Jalan di Atas Karpet Merah KTT G20 Bali
-
Awalnya Diprotes lewat Chat, Denny Siregar Bongkar Curhatan Wishnutama Saat Jadi Menteri
-
Cemaskan China! Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan Berbagi Intelijen
-
Presiden China Xi Jinping Tegur Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di KTT G20 Imbas Obrolan Mereka Bocor ke Media
-
Pengaruh Jokowi di KTT G20 Membuat PM Inggris Rishi Sunak Lirik Indo-Pasifik
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
-
Waktu Rujuk Hampir Habis! Jumat Minggu Depan Pratama Arhan Harus Ikrar Talak ke Azizah Salsha
Terkini
-
SBY Bicara soal Demo 10 Hari Terakhir: Menyadarkan Kita Harus Jaga Dialog dan Kebersamaan
-
Kekayaan Bos Gudang Garam Terjun Bebas, Video Badai PHK Massal Viral!
-
Deodoran hingga Celana Dalam Delpedro Nyaris Disita Polisi, Lokataru: Upaya Cari-cari Kesalahan!
-
Geger Jaket Berisi Ratusan Butir Peluru di Sentani Jayapura, Siapa Pemiliknya?
-
Dikenal Licin, Buronan Asal Maroko Kasus Penculikan Anak Tertangkap usai Sembunyi di Jakarta
-
Prabowo Pertahankan Kapolri usai Ramai Desakan Mundur, Begini Kata Analis
-
Icang, Korban Congkel Mata di Bogor Meninggal Dunia
-
Gibran Dikritik Habis: Sibuk Bagi Sembako, Padahal Aksi Demonstrasi Memanas
-
Wajib Skrining BPJS Kesehatan Mulai September 2025, Ini Tujuan dan Caranya
-
Muktamar PPP Bursa Caketum Memanas: Husnan Bey Fananie Deklarasi, Gus Idror Konsolidasi Internal