Suara.com - Kasus pelecehan seksual yang dilakukan seorang dosen kepada 8 mahasiswa di Universitas Andalas, Kota Padang, Sumatera Barat masuk babak baru. Ini setelah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) turun langsung menangani kekerasan seksual tersebut.
KemenPPPA bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Provinsi Sumatera Barat dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Provinsi Sumatera Barat berjanji bakal mengawal kasus pelecehan delapan mahasiswa.
Menteri PPPA, Bintang Puspayoga mengutuk keras kejadian itu. Ia memastikan korban akan mendapatkan perlindungan dan keadilan. Pihaknya juga akan memberikan pendampingan serta pemulihan dari trauma akibat pelecehan seksual yang dialami.
"Saya mengutuk keras atas masih maraknya kekerasan seksual yang terjadi di lingkup universitas," ujar Bintang di Jakarta, Rabu (28/12/2022).
"Saya akan memastikan adanya jaminan akses keadilan bagi perempuan korban kekerasan dalam penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak atas keadilan," sambungnya.
Tak hanya itu, Bintang juga bakal segera menindak kasus tersebut bersama Organisasi Perangkat Daerah yang membidangi Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dalam hal ini DPPPA Provinsi Sumatera Barat dan UPTD PPA Provinsi Sumatera Barat.
Bintang menjelaskan bahwa DPPPA dan UPTD PPA Sumatera Barat secara fungsional memiliki fungsi menyelenggarakan layanan rujukan lanjutan.
Keduanya juga memastikan perlindungan dan pemenuhan hak bagi 8 korban untuk mendapatkan layanan secara khusus. Termasuk memberikan fasilitas pelayanan kesehatan dan bantuan hukum, dengan berkoordinasi dengan Universitas Andalas.
"Sejumlah upaya sudah dilakukan DPPPA Provinsi Sumatera Barat dan UPTD PPA Provinsi Sumatera Barat, salah satunya melakukan koordinasi dengan Universitas Andalas. Pihak kampus menyambut baik bantuan tersebut dan akan bekerja sama untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan hak korban," jelas Bintang.
"Seperti memberikan pendampingan hukum, konseling psikologi, pemeriksaan kesehatan, melakukan asesmen awal kebutuhan korban, memberikan layanan rumah aman. Termasuk rencana tindak lanjut kasus dengan berkoordinasi dengan pihak Aparat Penegak Hukum terkait penanganan hukum," sambungnya.
Baca Juga: Mahasiswi Australia Tewas di Bali, Polisi Periksa Kejanggalan di TKP Hingga Seniman Tato
Dalam kesempatan ini, Menteri PPPA ini juga memberikan apresiasi terhadap tim Ad hoc Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) Universitas Andalas.
Mereka dinilai telah cepat tanggap dalam merespons kasus pelecehan seksual 8 mahasiswanya, melalui perlindungan, pendampingan, dan memfasilitasi kebutuhan korban.
"Mari kita kawal bersama kasus ini dan bersama-sama kita upayakan pencegahan kasus kekerasan seksual dalam lingkup universitas agar tidak kembali terulang ke depannya. Oleh karenanya, kami berharap kasus ini dapat diproses sesuai dengan aturan hukum yang berlaku," tambahnya.
Adapun sang dosen selaku pelaku pelecehan seksual berpotensi dijerat pidana sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) Pasal 5 dan Pasal 6, atau dapat juga dikenakan Pasal 289 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) atas perbuatan cabul.
Tak hanya itu, sesuai dengan UU TPKS, pelaku dapat dikenakan pemberatan sesuai Pasal 15 huruf b UU TPKS yang menyebutkan apabila kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 dilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan, maka terdapat pemberatan hukuman pidana 1/3 (satu per tiga).
Selain itu, dosen yang melakukan kekerasan seksual kepada mahasiswanya juga telah melanggar Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2021 Tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi.
Berita Terkait
-
Mahasiswi Australia Tewas di Bali, Polisi Periksa Kejanggalan di TKP Hingga Seniman Tato
-
4 Tantangan Menjadi Mahasiswa Rantau, Harus Kuat!
-
Farhat Abbas Beberkan Kronologi Dugaan Pelecehan Seksual Ketua KPU terhadap Hasnaeni Si Wanita Emas
-
Tolong Dua Bule, Warga Malaysia Hilang Terseret Arus Diamond Beach, Nusa Penida
-
Brand Hijab Ternama Singgung Pakaian Minim dalam Pelecehan Seksual, Dikecam Publik karena Victim Blaming
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Rekomendasi Bedak Cushion Anti Longsor Buat Tutupi Flek Hitam, Cocok Untuk Acara Seharian
- 10 Sepatu Jalan Kaki Terbaik dan Nyaman dari Brand Lokal hingga Luar Negeri
- 23 Kode Redeem FC Mobile 6 November: Raih Hadiah Cafu 113, Rank Up Point, dan Player Pack Eksklusif
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Blak-blakan Sebut Soeharto Diktator, Cerita 'Ngeri' Putri Gus Dur Dihantui Teror Orba Sejak SMP
-
Sindiran Pedas PDIP usai Jokowi Dukung Soeharto Pahlawan: Sakit Otaknya!
-
Masuk Komisi Reformasi Polri Bentukan Prabowo: Sepak Terjang Idham Azis, Nyalinya Gak Kaleng-kaleng!
-
Menkeu Purbaya Bakal Redenominasi Rupiah, Apa Manfaatnya?
-
Jenguk Korban Ledakan SMAN 72, Mensos Pastikan Biaya Pengobatan Ditanggung Pemerintah
-
Siswa Terduga Kasus Bom Rakitan di SMAN 72 Korban Bullying, Begini Kata Pengamat Teroris
-
Kapolri Update Ledakan SMAN 72: 29 Siswa Masih Dirawat, Total Korban 96 Orang
-
Menkeu Purbaya Bakal Redenominasi Uang Rp 1000 Jadai Rp 1, Apa Maksudnya?
-
Jokowi Dukung Gelar Pahlawan, Gibran Puji-puji Jasa Soeharto Bapak Pembangunan
-
Polisi Temukan Serbuk Diduga Bahan Peledak di SMAN 72, Catatan Pelaku Turut Disita