Suara.com - Hubungan antara Presiden Kelima Megawati Soekarnoputri dan Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dianggap panas dingin.
Padahal keduanya pernah bertalian dekat di mana SBY sempat menjadi bawahan Megawati. SBY bahkan disebut-sebut pernah melamar Megawati untuk menjadi wakil presidennya.
Hal ini dinyatakan oleh politikus senior, Zulfan Lindan dalam perbincangannya di kanal YouTube Total Politik.
"Pada 2001 misalnya ketika Gus Dur lengser dia jadi presiden, kenapa dia [Megawati] ngotot memilih Hamzah Haz jadi wakilnya, dia enggak mau Akbar Tanjung enggak mau SBY," ujar Zulfan Lindan.
"Ya dan hebatnya, SBY tetap ngotot maju dan kalah, dan dijadikan menteri, jadi Megawati enggak ada dendam buktinya SBY jadi menteri," imbuhnya.
SBY sendiri sempat menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum di era pemerintahan Megawati.
Pada tahun 2001, Megawati baru saja terpilih menjadi Presiden ke-5 RI, menggantikan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), lewat Sidang Istimewa MPR.
SBY mengaku atas dukungan banyak kalangan dan sejumlah fraksi di MPR ia kemudian mengajukan diri sebagai calon wakil presiden namun kalah dengan Hamzah Haz.
Sakit Hati Megawati Soal Kuda Tuli
Baca Juga: Kalau Gak Diusung Jadi Capres PDIP, Ganjar: Sudah Itu Urusan Ibu Mega
Perseteruan antara Megawati dengan SBY bisa ditarik jauh hingga insiden Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli (Kuda Tuli). Kala itu, PDI Perjuangan yang masih menyandang nama PDI menjadi target kerusuhan yang dilakukan oleh oknum partai yang berseberangan. Bahkan, kantor DPP PDI sempat menjadi bulan-bulanan massa yang terlibat.
SBY kala itu dituding terlibat dalam insiden tersebut, hingga membuat memori pahit bagi para kader PDI yang akhirnya bertransformasi menjadi PDI Perjuangan.
Meski demikian, Megawati yang saat itu menjabat presiden RI pada periode 2001-2004 mengangkat SBY sebagai Menteri Koordiantor Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam).
Sontak, kader PDI P mempertanyakan langkah Megawati tersebut.
Jabatan SBY sebagai seorang menteri tak berlangsung lama. Ia akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dan beredar isu bahwa dirinya merasa tak dihargai oleh Megawati.
Kerenggangan antara Megawati dengan SBY lambat laun memupuk, hingga puncaknya pada Pilpres 2004. Kedua tokoh besar partai tersebut akhirnya berhadapan berebut suara rakyat. Akhirnya, SBY mengungguli suara Megawati dan kepresidenan diberikan ke tangan politisi Partai Demokrat itu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- Siapa Shio yang Paling Hoki di 5 November 2025? Ini Daftar 6 yang Beruntung
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
Terkini
-
Gelar Pahlawan untuk Soeharto, KontraS: Upaya Cuci Dosa Pemerintah
-
Ketua BAM DPR Aher Janji UU Ketenagakerjaan Baru akan Lebih Baik Usai Temui Buruh KASBI
-
Lewat Kolaborasi dengan Iko Uwais di Film TIMUR, BNI Dukung Industri Film Nasional
-
Internet di Indonesia Masih Belum Merata, Kolaborasi Infrastuktur adalah Jalan Pintasnya
-
Aksi Buruh KASBI di DPR Bubar Usai Ditemui Aher, Janji Revisi UU Ketenagakerjaan
-
Komoditas Nikel Indonesia Menguat, Hilirisasi Jadi Kunci
-
Bahlil Sarankan Mantan Presiden Dapat Anugerah Gelar Pahlawan Nasional, Termasuk Soeharto
-
Ajukan PK, Adam Damiri Akan Hadirkan Enam Ahli di Sidang Asabri
-
Komisi VII DPR Sentil Industri Film Nasional: 60 Persen Dikuasai Kelompok Tertentu, Dugaan Monopoli?
-
Warga Baduy Korban Begal Ditolak RS? Ini Klarifikasi Gubernur Pramono Anung